Menu Close
Seorang laki-laki melihat papan reklame bergambar kapal-kapal yang sedang mengincar
Sebuah papan reklame bergambar kapal-kapal yang ditargetkan di sebuah jalan di Sana'a, Yaman. Mohammed Hamoud/Getty Images

Krisis Laut Merah: tentang serangan Houthi dan ancaman keamanan sekitarnya

Serangan terhadap kapal-kapal komersial oleh milisi Houthi di Laut Merah yang terjadi Januari lalu telah membuat wilayah pelayaran yang sangat penting ini menjadi sorotan.

Houthi, kelompok emberontak yang berbasis di Yaman itu, mengklaim menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel, sebagai bentuk protes atas perang Israel melawan Hamas di Gaza. Dewan Keamanan PBB baru-baru ini mengeluarkan resolusi menuntut segera diakhirinya serangan Houthi, sementara Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah melancarkan serangkaian serangan ke Yaman untuk melawan para pemberontak.

Sebagai ilmuwan yang telah mempelajari isu-isu keamanan di Laut Merah, saya berbagi wawasan tentang pentingnya kawasan ini secara global, isu-isu keamanan yang ada, dan bagaimana isu-isu tersebut harus diatasi._

Pentingnya Laut Merah sebagai kawasan internasional

Selat Bab al-Mandab antara Yaman, di Timur Tengah, dan Djibouti, di Tanduk Afrika, adalah salah satu titik transit minyak tersibuk di dunia dan sangat penting bagi Laut Merah. Ini adalah rute transit perdagangan yang secara historis penting. Kedekatan jaraknya dengan Samudra Hindia dan Teluk Persia dapat mengurangi jarak pengiriman dan memfasilitasi perdagangan. Sekitar 33.000 kapal dagang melewati selat ini setiap tahunnya.

Karena kepentingan strategisnya, salah satu konsekuensi terbesar dari ketidakamanan di Laut Merah adalah peningkatan yang signifikan dalam biaya perdagangan dan transportasi energi global.

Sebagai contoh, sebuah kapal tanker minyak yang meninggalkan Teluk akan mencapai pelabuhan London, dengan jarak 12 ribu km, dalam 14 hari (dengan kecepatan 22 knot) melalui Selat Hormuz dan Laut Merah. Namun, jika rute tersebut tidak tersedia, kapal tanker tersebut harus mengitari ujung selatan Afrika dan itu akan membuat jarak tempuhnya menjadi 20.900 km atau perlu waktu tempuh 24 hari.

Kepentingan strategis Laut Merah juga membuatnya menjadi wilayah geopolitik yang penting. Berbagai negara memiliki pangkalan militer di sini dan melakukan intervensi untuk melindungi pengiriman minyak dan pedagang. Ini termasuk pangkalan militer Turki, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Cina, AS, Italia, Prancis, dan Jepang.

Oleh karena itu, Laut Merah merupakan area yang terdapat hubungan global yang kompleks. Sebagai contoh, upaya Israel untuk menguasai Semenanjung Sinai, salah satu rute pasokan utama bagi pertahanan diri Palestina, mengancam keselamatan pelayaran dagang di Laut Merah.

Laut Merah juga merupakan titik rawan keamanan, yang menarik negara-negara yang tengah menunjukkan rivalitas, seperti Yaman dan Eritrea, serta negara-negara yang berada lebih jauh lagi, seperti AS dan Cina.

Siapa militan Houthi dan mengapa mereka menyerang?

Karena rapuhnya, atau tidak adanya, pemerintahan pusat di Somalia dan Yaman, kelompok-kelompok bersenjata non-negara menjadi lebih aktif. Contohnya adalah Houthi dan al-Hirak di Yaman dan al-Shabaab dan Ansar al-Sharia di Somalia.

Militan Houthi, yang juga dikenal sebagai Ansar Allah, adalah kelompok pemberontak yang berbasis di Yaman. Mereka berasal dari minoritas Muslim Syiah Zaidi dan mulai terkenal pada awal tahun 2000-an karena menentang pemerintah pusat Yaman. Nama kelompok ini diambil dari nama pendirinya, Hussein Badreddin al-Houthi.

Houthi memiliki misi untuk mendirikan pemerintahan yang dipimpin oleh Syiah Zaidi di Yaman. Mereka telah terlibat dalam konflik bersenjata dengan pemerintah Yaman yang didukung oleh koalisi Saudi-Uni Emirat Arab, termasuk Perang Saudara Yaman. Mereka juga didukung oleh Iran.

