Menu Close

Memahami childfree dari sudut pandang psikologi

Memahami childfree dari sudut pandang psikologi

Pembahasan mengenai childfree kembali ramai di media sosial usai influencer Gita Savitri melontarkan komentar bahwa childfree adalah cara alami untuk tetap awet muda.

Menurut selebgram yang tinggal di Jerman ini, dengan memutuskan menjadi childfree, ia tidak mengalami stres, punya jam tidur yang cukup, dan merasa lebih bahagia.

Apa yang menyebabkan seseorang memilih childfree dari kacamata psikologi? Apakah benar keputusan untuk tidak memiliki anak secara sadar akan membuat lebih bahagia?

Dalam episode SuarAkademia kali ini, kami berbincang dengan Lia Mawarsari Boediman dari Universitas Indonesia.

Lia mengatakan keputusan untuk childfree harus dibicarakan jauh sebelum menikah agar nantinya tidak menimbulkan permasalahan ketika sudah masuk dalam jenjang pernikahan. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan pilihan untuk tidak memiliki anak dalam sebuah keluarga, selama keputusan ini diambil secara sadar oleh pasangan dan mereka paham dengan segala konsekuensinya.

Menurut Lia, ada beberapa faktor yang membuat seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak, seperti tidak adanya keinginan untuk menjadi orang tua, kecenderungan untuk mengejar karier yang dijadikan sebagai tujuan utama dalam hidup, faktor biaya membesarkan anak yang semakin besar, dan trauma masa lalu yang menyebabkan takut untuk memiliki anak.

Lia menambahkan bahwa keputusan untuk childfree ini sebagai pilihan yang bisa saja membuat pasangan menjadi bahagia selama ini diputuskan secara matang. Keputusan keluarga untuk tidak memiliki anak ini adalah keputusan yang sangat privat dan seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan dan dijadikan permasalahan.

Simak obrolan selengkapnya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,700 academics and researchers from 4,947 institutions.

Register now