Menu Close
Sepasang orang mengenakan masker
Will Oliver/EPA

Pandemi COVID-19 bisa jadi endemik, ini penjelasan ahli

Belum pasti bagaimana kondisi COVID-19 ke depan. Namun, dari pengalaman kita dengan infeksi lain, kecil kemungkinan virus SARS-CoV-2 ini akan pergi dalam waktu dekat, bahkan saat vaksin sudah tersedia.

Skenario yang lebih realitis adalah pandemi ini akan menjadi anggota suatu kelompok infeksi (yang jumlahnya besar dan terus bertambah) yang kerap disebut sebagai “endemik” di populasi manusia.

Dengan tingkat penyebaran yang meningkat lagi, tampaknya langkah-langkah yang ada saat ini akan sulit untuk bisa membuatnya terkendali. Kecuali di negara yang secara efektif mengisolasi mandiri dari dunia luar.

Karena faktanya mayoritas orang masih rentan sampai tahap tertentu, situasi ini belum ‘padam’ dan masih akan terus ‘menyala’ untuk beberapa waktu.

Ini akan tetap terjadi bahkan jika ada beberapa lokasi spesifik yang sudah mencapai kekebalan komunal (dan ini masih belum jelas akan terjadi seperti apa).

Memang, ketika sekelompok orang dengan jumlah yang ideal sudah mendapat imun atas virus dari vaksinasi atau infeksi alami, penyebaran akan melambat dan angka kasus akan menurun. Namun, ini tidak berarti virus akan langsung hilang seketika.

Di luar area dengan kekebalan komunal, ada beberapa daerah yang masih memiliki individu rentan dan berpotensi mendorong penyebaran. Ini penting, sebab tidak ada ukuran pasti isolasi untuk bisa menghentikan interaksi antarmanusia, antardaerah, bahkan global.

Pada akhirnya, ada kemungkinan penyebaran ini nantinya berjalan stabil pada tingkat yang sama. Sehingga, penyebaran bisa hadir di suatu kelompok sepanjang waktu, meski relatif rendah, dan dapat diprediksi.

Hal inilah yang kami maksud dengan penyakit sebagai endemik.

Beberapa infeksi muncul dan secara aktif menyebar hampir di mana-mana (misalnya, infeksi menular seksual dan infeksi anak-anak). Akan tetapi, sebagian besar infeksi menjadi endemik di wilayah dunia tertentu.

Hal ini dapat pula terjadi saat pengendalian berjalan efektif dan telah menghilangkan infeksi di suatu lokasi, atau karena kondisi yang diperlukan untuk penularan hanya dapat ditemukan di lokasi tertentu. Ini yang terjadi pada malaria dan infeksi lain yang ditularkan oleh nyamuk.

Silhouette of mosquito on human skin.
Malaria menjadi endemik di berbagai negara. Mycteria/Shutterstock

Secara teori, sebuah infeksi dapat menjadi endemik bila secara rata-rata satu orang yang terinfeksi menyebarkan infeksi pada satu orang lainnya. Ini berarti, angka reproduksi (R)=1.

Bila kita lihat, selama epidemi dan penyebaran meningkat, R lebih dari 1. Sebaliknya, ketika menurun selama pengendalian atau kekebalan populasi, R di bawah 1.

Dalam praktiknya, ada sejumlah pola yang dapat diamati pada penyakit endemik.

Beberapa infeksi terus ada pada tingkat rendah sepanjang tahun, sementara yang lain mungkin menunjukkan periode penularan yang lebih tinggi diikuti dengan periode penularan rendah.

Ini mungkin terjadi jika faktor musiman mempengaruhi seberapa banyak kontak yang dimiliki orang dengan satu sama lain, seberapa rentan mereka terhadap penyakit, atau organisme lain yang menyebarkannya seperti serangga.

Selama ada masih jumlah orang rentan terhadap penyakit yang cukup, penyakit itu akan terus menyebar.

Jumlah orang yang rentan terhadap penyakit ini bisa tetap cukup lewat berbagai cara, tergantung pada sifat penyakitnya.

Kekebalan menurun

Anak yang baru lahir berkondisi rentan setelah kekebalan yang diperoleh dari ibunya habis, meski penyakit memberi efek kekebalan sesudah infeksi.

Itu sebabnya, infeksi yang terjadi pada anak-anak cukup tinggi terjadi di dunia seperti campak, misalnya.

Selain itu, pada penyakit yang hanya punya efek kekebalan sementara dari infeksi natural, orang-orang yang mulai kehilangan kekebalan akan jadi rentan kembali.

Sebuah virus atau bakteri juga dapat menghindari ingatan kekebalan lewat mutasi sehingga orang yang memiliki kekebalan terhadap jenis yang lebih tua akan menjadi rentan terhadap penyakit versi baru. Influenza adalah contoh utama.

Kita tidak tahu pasti berapa lama kekebalan dari infeksi COVID-19 ini akan berakhir atau bagaimana vaksin terbaik bisa melindungi kita.

Namun, pada virus corona lain yang sudah menjadi endemik di antara populasi manusia, seperti yang biasa menyebabkan flu, imunigas sementara hanya bertahan satu tahun.

Hal penting lainnya adalah orang-orang yang punya kekebalan baik dari infeksi maupun vaksinasi, sangat jarang tersebar secara merata di komunitas, negara, bahkan dunia.

Tentu, dalam kasus COVID-19, ada daerah yang penularannya lebih intensif dan daerah yang relatif terselamatkan. Tanpa penyebaran yang merata, tidak ada kekebalan komunal bahkan jika telah ada cukup banyak orang yang telah divaksinasi untuk memenuhi ambang batas yang diperkirakan diperlukan.

Dalam situasi semacam ini, angka R cukup rendah sehingga infeksi bisa dikendalikan. Namun, di daerah yang kurang terjangkau, R bisa di atas 1. Ini akan mengakibatkan wabah lokal dan infeksi tetap endemik.

Infeksi tersebut akan terus menyebar dari satu tempat ke tempat lain, didorong oleh tempat yang memiliki kepadatan populasi dan interaksi yang cukup tinggi namun perlindungan cukup rendah sehingga terus menopang penularan.

Bagaimana kita perlu merespons ini?

Bagaimana kita bisa menghadapi COVID-19 ini saat sudah menjadi endemik bergantung dengan seberapa bagus vaksin dan penanganannya.

Jika vaksin bisa melindungi orang dari gejala berat, infeksi ini bisa dikendalikan. COVID-19 kemudian akan menjadi seperti beberapa penyakit lain yang telah kita pelajari dan banyak orang akan mengalami terkena penyakit ini selama hidup mereka.

Tergantung pada apakah kekebalan kita – baik yang kita peroleh dari vaksin ataupun secara alami – permanen atau sementara, kita akan perlu divaksin secara rutin setiap tahun untuk bisa melindungi kita (seperti yang terjadi influenza). Atau bisa juga kekebalan ini dikontrol lewat vaksinasi di usia optimal (seperti infeksi pada anak).

Jika efek vaksin tidak hanya mencegah penyakit klinis, tapi juga bisa mengurangi penularan dan memberikan kekebalan jangka panjang, barulah kita dapat membayangkan skenario lain, misalnya potensi pemberantasan penyakit ini.

Tetapi secara realistis ini tidak mungkin.

Pemberantasan sangat sulit, bahkan untuk penyakit yang kita sudah vaksinnya hampir sempurna dan kekebalannya permanen. Oleh karena itu, kemungkinan paling besarnya, COVID-19 akan menjadi penyakit endemik.

Wiliam Reynold menerjemahkan dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now