Menu Close

Lima cara membantu anak Anda ketika menjadi korban bullying di sekolah

(Shutterstock)

Perundungan atau bullying adalah salah satu kekhawatiran terbesar orang tua terhadap keamanan dan kesejahteraan anak mereka – dan ini sering membuat banyak dari kita stres dan pusing.

Suatu studi yang pernah dilakukan oleh National Centre for Social Research (NatCen) di Inggris menemukan bahwa 47% anak-anak melaporkan bahwa mereka mengalami bullying pada usia 14 tahun. Yang sering menjadi korban adalah minoritas dan kelompok yang termarjinalkan.

Namun, studi itu juga menemukan bahwa anak yang menceritakan pengalaman tersebut ke orang tua mereka lebih mungkin untuk ‘keluar’ dari jeratan bullying. Berikut lima cara penting untuk membantu mereka:


Read more: Riset tunjukkan trauma perundungan yang dialami anak saat kecil terbawa hingga dewasa: studi kasus di Aceh


1) Kenali tanda-tanda bullying

Tanda-tanda bullying termasuk jika anak menunjukkan perubahan perilaku, menjadi lebih tertutup, tidak ingin berangkat ke sekolah, atau bahkan mengalami berbagai komplikasi penyakit.

Jika anak Anda mengungkapkan bahwa mereka menjadi korban bullying, pertama-tama ucapkan terima kasih pada mereka karena sudah berani menceritakannya. Jelaskan pada mereka bahwa hal ini adalah langkah awal yang penting untuk menyelesaikan masalahnya.

Cobalah sebaik mungkin untuk mendengarkan mereka tanpa merasa kesal atau marah. Tetap tenang dan yakinkan mereka bahwa Anda pasti siap membantu. Secara sensitif, tanyakan baik-baik apa yang telah terjadi, seperti apa bullying yang mereka alami, bagaimana perasaan mereka setelah mengalami ini, sehingga Anda bisa menenangkan dan mulai berempati dengan mereka.

Memang, bisa jadi Anda akan merasakan godaan besar untuk langsung bertindak. Namun cobalah untuk memikirkan solusinya bersama-sama dengan anak Anda Tanyakan pada mereka bagaimana cara terbaik agar Anda bisa membantu.

Pengalaman bullying bisa menjatuhkan rasa percaya diri seorang anak. Jadi, yakinkan mereka akan keunggulan yang mereka miliki. Temani mereka melakukan kegiatan apapun yang bisa meredakan keresahan mereka. Selalu ingatkan mereka bahwa Anda akan selalu ada untuk mereka.

Di berbagai negara, ada juga sejumlah layanan dan platform yang bisa membantu memberikan saran-saran yang tepat bagi orang tua dari korban bullying.

2) Pahami dinamika bullying

Bullying kerap didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja dan berulang, yang mengandalkan suatu ketimpangan kuasa. Tapi, bahkan jika hanya terjadi sekali, kejadian bullying tetap harus Anda anggap serius – apalagi jika anak Anda memutuskan untuk menceritakannya.

Membicarakan suatu kejadian bullying adalah langkah awal yang baik. (Shutterstock)

Berbicaralah pada mereka tentang berbagai bentuk bullying, dan bagaimana wujudnya: bisa saja tak hanya serangan atau ancaman fisik, tapi juga mengejek, mengucilkan, menyebarkan rumor, hingga memaksa seseorang melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Jelaskan pada anak Anda bahwa ini bisa juga difasilitasi teknologi dan media sosial (misalnya melalui cyberbullying). Tunjukkan Anda memahami bahwa bullying bisa menyasar berbagai individu dan kelompok dengan intensitas yang berbeda-beda.

Ini bisa membantu mengajarkan anak untuk mengenali dan memahami bullying sekaligus mendemonstrasikan empati pada orang lain.

Kita juga perlu mendorong anak untuk senantiasa melihat di sekitar mereka apakah ada kejadian bullying. Pasalnya, dalam banyak insiden ada saksi mata – misalnya rekan sepermainan mereka – yang enggan melapor karena takut akan jadi korban atau merasa tidak baik untuk “menyebarkan aib”.

3) Jangan balas dendam

Dorong mereka untuk tidak balas dendam secara agresif. Keinginan melawan balik adalah hal yang bisa dipahami. Tapi, biasanya hal ini cenderung memperparah keadaan dan bisa menyebabkan anak Anda semakin terluka, diketawai, atau bahkan berujung menjadi pihak yang menerima sanksi.

Kita harus mengutamakan pendekatan yang lebih asertif dalam menangani bullying, ketimbang yang agresif atau bahkan pasif. Ingatkan mereka untuk segera keluar dari situasi bullying sebisa mungkin dan melaporkannya pada orang dewasa.

Penting untuk tidak memperparah suasana. (Shutterstock)

4) Laporkan

Jika anak Anda merasa kesulitan menangani bullying bahkan dengan bantuan Anda, segera hubungi pihak sekolah. Namun, pastikan Anda berbicara dengan anak terlebih dahulu. Jelaskan pada mereka bahwa ini adalah langkah yang memang harus diambil.

Anda bisa jadi berkeinginan untuk mengonfrontasi orang tua dari anak yang merundung anak Anda. Namun, hal ini bisa menimbulkan konsekuensi negatif untuk Anda dan anak.

Semua sekolah di Inggris, misalnya, wajib secara hukum memiliki kebijakan anti-perundungan yang merincikan bagaimana mekansime pelaporan dan penanganan bullying. Tanyakan pada sekolah bagaimana cara melakukannya.

Dukung dan kawal sekolah selama proses ini berjalan, karena sama-sama punya tujuan untuk menghentikan bullying. Jangan lupa juga untuk melakukan diskusi awal dengan guru anak Anda. Mereka kemungkinan bisa melibatkan kolega-kolega yang lain dalam membantu anak Anda melalui sumber daya sekolah. Bersama-sama, buatlah strategi untuk menangani insiden tersebut, termasuk langkah-langkah selanjutnya.

Setelah anak Anda menceritakan insiden bullying, Anda juga bisa menuliskan dalam buku catatan siapa yang menjadi pelakunya, dan apa yang mereka lakukan atau katakan – serta seberapa sering, kapan, dan di mana kejadian tersebut. Simpan data atau catatan terkait pesan atau SMS, dan juga unggahan atau komentar di media sosial. Tapi tetap beri juga ruang bagi sekolah untuk menyelesaikan masalahnya bersama anak Anda.

Namun, jika Anda merasa sekolah masih belum berusaha dengan maksimal, Anda bisa pertimbangkan untuk melapor kepada kepala sekolah, komite sekolah, pejabat pendidikan setempat, atau, di Inggris ada lembaga Ofsted yang mengawasi dan mengatur sekolah.

5) Jangan sampai bullying mengganggu pendidikan anak

Seburuk apapun situasinya, pastikan anak Anda jangan berhenti bersekolah. Hal ini bisa memperparah situasinya, dan artinya justru anak Anda yang akan melewatkan pendidikan.

Apapun yang Anda lakukan, ingat bahwa respons yang tenang, sistematis, dan gradual adalah langkah yang terbaik untuk menangani bullying.

Bullying adalah masalah serius di sekolah dan masyarakat luas. Bullying itu salah, dan kita harus mendukung sekolah untuk mewujudkan lingkungan di mana semua anak merasa aman untuk berkembang dan belajar.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,943 institutions.

Register now