Menu Close
founder startup narsis

Pemimpin narsis tidak selalu buruk–riset buktikan mereka bagus mencari pendanaan ‘startup’

Elon Musk, Donald Trump, Larry Ellison, dan Steve Jobs adalah figur pemimpin populer yang juga terkenal karena karakter mereka yang narsistik. Gaya kepemimpinan mereka yang flamboyan sering kali menarik perhatian, sekaligus membuat kita bertanya-tanya bagaimana sebenarnya kinerja dari seorang pemimpin yang narsis?

Pemimpin yang narsistik biasanya menjadi pedang bermata dua bagi perusahaan. Di satu sisi, mereka dapat menjadi sumber ketidaknyamanan dalam organisasi karena sifat-sifat mereka yang angkuh, egosentris, manipulatif, dan kurang memiliki empati sehingga menciptakan lingkungan kerja yang tidak kondusif. Penelitian empiris juga menunjukkan bahwa kepemimpinan narsistik cenderung melakukan tindakan yang tidak etis dan enggan belajar dari kesalahan yang mereka buat.

Di sisi lain, para pemimpin narsis ini membawa keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Studi menunjukkan bagaimana gaya kepemimpinan mereka dapat mendorong inovasi, perancangan bisnis yang bagus, dan kinerja keuangan yang baik.

Sayangnya, mayoritas penelitian yang ada berfokus menguji dampak pemimpin yang narsis untuk perusahaan–perusahaan besar. Jarang ada penelitian yang meneliti founder (pendiri) startup yang narsis.

Bagaimana dampaknya jika sang founder ini memiliki karakter narsistik?


Read more: Apa beda sifat Elon Musk dan Bill Gates? Riset baru tunjukkan kepribadian pendiri memengaruhi kesuksesan 'startup'


Pengaruh narsisisme pendiri terhadap pendanaan

Selain bertugas membangun tim, seorang pendiri startup mempunyai tanggung jawab penting mencari modal untuk menghidupi dan mendukung ekspansi perusahaan yang dirintisnya.

Proses mencari pendanaan melibatkan strategi menarik investor, menyajikan proposal bisnis yang memikat, dan membangun relasi yang meyakinkan terkait potensi pertumbuhan perusahaan.

Kemampuan founder dalam mencari pendanaan sering dikaitkan dengan karakteristik dan kepribadian yang mereka miliki. Salah satu aspek krusial adalah karisma, kepercayaan diri serta kemampuan memengaruhi orang lain–kesemuanya sering diasosiasikan dengan narsisme.

Narsisme sendiri merujuk pada kombinasi kepribadian yang cenderung membesarkan dan mementingkan diri sendiri, merasa superior, dan berlebihan dalam melihat otoritas dan seberapa penting dirinya.

Satu dari sedikit penelitian tentang kinerja founder perusahaan rintisan yang narsistik dilakukan oleh akademisi dari Politecnico di Milano Italia pada 2020. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan negatif antara kepemimpinan yang narsistik dan tingkat pendanaan yang berhasil diperoleh oleh startup di Italia. Dengan kata lain, semakin kuat karakter narsistik yang dimiliki seorang founder, semakin kecil kemungkinannya untuk sukses dalam mendapatkan pendanaan.

Kesimpulan serupa juga ditemukan dalam studi pada 2019 yang melibatkan perusahaan rintisan dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Kanada dengan menggunakan data dari Indiegogo–sebuah situs penggalangan dana berbasis di AS. Hasilnya menunjukkan bahwa pendiri yang narsistik cenderung tidak berhasil mendapatkan tingkat pendanaan yang tinggi untuk startup mereka.

Karakter founder startup
Pendiri ‘startup’ yang narsis bisa menarik pendanaan dengan pembawaannya yang karismatik. imtmphoto/shutterstock

Hasil yang berbeda dalam startup di Indonesia

Lalu bagaimana dengan konteks startup di Indonesia?

Indonesia menjadi tempat menarik untuk melakukan kajian mengenai startup. Menurut situs Startup Ranking, Indonesia menempati posisi ke-6 sebagai produsen perusahaan rintisan terbesar di dunia, kedua di Asia setelah India.

Terkait pendanaan ini, penelitian kami memperlihatkan hasil yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Studi kami, yang dilakukan dengan metode survei surel terhadap 187 startup di Indonesia, menemukan korelasi positif antara sifat narsistik dan kesuksesan dalam mendapatkan pendanaan. Pendiri startup Indonesia yang memiliki tingkat narsisme yang tinggi cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil mendapatkan pendanaan mereka.

Terdapat beberapa alasan mengapa mereka cenderung sukses dalam mencari pendanaan.

