Menu Close
Ilustrasi wajah demokrasi di Indonesia, refleksi Mahkamah Konstitusi. Rino Putama/The Conversation Indonesia

Tantangan demokrasi Indonesia: dari transisi menjadi konsolidasi

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat, Indonesia memiliki sejarah demokrasi yang dinamis dan kompleks.

Indeks demokrasi Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Situasi itu juga menimbulkan kekhawatiran akan masa depan kebebasan pers di Indonesia.

Sejak reformasi 1998 yang menandai berakhirnya era Orde Baru dan dimulainya era reformasi, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dalam sistem politik dan pemerintahan.

Demokrasi Indonesia menghadapi sejumlah tantangan signifikan, namun juga menawarkan banyak peluang untuk penguatan tata kelola dan partisipasi masyarakat.

Berdasarkan data Badan Pusat Stastik (BPS) tahun 2018-2020, Indonesia juga mengalami penurunan pada indeks aspek kebebasan sipil sebesar 0,29 poin, dan pada aspek hak-hak politik turun sebesar 0,84 poin dibandingkan tahun 2017.

Parahnya, para elite politik, baik yang mendukung pemerintah maupun tidak, terlihat semakin kompak dalam melemahkan demokrasi.

Demokrasi memang merupakan suatu sistem yang terus bergerak, ia dinamis dan tidak selalu linier dalam menuju demokrasi yang substantif. Karena itu, demokrasi sangat bergantung pada aktor-aktor demokrasi, mulai dari aktor pemerintahan hingga masyarakat sipil.


Read more: Panel Ahli: pemerintah akui pelanggaran HAM berat masa lalu, belum cukup tanpa tanggung jawab hukum


Angka indeks demokrasi Indonesia yang terus menurun tiap tahun adalah peringatan bahwa demokrasi harus diamankan tidak terbatas lewat pemilihan umum (pemilu), namun juga pada kontrol politik yang terbuka agar kecenderungan tirani mayoritas dapat ditekan.

Untuk membahas peluang dan tantangan demokrasi di Indonesia, kami berbincang dengan pengajar dari Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Jentera, Bivitri Susanti.

“Pemerintah atau negara belum memenuhi core obligations-nya untuk memenuhi hak atas pendidikan buat semua orang Indonesia, ini membuat pemahaman kita soal politik itu masih sangat berbeda-beda, dan ini menghasilkan cara pandang yang cenderung feodalistik sehingga warga sulit memahami perannya dalam berpolitik dan berdemokrasi. Ini akhirnya berimbas juga kepada bagaimana institusi-institusi kita dibangun,” ujar Bivitri.

Simak videonya disini:

Tonton video-video seputar sains menarik lainnya hanya di channel YouTube dan akun TikTok The Conversation Indonesia, jangan lupa ikuti dan berlangganan sekarang juga!

Klik link dibawah ini:

TikTok The Conversation Indonesia

YouTube The Conversation Indonesia

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 185,400 academics and researchers from 4,982 institutions.

Register now