Menu Close

Sains di balik pesona DNA salmon untuk kesehatan dan tampil kinclong

Perempuan sedang merawat wajahnya dengan DNA salmon. Adele-Schoenheitssalon

Saat ini banyak klinik atau produk kecantikan yang mengiklankan perawatan dengan DNA salmon, biayanya mencapai jutaan rupiah.

Biasanya klinik tersebut mengklaim terapi dengan penyuntikan DNA salmon dapat meningkatkan produksi kolagen yang dibutuhkan kulit sehingga wajah pengguna tampak awet muda, mulus, dan lebih bersinar.

DNA salmon memang memiliki manfaat untuk sejumlah masalah kesehatan. Hasil riset menunjukkan DNA salmon mampu membantu penyembuhan luka dan mengurangi peradangan di dalam tubuh, sehingga potensial digunakan sebagai produk kecantikan.

Namun demikian, kita perlu untuk memikirkan risiko dan efek samping jangka panjang yang mungkin timbul.

DNA dari sperma ikan salmon

DNA salmon, dikenal juga sebagai Skin Booster DNA Salmon, merupakan istilah yang populer di masyarakat untuk menyebutkan produk yang mengandung molekul polideoksiribonukleotida (PDRN).

Disebut DNA salmon, karena PDRN dihasilkan dari sperma ikan salmon. Dalam prosesnya sperma ikan salmon akan melewati proses pemurnian bersuhu tinggi di laboratorium sehingga dihasilkan DNA murni berkualitas tinggi. DNA ini tidak mengandung protein ataupun peptida yang dapat memicu reaksi alergi.

Selain dari sperma ikan salmon, PDRN juga dapat dihasilkan dari sumber lain seperti ganggang.

DNA salmon atau PDRN mengandung rantai panjang deoksiribonukleotida (DNA) sebanyak 80 hingga 2.200 pasang basa dengan berat molekul antara 50-1500 kilodalton (kDa). Ukuran tersebut dilaporkan sebagai ukuran DNA salmon yang optimal untuk proses penyembuhan luka.

Walaupun hal tersebut tidak sejalan dengan konsensus di bidang dermatologi yang menyatakan bahwa suatu senyawa kimia ataupun obat akan mudah melintasi lapisan pertahanan kulit jika memiliki ukuran kurang dari 500 Dalton, sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan di kalangan klinisi bagaimana DNA salmon dapat berfungsi.

Cara kerja DNA Salmon

DNA salmon biasanya diberikan melalui suntikan ke dalam kulit. Lalu molekul ini akan masuk ke dalam aliran darah secara bebas atau terdistribusi di dalam jaringan tubuh sesuai penggunaan dan lokasi penyuntikannya.

Namun perlu diketahui bahwa tidak mudah bagi molekul tersebut masuk ke dalam sel secara cepat dan efektif. Ini karena DNA akan mudah terurai dalam perjalanannya menuju suatu sel, sehingga perlu zat pembawa yang tepat.

Di dalam sel, DNA salmon dapat berperan sebagai bahan baku obat (prodrug) yang dapat mengaktifkan proses keseimbangan di dalam tubuh atau yang dikenal dengan homeostasis.

Selain itu, DNA salmon juga berperan pada proses penyediaan bahan baku materi genetik (asam nukleat) melalui jalur daur ulang (salvage pathway). Sehingga DNA ini dapat memperbaiki sel yang rusak pada tubuh seseorang, tanpa tubuh harus menggunakan energi dalam jumlah besar untuk menghasilkan bahan baku tersebut.

Manfaatnya bagi kesehatan

DNA salmon telah terbukti memiliki manfaat bagi kesehatan. Hasil riset menyatakan DNA salmon bisa membantu menyembuhkan luka dan mengurangi peradangan di tubuh manusia.

DNA salmon dilaporkan efektif untuk mengobati luka kaki pada pasien penyakit kencing manis (diabetes melitus), penyakit gangguan katup pembuluh darah, dan dapat mengatasi masalah kerontokan rambut pada perempuan.

DNA salmon juga dilaporkan memiliki potensi untuk meremajakan kulit (skin rejuvenation), mempercepat pembentukan kolagen, mengatasi keluhan terkait penuaan (aging), dan mencerahkan kulit.

Karena beragam manfaat tersebut, wajar jika DNA salmon saat ini marak digunakan dalam bidang kecantikan.

Efek samping

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan penggunaan DNA salmon sebagai agen terapi.

Pada sebuah penelitian didapatkan DNA salmon yang diberikan berulang kali pada tikus secara sistemik ditemukan aman pada semua organ, baik otak, jantung, otot, hati, dan paru-paru.

Selain itu, rangkuman studi klinis pada manusia menunjukkan bahwa DNA salmon memiliki toksisitas dan efek samping yang dapat diatasi.

Hasil studi pengawasan pascapemasaran selama lima tahun yang melibatkan lebih dari 300.000 penjualan PDRN juga telah membuktikan kualitas dan profil keamanan dari obat tersebut.

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa DNA salmon aman digunakan bila dilakukan dengan cara yang benar. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa keamanan jangka panjang dari penggunaan DNA salmon masih terus dipelajari.

Oleh karena itu, sangat penting bagi klinisi untuk terus mengawasi pasien yang menjalani terapi dengan DNA salmon. Penting juga untuk diketahui bahwa beberapa orang masih memiliki ancaman untuk mengalami respons alergi atau iritasi kulit saat diberikan DNA salmon.

Namun secara keseluruhan, data yang ada saat ini menunjukkan bahwa penggunaan DNA salmon aman bagi kesehatan.

Perlu penelitian berskala besar untuk mempelajari lebih lanjut tentang dampak DNA Salmon secara lokal dan umum, serta dampak jangka panjangnya.

Perhatian untuk konsumen

Walaupun diketahui DNA salmon memiliki manfaat bagi kesehatan dan kecantikan, masyarakat perlu memastikan bahwa produk DNA salmon yang digunakan merupakan produk asli dan telah memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Selain itu perlu diketahui bahwa produk DNA salmon yang digunakan saat ini pada uji klinis mayoritas berupa sediaan cair (disuntikkan) dan sebagian kecil berupa salep. Karena itu, suatu hal yang keliru jika terdapat produk makan (sediaan tablet atau kapsul) yang mengklaim mengandung DNA salmon.

DNA salmon memang punya manfaat kesehatan, tapi kita perlu hati-hati risiko dan efeknya yang mungkin timbul untuk jangka panjang.

Selain itu, dokter harus berhati-hati dalam memberikan DNA salmon kepada orang yang memiliki riwayat alergi atau sensitif terhadap produk tersebut.

Para dokter juga harus mengikuti perkembangan penelitian dan pedoman terbaru dalam penggunaan DNA salmon untuk memastikan penggunaannya tetap aman dalam praktik sehari-hari.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now