Menu Close
Teknologi kesehatan digital bisa membantu pasien taat minum obat jika sistem kesehatannya dan akses teknologinya disiapkan dengan baik. Tima Miroshnichenko/Pexels

Riset: implementasi teknologi kesehatan digital tidak selalu berdampak positif dalam meningkatkan keberhasilan pengobatan tuberkulosis

Teknologi kesehatan digital (digital health technology, DHT) kerap digunakan untuk meningkatkan kepatuhan pasien penyakit tuberkulosis (TB) dalam memimum obat setiap hari. Sebab, salah satu masalah besar dalam pengobatan penyakit TB adalah ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat yang disebabkan lamanya pengobatan TB.

Ketidakpatuhan yang meluas telah memperparah penyakit pasien dan juga berdampak pada penularan penyakit ke orang-orang di sekelilingnya.

Lalu, benarkah intervensi teknologi kesehatan digital benar-benar mampu meningkatkan kepatuhan pasien dan kesembuhan secara klinis? Riset terbaru kami, yang menelaah lebih dari 500 artikel riset terpilih dari berbagai negara, menunjukkan bahwa intervensi teknologi kesehatan digital memiliki hasil yang bervariasi dalam meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB.

Tingginya kasus TB di Indonesia

TB, penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, adalah salah satu dari 10 penyakit menular paling mematikan di dunia. Penyakit ini bisa mudah menyebar lewat udara melalui batuk atau bersin orang yang terinfeksi TB.

Laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat TB pada 2020. Sementara itu, kasus TB di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus sekitar 824 ribu dan kematian 93 ribu orang per tahun. Angka ini setara dengan 11 kematian per jam.

Banyak negara termasuk Indonesia memiliki upaya untuk mengendalikan infeksi TB dan menghindari penyebaran penyakit lebih luas.

Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kesehatan digital tampaknya menjadi alat yang menjanjikan untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan dan kegagalan pengobatan TB.

Pengaruh teknologi kesehatan digital terhadap kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB

Riset kami secara sistematis mengulas pengaruh intervensi teknologi kesehatan digital dalam meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan pada pasien TB.

Kami mereview secara sistematis artikel penelitian yang terbit di database artikel penelitian internasional di bidang kesehatan, yaitu PubMed dan Cochrane, pada kurun waktu Maret 2002-Januari 2020.

Kami menetapkan indikator kepatuhan pengobatan TB meliputi penyelesaian pengobatan, kepatuhan pengobatan, jumlah dosis yang terlewat, dan pengobatan yang tidak tuntas. Sedangkan indikator keberhasilan pengobatan TB, meliputi angka kesembuhan dan konversi negatif bakteri TB di dahak pasien pada akhir pengobatan.

Review sistematis ini fokus pada intervensi teknologi kesehatan terhadap pasien TB dewasa.

Kami mengidentifikasi beberapa DHT yang telah dikembangkan di berbagai negara untuk meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB.

Teknologi tersebut antara lain, pemantauan pengobatan dengan teknologi video real-time (video directed observed treatment, VDOT) dan non real-time (video observed treatment, VOT); pengingat minum obat melalui panggilan telepon, layanan pesan pendek (SMS), atau kotak obat otomatis; dan teknologi sensor minum obat yang disematkan pada bagian tubuh pasien.

Semua teknologi tersebut membantu tenaga kesehatan untuk dapat memantau pasien minum obat dan melakukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan dan keberhasialan pengobatan pasien TB.

Analisis terhadap hasil studi-studi tersebut menunjukkan bahwa sebagian riset menyatakan teknologi kesehatan digital berdampak positif untuk meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB, namun sebagian studi tidak menunjukkan hasil yang positif.

Sebagai contoh, pada jenis teknologi VDOT dan pengingat minum obat melalui SMS, sebagian studi menunjukkan bahwa teknologi tersebut berdampak signifikan dalam membantu menyelesaikan pengobatan TB.

Sementara itu, studi lainnya menunjukkan hal yang berbeda, yakni teknologi tersebut tidak berdampak secara signifikan dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan.

Perlunya penilaian dan intervensi terhadap kesiapan implementasi teknologi

Intervensi menggunakan DHT untuk meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB memang menjanjikan. Situasi pandemi COVID-19 semakin menjadikan teknologi tersebut sebagai model intervensi yang ditawarkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.

Namun di luar soal teknologi itu sendiri, ada masalah yang juga perlu kita perhatikan. Kesiapan implementasi teknologi tersebut perlu dipertimbangkan dengan matang, agar teknologi tersebut tidak malah menjadi bumerang dalam pelaksanaannya.

Perlu dipertimbangkan kesiapan penerapan DHT terhadap hal-hal yang menyangkut beberapa aspek, antara lain kesiapan pengguna (tenaga kesehatan dan pasien), infrastruktur digital (peralatan dan jaringan), sistem layanan kesehatan, dukungan kebijakan pemerintah dan biaya.

Selain itu, agar penerapan teknologi digital dapat optimal, pemilihan intervensi dan jenis teknologi digital perlu disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi. Dalam konteks ketidakpatuhan pengobatan TB, permasalahan ketidakpatuhan pasien TB dapat bervariasi tergantung pada pasien masing-masing.

Studi sebelumnya menunjukkan permasalahan ketidakpatuhan pengobatan TB tidak selalu terkait dengan pengetahuan dan kesadaran pasien untuk selalu minum obat. Terdapat juga masalah-masalah lain seperti, ketidakmampuan dalam mengakses fasilitas kesehatan, adanya stigma, munculnya efek samping obat, dan hilangnya pendapatan harian pasien.

Atas dasar tersebut, pendekatan individual diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan TB. Artinya, sebuah intervensi tidak akan selalu cocok dengan seluruh kondisi pasien.

Oleh karena itu, mengidentifikasi permasalahan lokal, menyiapkan infrastruktur teknologi kesehatan, melatih para tenaga kesehatan, membuat sistem yang mudah diakses dan mengedukasi pasien merupakan langkah awal sebelum kita mengimplementasikan teknologi kesehatan digital.

Hal ini perlu dipertimbangkan agar teknologi yang akan diterapkan bukan semata-mata mengikuti tren, namun yang utama adalah dapat memberikan kemudahan dalam penyelesaian masalah yang kita hadapi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now