Menu Close

Pengembaraan Indonesia: mengevaluasi implikasi bergabung dengan OECD

rafapress/shutterstock

Indonesia menyatakan ketertarikannya untuk bergabung dengan Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) dan pemerintah pun mengklaim telah mendapatkan persetujuan dari negara-negara anggota untuk rencana tersebut.

Saat ini, OECD beranggotakan 38 negara yang kebanyakan adalah negara berpendapatan tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman Pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita rata-rata para anggota adalah sebesar US$44.886 (Rp715,62 juta) per 2022. Sedangkan, PNB per kapita Indonesia pada 2022 adalah US$4.580 (Rp 73,02 juta) atau berstatus negara berpendapatan menengah-atas.

OECD memiliki misi untuk mempromosikan kebijakan yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial di seluruh dunia. Masuknya Indonesia sebagai negara Global South–merujuk pada negara-negara berkembang yang secara geografis kebanyakan berada di belahan selatan Bumi–menandakan titik balik yang penting, yang mewujudkan interaksi antara model ekonomi yang beragam dan identitas budaya.

Manfaat masuknya Indonesia ke dalam OECD

Bagi Indonesia, keanggotaan OECD dapat memfasilitasi hubungan yang lebih baik dengan negara-negara maju serta mendorong pertukaran pengetahuan di berbagai sektor, utamanya dalam tata kelola pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan.

OECD dikenal memiliki doktrin ekonomi berupa pasar yang terbuka dan bebas, reformasi struktural, ketahanan fiskal, inovasi dan pendidikan, ketahanan lingkungan, kesejahteraan sosial, integritas dan tata kelola pemerintahan, dan kerja sama internasional. Jika bergabung, Indonesia akan dapat menyempurnakan kerangka kebijakannya, sehingga memungkinkan terwujudnya pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif di dalam negeri.

Selain itu, platform ini juga dapat memberikan panggung bagi Indonesia untuk ikut menyuarakan keprihatinan dan aspirasi negara-negara berkembang di belahan dunia selatan, sehingga dapat meningkatkan esensi multilateral OECD. Sedikitnya ada empat negara-negara Selatan yang masuk OECD, yaitu Meksiko, Cile, Kosta Rika, dan Kolombia.

Sementara bagi OECD, keanggotaan Indonesia akan melambangkan pertemuan lanskap ekonomi yang beragam, yang mengintegrasikan dinamika pasar negara berkembang ke dalam kerangka analisisnya. Keanggotaan ini memungkinkan OECD untuk memperluas jangkauan dan pengaruhnya, menjadikan dialog kebijakannya lebih inklusif dan komprehensif.

Lebih jauh lagi, keikutsertaan Indonesia akan memberikan pemahaman yang lebih baik bagi OECD mengenai tantangan-tantangan ekonomi dan pembangunan yang ada di negara-negara Selatan. Hal ini memberikan kesempatan untuk mengadaptasi dan menyempurnakan rekomendasi kebijakannya agar lebih adil dan selaras dengan tekstur ekonomi yang beragam di negara-negara berkembang.

Potensi implikasi

Bergabungnya Indonesia ke OECD tak hanya membawa pengaruh ke kedua belah pihak, namun juga memiliki implikasi yang lebih luas di tataran regional dan global. Berikut beberapa hal yang mungkin terimbas dari keanggotaan Indonesia di OECD.

  • Menyeimbangkan Cina dan dunia Muslim
Indonesia juga merupakan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Bergabungnya Indonesia ke OECD memerlukan penyelarasan persepsi. Wikimedia Commons, CC BY

Masuknya Indonesia ke OECD akan menjadi pernyataan geopolitik yang kuat terhadap dinamika regional dengan Cina maupun hubungan dengan dunia Muslim.

Di satu sisi, keputusan untuk bergabung dengan kelompok yang mayoritas berorientasi Barat dan liberal ini bisa diartikan sebagai upaya Indonesia untuk menyeimbangkan pengaruh Cina yang meningkat di kawasan ini. Walaupun Cina juga punya hubungan baik dengan OECD, hal ini dapat memberikan Indonesia ruang gerak diplomatis yang lebih besar dalam persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.

Di sisi lain, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia harus mempertimbangkan bagaimana komitmen terhadap prinsip-prinsip OECD bisa memengaruhi dinamika dengan mitra Muslimnya, yang mungkin memiliki pandangan beragam terhadap kebijakan Barat.

Dengan demikian, ambisi OECD Indonesia menunjukkan kompleksitas dari navigasi geopolitik modern, menggabungkan perluasan pengaruh regional dan pemeliharaan hubungan dengan komunitas internasional yang lebih luas.

  • Keseimbangan diplomatik

Dinamika dari hubungan Indonesia dengan negara-negara Brazil, Russia, India, China, and South Africa (BRICS), negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, serta Cina, adalah elemen-elemen kunci yang membentuk identitas internasional Indonesia.

Menyelaraskan hubungan-hubungan tersebut, sambil tetap menjaga kepatuhan terhadap norma-norma dan nilai-nilai OECD, menuntut kebijakan diplomatik yang cerdik serta kepemimpinan yang penuh visi. Hal ini dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai perantara di kancah global, mengoordinasikan beragam kepentingan yang kontras, serta mempromosikan solidaritas internasional.

  • Polarisasi geopolitik, stabilitas regional, dan isu-isu keamanan

Integrasi Indonesia ke dalam kerangka kerja OECD akan memperjelas ketegangan geopolitik yang ada. Struktur kekuatan global cenderung dinamis, sementara kontur stabilitas regional yang baru–ditandai dengan meningkatnya kekuatan Cina di Asia Tenggara–memerlukan tindakan penyeimbangan yang rumit.

