Menu Close
Pengangkutan barang menjadi salah satu sektor yang terdampak konflik Rusia-Ukraina. pexels pixabay

Lima komoditas penting yang akan terganggu Perang Rusia-Ukraina

Situasi perang di Ukraina mengancam gangguan rantai pasokan yang telah terdisrupsi sebelumnya oleh COVID-19. Walau Ukraina dan Rusia hanya menyumbang sedikit proporsi impor negara manufaktur besar seperti Jerman atau Amerika Serikat, keduanya merupakan produsen bahan mentah dan energi yang penting bagi banyak rantai pasokan krusial.

Dampak ekonomi tentu hanyalah dampak sekunder dari krisis humaniter yang mengancam nyawa warga Ukraina. Namun begitu, negara-negara di dunia juga perlu mewaspadai potensi cipratan dampak ekonomi dari konflik tersebut, utamanya menyangkut pasokan pasar komoditas. Berikut adalah lima komoditas yang memiliki potensi terdampak serangan militer Rusia ke Ukraina:

1. Energi

Banyak negara di Eropa yang bergantung pada pada pasokan gas dari Rusia, yang disalurkan melalui beberapa pipa penting. Hal ini dapat mempengaruhi pendekatan Eropa terhadap krisis yang terjadi.

Ketergantungan terhadap gas dari Rusia, misalnya, disinyalir sebagai faktor yang membuat negara-negara Eropa enggan untuk mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, terlepas dari keputusan Jerman untuk menangguhkan pipa gas Nord Stream 2 yang berlokasi di daerah Baltik.

Walau penghentian aliran gas dari Rusia ke Eropa sepenuhnya sangat tidak mungkin dilakukan, gangguan suplai yang kecil dapat menimbulkan dampak yang signifikan. Saat ini, cadangan gas global cukup rendah akibat pandemi dan berujung pada lonjakan harga energi yang berdampak bagi konsumen dan industri.

Harga gas alam (UK spot, pence per satuan termal energi panas)

Natural gas price chart
Trading Economics

Dengan posisi gas sebagai komoditas penting dalam rantai pasokan, timbulnya gangguan dapat mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang cukup luas. Ketika harga gas meningkat tajam pada 2021, Inggris terpaksa menutup sejumlah pabrik pupuk karena tingginya biaya energi.

Hal ini turut berimbas pada kurangnya pasokan karbon dioksida, yang esensial bagi berbagai aktivitas lintas sektor seperti prosedur medis dan penyimpanan makanan. Konsekuensi serupa sangat mungkin terjadi dengan kenaikan harga minyak dan gas.

Suplai energi Indonesia berasal dari impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor minyak dan gas (migas) Indonesia mencapai US$196,20 miliar (Rp 2.805 triliun) atau meningkat 38,59 persen dibandingkan 2020. Kenaikan harga energi global dapat memperdalam defisit neraca perdagangan migas Indonesia dan memicu inflasi.

2. Pangan

Harga pangan global melambung selama 2021 akibat berbagai macam faktor, mulai dari tingginya harga energi hingga perubahan iklim. Produsen makanan kemungkinan besar akan berhadapan dengan tekanan yang lebih besar akibat kenaikan harga input utama atau harga yang memengaruhi biaya produksi.

Rusia dan Ukraina menyumbang lebih dari seperempat ekspor gandum dunia. Sementara, produksi minyak bunga matahari Ukraina berkontribusi pada lebih dari setengah ekspor global komoditas tersebut. Keduanya adalah komoditas yang banyak digunakan dalam berbagai produk makanan.

Jika panen dan pengolahan kedua komoditas tersebut terhambat akibat perang, atau jika jalur ekspor terblokir, importir akan kesulitan untuk mencari suplai penggantinya.

Beberapa negara bergantung pada ekspor gandum dari Rusia dan Ukraina. Sebagai contoh, hampir 70% impor gandum Turki dan Mesir berasal dari kedua negara tersebut. Ukraina juga merupakan eksportir jagung terbesar Cina.

Harga gandum (US$/gantang)

Price of wheat chart
Based on wheat futures prices. Trading View

Sebagai salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, Indonesia mengimpor gandum dengan jumlah yang signifikan. Tercatat, sepanjang 2021 impor tepung gandum Indonesia mencapai 31,34 ribu ton dengan nilai total US$11,81 juta. Walau Ukraina tidak termasuk dalam lima teratas pemasok bulir ataupun tepung gandum Indonesia, kita tetap perlu waspada dengan potensi kenaikan harga komoditas tersebut akibat gangguan pada rantai pasokan global.

Peningkatan produksi dari produsen lain di dunia dapat mengurangi dampak gangguan pada rantai pasokan. Selain itu, terdapat kemungkinan terjadinya peralihan alur perdagangan. Sebagai contoh, Cina telah menyatakan akan memulai mengimpor gandum dari Rusia.

Akan tetapi, Rusia juga merupakan pemasok utama bahan-bahan penting untuk produksi pupuk, sehingga sanksi perdagangan dapat mempengaruhi produksi di wilayah lain.

3. Transportasi

Perang dapat menimbulkan gangguan lebih lanjut pada transportasi global yang telah tersungkur karena pandemi. Moda transportasi yang akan terpengaruh utamanya adalah angkutan laut dan kereta api.

