Menu Close
Gambar seorang gadis bermain game.
Kabar gembira untuk para orang tua… PR Image Factory/Shutterstock

Riset terbaru tunjukkan video games tingkatkan kecerdasan anak-anak

Banyak orang tua merasa bersalah ketika anak-anak mereka bermain video games selama berjam-jam. Bahkan ada yang khawatir hal itu bisa membuat anaknya kurang pintar. Dan, memang, itu adalah topik yang diperdebatkan para ilmuwan selama bertahun-tahun.

Dalam studi terbaru kami, kami menyelidiki bagaimana video games memengaruhi pikiran anak-anak, mewawancarai dan menguji lebih dari 5.000 anak berusia sepuluh hingga 12 tahun. Dan hasilnya, diterbitkan dalam Scientific Reports, akan mengejutkan beberapa orang.

Anak-anak ditanya berapa jam sehari yang mereka habiskan di media sosial, menonton video atau TV, dan bermain video games. Jawabannya adalah: berjam-jam. Rata-rata, anak-anak menghabiskan dua setengah jam sehari menonton video online atau program TV, setengah jam bersosialisasi online, dan satu jam bermain video games.

Secara total, berarti rata-rata anak menghabiskan waktu empat jam sehari dan enam jam yang paling banyak – itu merupakan sebagian besar dari waktu luang anak. Dan laporan lain menemukan bahwa ini telah meningkat secara dramatis selama beberapa dekade . Layar ada di generasi sebelumnya, tetapi sekarang layar benar-benar mendefinisikan masa kecil.

Apakah itu adalah hal yang buruk? itu rumit. Mungkin ada keuntungan dan kerugiannya untuk mengembangkan pikiran anak. Dan ini mungkin tergantung pada hasil yang dilihat. Untuk penelitian kami, kami secara khusus tertarik pada efek waktu layar pada kecerdasan - kemampuan untuk belajar secara efektif, berpikir rasional, memahami ide-ide kompleks, dan beradaptasi dengan situasi baru.

Kecerdasan adalah hal penting dalam hidup kita dan sangat menentukan pendapatan, kebahagiaan, dan umur panjang anak di masa depan. Dalam penelitian, hal ini sering diukur sebagai kinerja pada berbagai tes kognitif. Untuk penelitian kami, kami membuat indeks kecerdasan dari lima tugas: dua pada pemahaman membaca dan kosa kata, satu pada perhatian dan fungsi eksekutif (yang mencakup memori kerja, pemikiran fleksibel dan pengendalian diri), satu menilai pemrosesan visual-spasial (seperti memutar objek dalam pikiran Anda), dan satu tentang kemampuan belajar melalui berbagai percobaan.

Ini bukan pertama kalinya seseorang mempelajari efek waktu yang dihabiskan di depan layar pada kecerdasan, tetapi penelitian sejauh ini telah menghasilkan temuan yang berbeda. Jadi, apa yang spesial kali ini? Kebaruan penelitian kami adalah bahwa kami memperhitungkan gen dan latar belakang sosial ekonomi. Hanya beberapa penelitian sejauh ini yang mempertimbangkan status sosial ekonomi (pendapatan rumah tangga, pendidikan orang tua, dan kualitas lingkungan), dan tidak ada penelitian yang memperhitungkan efek genetik.

Gen penting karena kecerdasan sangat dapat diwariskan. Jika tidak diketahui, faktor-faktor ini dapat menutupi efek sebenarnya dari waktu layar pada kecerdasan anak-anak. Misalnya, anak-anak yang lahir dengan gen tertentu mungkin lebih cenderung menonton TV dan, secara mandiri, memiliki masalah belajar. Lotere genetika adalah pengacau utama dalam proses psikologis apa pun, tetapi sampai saat ini sulit untuk dijelaskan dalam studi ilmiah karena biaya tnggi yang diperlukan untuk analisis genom dan keterbatasan teknologi.

Data yang kami gunakan untuk penelitian kami adalah bagian dari upaya pengumpulan data besar-besaran di Amerika Serikat untuk lebih memahami perkembangan masa kanak-kanak: proyek Adolescent Brain and Cognitive Development. Sampel kami adalah perwakilan dari Amerika dalam hal jenis kelamin, ras, etnis, dan status sosial ekonomi.

Hasil penelitian

Kami menemukan bahwa ketika kami pertama kali bertanya kepada anak pada usia sepuluh tahun mengenai seberapa banyak mereka bermain, menonton video, dan bersosialisasi secara online mengakibatkan kecerdasan di bawah rata-rata. Sementara itu, bermain games sama sekali tidak terkait dengan kecerdasan. Hasil ini sebagian besar sejalan dengan penelitian sebelumnya. Tetapi ketika kami menindaklanjuti di kemudian hari, kami menemukan bahwa bermain video games memiliki efek positif pada kecerdasan.

image of a father and son gaming.
Bermain game pasti tidak akan membuat anak Anda kurang pintar. Monkey Business Images/Shutterstock

Sementara anak-anak yang bermain lebih banyak video games pada usia sepuluh tahun rata-rata tidak lebih cerdas daripada anak-anak yang tidak bermain game, mereka menunjukkan peningkatan kecerdasan paling banyak setelah dua tahun, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Misalnya, seorang anak yang berada di 17% teratas dalam hal jam yang dihabiskan untuk bermain game bisa meningkatkan IQ mereka sekitar 2,5 poin lebih banyak daripada rata-rata anak selama dua tahun.

Ini adalah bukti dampak yang menguntungkan dari video games pada kecerdasan. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang lebih kecil, di mana peserta secara acak ditugaskan untuk bermain video game atau grup kontrol. Temuan kami juga sejalan dengan studi paralel yang menunjukkan bahwa kemampuan kognitif tidak tetap, tetapi dapat dilatih – termasuk studi dengan aplikasi intervensi pelatihan kognitif.

Bagaimana dengan dua jenis aktivitas layar lainnya? Media sosial tidak mempengaruhi perubahan kecerdasan setelah dua tahun. Berjam-jam ber-instagram dan berkirim pesan tidak meningkatkan kecerdasan anak, tetapi juga tidak merugikan. Akhirnya, menonton TV dan video online menunjukkan efek positif dalam salah satu analisis, tetapi tidak berpengaruh ketika pendidikan orang tua diperhitungkan (berlawanan dengan faktor “status sosial ekonomi”) yang lebih luas. Ada beberapa dukungan empiris bahwa konten TV/video berkualitas tinggi, seperti program Sesame Street, memiliki efek positif pada kinerja sekolah anak-anak dan kemampuan kognitif. Tetapi hasil tersebut jarang terjadi.

Ketika memikirkan implikasi dari temuan ini, penting untuk diingat bahwa ada banyak aspek psikologis lain yang tidak kita lihat, seperti kesehatan mental, kualitas tidur, dan latihan fisik. Hasil penelitian kami tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi menyeluruh bagi semua orang tua untuk mengizinkan permainan tanpa batas. Tetapi bagi orang tua yang terganggu oleh anak-anak mereka bermain video game, mereka sekarang dapat merasa lebih baik mengetahui bahwa itu mungkin membuat mereka sedikit lebih pintar.


Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now