Menu Close

Pembersihan Citarum sudah habis-habisan, tapi mengapa sungainya masih kotor?

Pembersihan Citarum sudah habis-habisan, tapi mengapa sungainya masih kotor?

Sejak 2018, Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo memulai Program Citarum Harum untuk membersihkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum secara besar-besaran. DAS ini berhulu dari Kabupaten Bandung hingga Kabupaten Bekasi di Jawa Barat.

Ribuan tentara dikerahkan untuk mengawasi bagian utara Sungai Citarum, sekaligus memberikan hukuman disiplin bagi warga yang membuang sampah sembarangan.

Program tersebut bertujuan untuk memupus citra Citarum sebagai sungai terkotor di dunia versi penelitian lembaga lingkungan Blacksmith Institute pada 2013.

Negara pun telah menggelontorkan lebih dari Rp 1 triliun duit negara untuk Program Citarum Harum – sebagian berasal dari utang. Anggaran dipakai untuk ongkos pembersihan dan normalisasi DAS. Beraneka infrastruktur juga dibangun, seperti fasilitas pengolahan sampah untuk mengurangi pencemaran.

Tiga tahun berselang, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengklaim program pembersihan sudah maksimal. Pemerintah tinggal mengawasi aktivitas warga dan juga industri di sekitar sungai.

Dalam episode SuarAkademia kali ini, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova justru mengabarkan kondisi Sungai Citarum masih tercemar. Hasil riset terbaru Reza dan tim menemukan masih ada polusi mikroplastik, logam berat, hingga limbah tekstil di kawasan DAS Citarum.

Reza juga mengemukakan evaluasinya terhadap program pembersihan Citarum, kebijakan pengelolaan sampah di daerah, hingga modus nakal pembuangan limbah industri. Simak perbincangan selengkapnya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,000 academics and researchers from 4,949 institutions.

Register now