Menu Close
David Sasaki/Flickr

Perubahan pola hidup akibat coronavirus bisa bantu atasi krisis iklim

Beberapa minggu belakangan, bursa saham dunia mengalami periode terburuk dalam 10 tahun terakhir, melebihi krisis finansial global pada tahun 2008.

Pembatasan pergerakan manusia sebagai langkah kontrol penyebaran coronavirus berdampak terhadap aktivitas ekonomi di seluruh negara.

Ada hubungan kuat antara aktivitas ekonomi dan tingkat emisi karbon dioksida dunia karena dominasi bahan bakar fosil sebagai sumber energi.

Keterkaitan dua hal ini juga menandakan adanya perlambatan tingkat emisi karbon dioksida akibat penurunan konsumsi energi.


Read more: 'Cabin fever': Australia must prepare for the social and psychological impacts of a coronavirus lockdown


Berdasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaru tahun 2020, kami memprediksi dampak dari pandemi akan menekan laju emisi dunia secara signifikan.

Dampak ini mungkin tidak terlalu dibahas dibandingkan dengan saat terjadi krisis keuangan global (GCF).

Penurunan emisi akibat krisis ekonomi yang terjadi sebelumnya tidak bertahan lama saat pandemi ini berakhir.

Namun, pendekatan ekonomi yang sesuai dan adopsi pola kerja yang baru dapat memengaruhi bagaimana emisi dunia di masa depan.

Emisi CO2 global (vertikal) tumbuh bersama dengan aktivitas ekonomi (horisontal) dalam periode waktu tertentu. Glen Peters/CICERO

Dunia dalam krisis

Dalam beberapa bulan ke depan, jutaan orang akan dikarantina dan beberapa wilayah ditutup sementara (lock down) untuk menurunkan penyebaran coronavirus.

Berbagai acara dan rencana perjalanan di seluruh dunia telah dibatalkan.

Universitas, sekolah, dan kantor tutup, banyak karyawan memilih untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan.

Bahkan, Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change) membatalkan pertemuan penting dan akan melakukan pertemuan virtual.

Komisi Energi Internasional (International Energy Agency) telah memprediksi penurunan penggunaan bahan bakar minyak tahun 2020, dan bahkan sebelum perang harga minyak terjadi antara Arab Saudi dan Rusia.


Read more: The emissions rebound after the GFC: why greenhouse gases went up in 2010


Kebijakan karantina wilayah di Cina mampu menurunkan 25% konsumsi energi serta emisi dalam rentang dua minggu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (terutama akibat pengurangan penggunaan listrik, produksi industri, dan transportasi).

Langkah ini ternyata mampu mengurangi 1% kenaikan emisi Cina tahun 2020. Penurunan yang sama sedang dipelajari di Italia dan beberapa negara Eropa lain akibat kebijakan lockdown yang meluas di Eropa.

Emisi dari industri penerbangan yang mencakup sebesar (2,6%) secara nasional dan inetrnasional juga menurun.

Akan butuh waktu berbulan-bulan, mungkin tahunan, sebelum masyarakat kembali terbang seperti semula mengingat potensi virus ini masih bertahan lama.

Di tengah pergolakan ekonomi ini, tidak aneh apabila emisi karbon dioksida dunia akan turun di tahun 2020.

Perjalanan udara secara global menurun drastis karena pandemi coronavirus. Andy Rain/EPA

Coronavirus bukan krisis finansial (GCF)

Otoritas berwenang telah merevisi prediksi ekonomi di tengah pandemi ini, namun mereka masih mengindikasikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020.

Sebagai contoh, Organisasi untuk Koordinasi dan Pengembangan Ekonomi, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2020 dari 3% (dibuat pada November 2019) menjadi 2,4% (dibuat pada Maret 2020).

Dana Moneter Internasional (IMF) juga menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi –data terbaru akan terbit pada bulan depan.

Berdasarkan asumsi efisiensi karbon ekonomi dunia yang meningkat 2,5% per tahun dalam rentang rata-rata 10 tahun, prediksi pertumbuhan ekonomi dari OECD mengindikasikan emisi karbon dioksida yang bisa turun 0,3% pada tahun 2020 (termasuk perhitungan tahun kabisat).