Sejak 2011, angkutan kereta api yang menghubungkan Cina dan Eropa telah terbangun. Baru-baru ini, jalur tersebut mencapai perjalanan ke-50.000. Sementara kereta api hanya membawa sebagian kecil dari total pengiriman barang antara Asia dan Eropa, moda transportasi itu terus berkembang dan memainkan peran penting selama gangguan transportasi akibat pandemi.

Dengan berlangsungnya perang, rute kereta dialihkan dari Ukraina. Walau pengamat tetap optimis bahwa disrupsi bisa terjaga di level minimum, negara seperti Lithuania terpaksa mengantisipasi terpaparnya lalu lintas kereta api mereka akibat sanksi terhadap Rusia.

Sementara dalam transportasi laut, pemilik kapal menghindari rute perjalanan melalui Laut Hitam bahkan sebelum terjadinya invasi. Penyedia layanan asuransi juga menuntut perusahaan pengiriman jalur laut untuk memberi kabar jika harus melewati rute tersebut.

Walau pengiriman kontainer di Laut Hitam memiliki segmen yang relatif kecil dalam skala global, salah satu terminal terbesarnya adalah Odessa. Jika jalur ini ditutup oleh pasukan Rusia, efeknya pada impor dan ekspor Ukraina bisa sangat besar, dengan potensi konsekuensi kemanusiaan yang drastis.

Secara umum, kenaikan harga minyak akibat perang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi industri pengangkutan barang. Tarif angkutan kini sangat tinggi dan dapat melonjak lebih jauh lagi. Negara-negara di dunia mesti berhadapan dengan kenaikan harga barang dan jasa sebagai imbas dari peningkatan harga ekspedisi.

Selain itu, terdapat pula ancaman serangan siber yang dapat menyasar rantai pasokan global. Karena perdagangan sangat bergantung pada pertukaran informasi daring, satu serangan siber yang mengancam jalur pelayaran atau infrastruktur lain dalam rantai pasokan dapat menimbulkan efek riak yang berdampak sangat besar.

4. Logam

Rusia dan Ukraina merupakan produsen terbesar logam seperti nikel, tembaga, dan besi. Keduanya juga terlibat dalam ekspor dan pembuatan bahan baku penting lainnya seperti neon, paladium, dan platinum.

Kekhawatiran terhadap sanksi ekonomi terhadap Rusia mendorong kenaikan harga komoditas logam ini. Harga paladium, contohnya, mengalami kenaikan 80% dari pertengahan Desember hingga kini menyentuh kisaran US$2,700 per ons. Paladium merupakan komponen dari berbagai macam barang seperti sistem pembuangan otomotif, telepon seluler, hingga tambalan gigi.

Sementara, harga nikel dan tembaga, yang masing-masing digunakan dalam produksi manufaktur dan bangunan, juga mulai membumbung.

Nissan Juke being manufactured in Sunderland
Logam seperti paladium merupakan komponen penting dalam produksi otomotif. John Angerson/Alamy

Selain itu, industri penerbangan di Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris juga bergantung pada pasokan titanium Rusia. Perusahaan Boeing dan Airbus memang mulai mendekati pemasok lain. Namun, pangsa pasar dan basis produk pemasok terkemuka Rusia VSMPO-AVISMA yang luas membuat diversifikasi sepenuhnya sulit dilakukan, terutama mengingat produsen kedirgantaraan telah menandatangani kontrak pasokan jangka panjang hingga 2028.

Produsen perlu mengantisipasi gangguan dan kelangkaan pasokan material-material ini, yang kemungkinan akan mengarah pada kenaikan harga pada berbagai produk barang dan jasa.

Di luar larangan dan batasan ekspor bahan mentah, sebagai produsen nikel terbesar dan salah satu penghasil tembaga top dunia, Indonesia bisa saja diuntungkan oleh potensi lonjakan harga ini. Akan tetapi, Indonesia juga harus waspada akan naiknya harga barang dan jasa yang terimbas disrupsi distribusi komoditas logam.

5. Microchip

Kelangkaan microchip menjadi masalah besar sepanjang 2021. Sebagian analis memprediksi bahwa persoalan ini akan mereda pada tahun 2022. Namun, perkembangan terkini menurunkan optimisme tersebut.

Sebagai bagian dari sanksi terhadap Rusia, Amerika Serikat mengancam untuk berhenti memasok microchip dari Rusia. Akan tetapi, ancaman ini menjadi tidak efektif mengingat Rusia dan Ukraina merupakan eksportir kunci dari neon, paladium, dan platinum yang merupakan komponen penting bagi produksi microchip.

Sekitar 90% neon yang digunakan untuk litografi chip berasal dari Rusia, dan 60% di antaranya dimurnikan oleh satu perusahaan di Odessa. Sumber-sumber alternatif akan membutuhkan investasi jangka panjang sebelum dapat memasok pasar global.

Produsen saat ini memiliki kelebihan pasokan yang dapat memenuhi kebutuhan global untuk dua hingga empat pekan ke depan, namun gangguan pasokan berkepanjangan yang disebabkan oleh aksi militer di Ukraina akan sangat berdampak pada produksi semikonduktor dan produk yang bergantung padanya, termasuk mobil.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,300 academics and researchers from 4,953 institutions.

Register now