Masuknya Indonesia ke OECD dapat dianggap sebagai sebuah poros menuju ideologi Barat, yang berpotensi berdampak pada hubungannya dengan negara-negara tetangga dan negara-negara berkembang lainnya. Cina, sebagai kekuatan besar di Asia dan dunia, misalnya, mungkin memandang keanggotaan Indonesia di OECD dengan sedikit skeptis terlepas dari eratnya hubungan antara kedua negara.

Di sisi lain, sebagai salah satu pendiri dan anggota utama ASEAN, keputusan Indonesia mungkin memengaruhi dinamika dalam kelompok ini. Negara-negara ASEAN lainnya bisa melihat langkah Indonesia sebagai kesempatan mendekatkan diri ke OECD atau sebagai suatu perubahan orientasi geopolitik yang memerlukan penyesuaian strategi hubungan bilateral.

  • Memperkuat kerja sama Selatan-Selatan

Dengan menjadi anggota OECD, Indonesia dapat memperkuat kerja sama Selatan-Selatan. Indonesia dapat meningkatkan perannya sebagai jembatan antara negara maju dan negara berkembang dan mendorong kolaborasi. Indonesia dapat secara aktif berkontribusi dalam membentuk lingkungan global yang mengakui aspirasi dan mengatasi tantangan dari negara-negara Selatan, sehingga memperkuat kemitraan global yang adil.

  • Dampak regional

Posisi geografis Indonesia yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan (LCS) serta peran strategisnya di Asia Tenggara menguatkan pengaruh regional dari keanggotaan negara ini di OECD. Stabilitas kawasan dapat terpengaruh oleh setiap perubahan dalam orientasi diplomatik Indonesia.

Contohnya, mendekatnya Indonesia ke negara-negara anggota OECD yang kebanyakan berada di Barat dapat dilihat oleh beberapa negara, khususnya Cina, sebagai upaya membangun aliansi atau setidaknya mendekatkan diri dengan blok kepentingan yang berbeda. Ini bisa memengaruhi bagaimana Indonesia dan Cina berinteraksi dalam isu-isu LCS, terutama mengingat klaim teritorial dan ketegangan yang ada di kawasan tersebut.

Selanjutnya, pendekatan yang lebih pro-Barat oleh Indonesia mungkin dapat memengaruhi dinamika dalam ASEAN. Meskipun keanggotaan di OECD tidak secara langsung berkaitan dengan isu-isu keamanan regional, namun orientasi ekonomi dan diplomasi yang berubah dapat mempengaruhi bagaimana Indonesia berkolaborasi dan berinteraksi dengan negara-negara tetangga, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi keseluruhan dinamika kawasan.

Indonesia perlu menjamin bahwa aspirasi OECD dan Indonesia tidak hanya melengkapi peranan negara ini di ASEAN, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap stabilitas dan kemakmuran kawasan. Apalagi, pada 2022, ASEAN dan OECD telah menandatangani nota kesepahaman untuk mempromosikan kerja sama dalam pembangunan yang inklusif.

Bergabungnya Indonesia ke OECD dapat memengaruhi dinamika rivalitas AS-Cina di kawasan dan ketegangan klaim teritorial antara Cina dan beberapa negara anggota ASEAN. Ivan Marc/shutterstock
  • Implikasi keamanan

Aspirasi Indonesia untuk menjadi anggota OECD kemungkinan akan membawa dampak pada struktur keamanan regional. Keberadaan dan peran Indonesia sangat vital dalam menjaga stabilitas regional, khususnya mengingat adanya sengketa LCS dan inisiatif kontra-terorisme.

Penyelarasan kebijakan dengan negara-negara anggota OECD dapat menguntungkan Indonesia dari sisi ekonomi dan membuka peluang kolaborasi dalam bidang keamanan, yang dapat berfungsi sebagai penyeimbang terhadap pengaruh militer Cina yang semakin kuat di kawasan ini, misalnya melalui kerja sama intelijen atau latihan militer gabungan (joint exercise).

Namun, integrasi dengan OECD juga dapat menghadirkan tantangan, terutama dalam menjaga hubungan dengan Cina di tengah masih absennya–walaupun sepakat untuk memepercepat–kesepakatan Code of Conduct (COC) terkait LCS.

Apakah ini waktu yang tepat untuk bergabung dengan OECD?

Waktu untuk bergabung dengan OECD menjadi faktor penentu yang sangat penting di tengah lanskap global saat ini, yang ditandai dengan ketidakpastian dan penataan ulang menghadirkan peluang dan tantangan bagi Indonesia.

Bergabung dengan OECD dapat memberikan Indonesia sudut pandang strategis untuk memengaruhi wacana ekonomi global. Namun, hal ini juga membutuhkan ketahanan internal yang kuat untuk menghadapi kompleksitas dan konsekuensinya. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk lebih dulu mengevaluasi kebutuhan domestik, komitmen regional, dan aspirasi globalnya serta mempertimbangkan implikasi yang mungkin muncul, sebelum memutuskan bergabung dengan OECD.

Keputusan untuk bergabung dengan OECD haruslah merupakan perpaduan yang cermat antara waktu, visi strategis, dan komitmen untuk mendorong pembangunan global yang adil dan berkelanjutan.

Ini bukan sekadar pilihan di antara blok-blok ekonomi, melainkan cerminan dari keinginan Indonesia untuk menjadi pelopor perubahan, inklusivitas, dan solidaritas global. Pengembaraan ini penuh tantangan, namun cakrawala yang ada cukup menjanjikan, mencerminkan potensi penyelarasan global baru dengan Indonesia sebagai titik temu.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now