Pertama, karisma yang dimiliki oleh para founder yang narsistik membuat mereka mampu meyakinkan investor untuk mendapatkan pendanaan yang mereka butuhkan. Kombinasi antara kepercayaan diri dan kepribadian yang karismatik memberikan visi yang meyakinkan serta menciptakan kesan yang positif, yang pada akhirnya meningkatkan peluang mereka dalam mendapatkan dana investasi.

Kedua, founder yang narsis seringkali memiliki visi yang jauh ke depan dan keyakinan yang kuat akan kemampuan diri mereka sendiri. Mereka mampu menggambarkan startup mereka sebagai kekuatan yang mengubah permainan di industri, menjadikannya daya tarik bagi investor yang tertarik pada peluang berisiko tinggi namun memiliki potensi keuntungan besar.

Ketiga, para pendiri yang memiliki sifat narsisistik biasanya memiliki keahlian dalam membangun relasi dan jaringan yang luas.

Penjelasan lainnya ialah hipotesis homofili (homophily hypothesis), yakni ketika seseorang yang narsistik mengenal dan “mencintai” individu narsistik lainnya. Para narsis ini berbagi kesesuaian nilai, perspektif, dan gaya kognitif sehingga memudahkan perolehan pendanaan.

Apa yang membedakan?

Sebagai catatan, penelitian kami menggunakan survei psikologis langsung sebagai pendekatan. Sementara itu, penelitian terdahulu menggunakan metode tidak langsung (unobtrusive), yang mengukur berdasarkan dokumen tertentu, bukan uji psikologis.

Pengukuran unobtrusive, misalnya, menilai tingkat narsisime berdasarkan jumlah dan ukuran foto seorang pemimpin yang muncul dalam laporan tahunan perusahaan. Semakin banyak jumlah dan ukuran foto pemimpin, semakin tinggi indikasi narsismenya.

Penilaian tak langsung juga bisa dilakukan dengan melihat jumlah penggunaan kalimat bersifat narsistik dalam dokumen perusahaan. Semakin sering penggunaan frasa seperti “Saya berhasil memimpin perusahaan melalui berbagai tantangan besar dan mencapai pertumbuhan yang luar biasa” atau “Saya berkontribusi secara signifikan pada kesuksesan ini,” semakin tinggi indikasi narsisme.

Sementara itu, penelitian kami menggunakan survei yang mana menggunakan uji psikologi yang bernama “Narcissistic Personality Inventory” untuk mengukur tingkat narsisistik pemimpin perusahaan.

Oleh karena itu, bisa jadi perbedaan kesimpulan yang ada di Indonesia dibandingkan temuan di negara lain disebabkan pendekatan metodologi yang berbeda.

Perbedaan kesimpulan ini juga mungkin saja disebabkan oleh perbedaan norma dan budaya yang ada. Masyarakat dengan budaya jarak kekuasaan yang tinggi seperti di Indonesia lebih suka dengan gaya kepemimpinan otoratif dan berkarisma. Jarak kekuasaan merupakan konsep yang menggambarkan penerimaan masyarakat terhadap struktur hierarki.

Sementara itu, negara seperti Italia dan AS, memiliki jarak kekuasaan yang rendah, tidak suka dengan gaya kepemimpinan narsistik sehingga proses pencarian pendanaannya menjadi sulit.


Read more: Perempuan kurang terwakili dalam 'startup'. Ini mengapa keberagaman penting


Haruskah startup memiliki founder yang narsis?

Meskipun founder yang narsis bagus untuk pendanaan startup, bukan berarti menjadi kewajiban untuk memiliki pendiri narsis. Hasil penelitian ini justru menyarankan agar para investor perlu lebih memerhatikan model bisnis dan kinerja usaha daripada tergoda oleh karisma atau pesona founder dengan karakteristik seperti ini.

Sebuah studi, misalnya, menunjukkan bagaimana meski bagus di awal, narsisisme pemimpin pada akhirnya berimplikasi negatif pada kinerja perusahaan. Penelitian lain menunjukkan kepribadian mereka pun dalam jangka panjang bisa menimbulkan iklim kerja yang tidak nyaman dan berpengaruh pada produktivitas karyawan startup, serta membuat ide-ide yang bagus dari timnya terabaikan karena rasa tidak percaya mereka yang tinggi.

Hal ini juga menjadi peringatan awal bagi ekosistem startup di Indonesia bahwa perusahaan rintisan yang berkualitas terkadang tidak menerima pendanaan yang sebanding ketika pendirinya tidak memiliki karisma dan kepribadian yang semenarik seperti para founder yang narsistik.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,800 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now