Menu Close
pexels pixabay.

Nilai tukar dolar ke rupiah hampir tembus 16 ribu: apa dampaknya pada perekonomian Indonesia?

CC BY65.9 MB (download)

Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belakangan menjadi salah satu topik pembicaraan yang hangat didiskusikan. Pada tanggal 1 November 2023, rupiah ada di angka Rp 15.940 per dolar AS saat penutupan perdagangan.

Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Sebagian besar mata uang di Asia mengalami penurunan nilai terhadap dolar AS. Tercatat, baht Thailand melemah 0,04 persen, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, dolar Singapura melemah 0,14 persen, dan rupee India melemah 0,01 persen.

Dengan adanya tren ini, apa dampaknya terhadap perekonomian Indonesia?

Dalam episode SuarAkademia terbaru, kami berbincang dengan Teuku Riefky, peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.

Riekfy mengatakan, melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS ini disebabkan oleh faktor eksternal. Selain faktor perlambatan ekonomi global pascapandemi, ia juga berpendapat bahwa sentimen bank sentral yang dimiliki oleh AS yaitu The Fed, yang masih akan menaikkan tingkat suku bunga, juga berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.

Riefky mengingatkan, melemahnya nilai tukar rupiah ini akan berdampak terhadap ongkos produksi dalam negeri yang menggunakan bahan impor. Ongkos produksi ini akan meningkat apabila tren melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjadi secara berkepanjangan. Riefky juga menambahkan pentingnya menjaga stabilitas nilai mata uang untuk menjaga tingkat investasi.

Untuk mengatasi permasalahan ini, menurut Riefky, pemerintah sudah melakukan beberapa langkah. Namun, dengan status Indonesia sebagai small open economy, melemahnya nilai tukar rupiah adalah hal yang tidak bisa dihindari. Pemerintah perlu memikirkan langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi ketika terjadi pergolakan ekonomi secara global.

Simak episode selengkapnya di SuarAkademia - ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,700 academics and researchers from 4,947 institutions.

Register now