Tapi, pengalaman dari krisis finansial global (GCF) menunjukkan bahwa efisiensi karbon dari ekonomi dunia tetap mungkin meningkat, walau lebih lambat, di tengah krisis.

Jika hal ini terjadi di tahun 2020 akibat coronavirus, emisi karbon dioksida tetap akan meningkat.

Dekomposisi dari pertumbuhan emisi CO2 menjadi pertumbuhan ekonomi (oranye) dan peningkatan efisiensi karbon (hijau) untuk mengestimasikan emisi di masa depan berdasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi OECD. Glen Peters/CICERO

Berdasarkan skenario terburuk OECD, pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 hanya akan mencapai 1,5%.

Apabila semua faktor berlaku sama, kami memperkirakan bahwa emisi karbon dioksida akan turun 1,2% pada tahun 2020.

Penurunan ini bisa dibandingkan dengan krisis finansial global, di mana tahun 2009 terjadi penurunan PDB 0,1% dan emisi 1,2%.

Sejauh ini, baik OECD maupun IMF juga memperkirakan vurus corona dapat membawa PDB dunia ke zona merah.

Peningkatan kembali emisi

GCF memaksa pemerintah di seluruh dunia untuk mengeluarkan paket stimulus ekonomi, yang meningkatkan kembali 5,1% persen emisi dunia pada tahun 2010. Angka tersebut jauh di atas rata-rata perkiraan jangka panjang.

Krisis finansial terdahulu, seperti akibat kejatuhan Uni Soviet serta krisis minyak tahun 1970an dan 1980an, juga memiliki periode pertumbuhan ekonomi rendah atau negatif masing-masing. Namun, pertumbuhan ekonomi kembali terjadi.

Krisis finansial hanya mampu menunda pertumbuhan emisi untuk beberapa tahun. Perubahan struktural mungkin terjadi, seperti perubahan menuju energi nuklir setelah krisis minyak.

Meski demikian, fakta menunjukkan bahwa emisi akan terus meningkat.

Emisi CO2 global (dalam Gigatons atau jutaan tonnes CO2) dan intensitas karbon dari Produk Domestik Bruto (grams CO2 per US$, 2000), dengan krisis finansial terpenting. Global Carbon Project

Dampak ekonomi dari coronavirus akan berbeda dibanding GCF. Ia terlihat lambat, dengan penurunan produktivitas untuk masa waktu tertentu dibandingkan dengan menghilangnya lapangan pekerjaan dalam waktu singkat.

Peluang masa depan

Pandemi coronavirus tidak akan mengubah tren emisi global jangka panjang.

Namun, pemerintahan dunia sudah mengumumkan berbagai stimulus ekonomi; paket-paket ini mungkin memengaruhi bagaimana tren emisi dapat berubah di masa depan.

Ada kesempatan untuk menginvestasikan dana stimulus pada perubahan struktural yang menghasilkan penurunan emisi setelah pertumbuhan ekonomi pulih, seperti pengembangan teknologi hijau.

Beberapa orang diharapkan menggunakan transportasi publik selama pandemi berlangsung. Steven Saphore/AAP

Virus corona juga telah membiasakan masyarakat untuk bekerja dari rumah, membatasi perjalanan, dan mengadopsi sistem pertemuan daring untuk menurunkan kebutuhan perjalanan bisnis jarak jauh.

Kebiasaan baru ini membuka peluang penurunan emisi global apabila tetap dipertahankan meski krisis telah berakhir.


Read more: Coronavirus and COVID-19: your questions answered by virus experts


Coronavirus sudah menjadi krisis internasional dan tragedi personal bagi mereka yang telah, dan akan kehilangan, orang-orang terkasih. Namun, dengan perencanaan baik, tahun 2020 bisa menjadi tahun ketika emisi global mencapai angka tertinggi (walau harapan ini juga pernah muncul pasca-krisis finansial 2008).

Kendati demikian, krisis finansial terdahulu tidak bisa kita samakan dengan pandemi virus corona, yang masih kita hadapi dan akan selalu tercatat dalam sejarah modern manusia.

Stefanus Agustino Sitor menerjemahkan tulisan ini dari Bahasa Inggris.


Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di sini.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,940 institutions.

Register now