Menu Close

Latah membangun ‘creative hub’ di Jakarta dan kota besar, potensial mendorong ekonomi kreatif?

Creative hub di Jakarta. Pemerintah Kota Jakarta Pusat

Banyak daerah di Indonesia sedang sibuk membangun “creative hub” (pusat kreatif), perkotaan pun seakan sibuk membangun ruang ini sebagai jawaban atas inisiatif Nawacita Presiden Joko Widodo untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai pilar ekonomi Indonesia. Namun sungguhkah creative hub menjadi jawaban atas tantangan membangun ekonomi kreatif di Indonesia?

Pemerintah daerah pun merespons dengan membangun fasilitas creative hub seperti Jakarta dan Bandung. Inisiatif serupa juga dilakukan Kementerian Perindustrian dan beberapa BUMN lewat program Rumah Kreatif BUMN yang tersebar di lebih 200 titik di seluruh Indonesia.

Berfokus pada penyediaan ruang bagi insan kreatif untuk berkarya dan berkegiatan, creative hub didefinisikan sebagai tempat penelitian dan pengembangan, belajar, dan membuat prototipe produk. British Council mendefinisikan creative hub sebagai ruang fisik maupun virtual yang menggabungkan orang-orang dengan kewirausahaan di bidang industri kreatif maupun budaya.

Menyediakan ruang kreatif di Indonesia umumnya berfokus pada pengembangan infrastruktur fisik yang seringkali creative hub disalahartikan sebagai coffee shop yang telah di-upgrade, tempat insan kreatif berkumpul dan bekerja. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) lewat program Bantuan Pemerintah 2017 untuk sektor ekonomi kreatif didominasi bantuan revitalisasi infrastruktur fisik dan TIK yang kemudian akan dipergunakan untuk mendorong komunitas dan creative hub. Infrastruktur mengambil sekitar seperempat dari seluruh anggaran Bekraf pada 2017 ini.

Sayangnya dari keseluruhan langkah yang perlu diambil dalam membangun ekonomi kreatif, upaya pemerintah masih mengambil pendekatan pembangunan infrastruktur fisik saja. Caroline Agnew dalam tulisannya mencatat bahwa banyak pengembangan ekonomi kreatif pemerintah berujung pada pembangunan fasilitas fisik dan melupakan aspek sosial yang menyebabkan creative hub menjadi sebuah pulau tersendiri yang tidak terhubung dengan beragam aktivitas ekonomi lainnya.

Dalam studi British Council atas creative hub di Indonesia, pembangunan jejaring seharusnya menjadi terutama dengan creative hub menjadi perantara dalam pengembangan jejaring tersebut. Namun, pembangunan jejaring di akar rumput lewat creative hub sepertinya belum termasuk dalam lingkup pemberdayaan Bekraf saat ini dengan asumsi jejaring akan terbentuk secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah.

Jangan cuma infrastruktur fisik

Richard Florida dalam bukunyaThe Rise of Creative Class mengutamakan 3T sebagai pendorong terbentuknya kelas kreatif baru di sebuah wilayah urban, yakni Talenta, Teknologi, dan Toleransi. Talenta berfokus pada kualitas sumber daya manusia, Teknologi menekankan pentingnya penetrasi dan pemanfaatan teknologi untuk mendukung kreativitas dan komunikasi. Toleransi sendiri adalah metrik yang berbeda, yakni keterbukaan masyarakat akan hal baru dan berbeda yang akan berpengaruh pada terbentuknya pola pikir yang mendukung inovasi.

Pembangunan infrastruktur fisik dan TIK yang lebih berfokus pada pengembangan teknologi tidak serta merta membangun aspek lainnya yakni Talenta dan Toleransi. Pendidikan tinggi menjadi sentral dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia yang akan menggerakkan sektor ekonomi kreatif. Richard Florida mahfum bahwa keberadaan perguruan tinggi sangatlah penting untuk menggerakkan roda inovasi dengan kemampuan mendatangkan talenta terbaik ke lokasi tersebut dan juga mendidik talenta kreatif baru yang akan ikut dalam menggerakkan industri ekonomi kreatif.

Industri kreatif di Bandung sedikit banyak didorong lewat hadirnya perguruan tinggi yang kuat mendukung seni dan kreativitas. Institut Teknologi Bandung secara aktif menggarap sektor ekonomi kreatif secara berkelanjutan yang kini menelurkan berbagai perguruan tinggi lain yang berfokus pada inovasi dan ekonomi kreatif yang melaju dari sub sektor arsitektur, pengembangan aplikasi dan game hingga seni rupa dan desain.

Tergantung Kolaborasi

Dengan terbatasnya pengembangan creative hub yang lebih berfokus pada penyediaan fasilitas fisik, kolaborasi menjadi kunci atas suksesnya sebuah ruang kreatif. Dalam pembangunan beragam inisiatif, pemerintah telah melakukan kolaborasi baik dengan perguruan tinggi hingga BUMN. Namun, kolaborasi diperlukan juga untuk meningkatkan efektivitas efektivitas creative hub bergantung sepenuhnya dari koneksi dan kolaborasi yang terbentuk di setiap ruang tersebut.

Pengelolaan kolaborasi pun menjadi salah satu bagian penting dari dari pengelolaan creative hub, tempat jejaring dihubungkan dan dibangun. Berdasarkan laporan British Council mengenai creative hub di Indonesia, kegiatan networking memang menjadi fokus dari aktivitas di banyak creative hub. Tapi keterlibatan pemerintah masih dirasa sangat kurang untuk turut membangun program di dalam creative hub.

Pengembangan program di creative hub hingga saat ini justru tergantung dari siapa yang menjadi penggerak di creative hub tersebut. Bagi creative hub yang telah memiliki sumber daya manusia yang baik dan didukung kepemimpinan yang visioner, pengembangan program tidaklah menjadi tantangan. Sebaliknya bagi creative hub yang tidak terhubung dalam jejaring dengan baik, pengembangan program dan jejaring menjadi sangat menantang. Tanpa campur tangan yang baik dari pihak pemerintah dan bisnis untuk turun menjangkau, creative hub ini berpotensi dorman dan perlahan layu.

Tantangan berikut bagi creative hub adalah memastikan terjadinya trickling effect di sekitar creative hub. Trickling effect adalah sebutan akan ikut berkembangnya sebuah industri karena adanya bisnis tertentu yang hadir di sekitarnya. Agnew mencatat bahwa ada kecenderungan creative hub tampil sebagai menara gading tersendiri yang justru tidak mendatangkan perputaran ekonomi bagi sekelilingnya. Hingga saat ini, sampai seberapa jauh efek “cipratan rezeki” yang mampu dihasilkan oleh creative hub di Indonesia, masih harus diteliti lebih lanjut.

Yang pasti tanpa kolaborasi yang jelas dan keterlibatan ekosistem creative hub untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang berdampak bagi sekelilingnya, creative hub hanyalah sebuah gedung kosong. Tanpa kreativitas yang mampu menghidupi gerak insannya, creative hub hanyalah akan jadi sebuah jargon pencitraan. Justru hal terpenting yang perlu dibangun dalam ekonomi kreatif adalah manusianya—dari merekalah kreativitas lahir dan akan menciptakan nilai ekonomi, bukan sekadar gedung bagus semata.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now