Ini tidak berarti bahwa Houthi adalah sebuah entitas monolitik dengan satu agenda yang sama; mereka adalah sebuah koalisi yang kompleks dan mudah berubah.

Saat ini, kelompok Houthi merupakan bahaya keamanan yang paling mendesak di kawasan Laut Merah.

Tentara Houthi telah memburu, menyerang, dan menguasai banyak kapal sejak 2016. Teknik awal mereka, seperti menggunakan granat berpeluncur roket, tidak terlalu canggih, tetapi strategi mereka telah berevolusi menjadi lebih berbahaya, dan sukses.

Mereka juga telah menggunakan ranjau, pesawat tak berawak, dan rudal anti-kapal. Target terbesar dari serangan mereka adalah kapal dan pelabuhan Saudi.

Houthi telah melemahkan Yaman dan memicu masuknya intervensi asing ke negara ini. Misalnya, pada 2015, AS mendukung intervensi Arab Saudi untuk mencegah Houthi menginvasi seluruh Yaman.

Tantangan keamanan di Laut Merah

Tantangan terbesar adalah perang dan ketegangan yang sedang berlangsung antarnegara, dan di dalam masing-masing negara tersebut. Ini termasuk perselisihan mengenai afiliasi kepulauan Laut Merah, perselisihan perbatasan, klaim teritorial, kepentingan ekonomi yang saling bertentangan, perbedaan ideologi dan perpecahan etnis.

Contoh-contohnya termasuk Perang Yaman-Arab Saudi dan ketegangan antara Sudan, Etiopia, dan Mesir atas Bendungan Renaisans Besar Etiopia.

Krisis regional, seperti Arab Spring, Krisis Yaman, konflik Israel-Palestina sera blokade Sudan dan Qatar, juga memiliki dampak langsung terhadap keseimbangan kekuatan di Laut Merah.

Masalah keamanan utama lainnya yang terus meningkat adalah bahwa Laut Merah digunakan sebagai jalur penyelundupan oleh para penyelundup, baik barang maupun manusia. Mereka menggunakan hasilnya untuk membiayai perang saudara dan kegiatan teroris di wilayah tersebut.

Karena titik transit dan kedekatannya dengan zona konflik, Laut Merah adalah salah satu daerah dengan tingkat peredaran senjata dan perdaganagn manusia tertinggi.

Meningkatnya kekuatan sektor ilegal telah berdampak buruk terhadap stabilitas regional. Hal ini telah membuka jalan bagi terbentuknya banyak kelompok kejahatan terorganisir. Hal ini juga telah merenggut ratusan ribu nyawa.

Apa yang harus dilakukan untuk mengamankan wilayah Laut Merah?

Selama beberapa tahun, masalah keamanan utama di wilayah yang lebih luas adalah pembajakan oleh Somalia. Operasi angkatan laut besar yang terkoordinasi, yang melibatkan aktor-aktor internasional utama, membantu mengatasi ancaman tersebut dan menunjukkan apa yang dapat dicapai.

Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pertama terhadap krisis regional ini adalah kerja sama regional.

Pada 2020, Dewan Laut Merah (AKA Dewan Negara-Negara Pesisir Arab dan Afrika di Laut Merah dan Teluk Aden) didirikan oleh Arab Saudi, Sudan, Djibouti, Somalia, Eritrea, Mesir, Yaman, dan Yordania dengan tujuan menjaga keamanan dan stabilitas di Laut Merah. Tujuannya adalah untuk berkonsultasi dan mengoordinasikan upaya-upaya untuk memerangi bahaya, namun bukan merupakan kelompok militer.

Dewan Laut Merah dimaksudkan untuk menjadi instrumen regional yang baru. Namun, dewan ini belum mampu mencegah militerisasi koridor Laut Merah yang merupakan salah satu mandatnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari masyarakat internasional dan ketegangan historis atas isu-isu teritorial.

Dewan tersebut juga didominasi oleh Arab Saudi, berdasarkan kekuatan ekonomi dan otoritas politiknya, sehingga pergerakan bebas Etiopia, Qatar dan Turki, serta Iran di Laut Merah menjadi sangat terbatas.

Pada akhirnya, peningkatan koordinasi dan kolaborasi antara musuh dan sekutu yang memiliki kepentingan bersama diperlukan untuk memastikan keselamatan dan keamanan Laut Merah.


Rahma Sekar Andini menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now