Menu Close

TCID, AJI, Kompas.com, dan Tempo.co luncurkan kolaborasi Panel Ahli Cek Fakta

Ilustrasi kegiatan cek fakta. Rino Putama/The Conversation Indonesia

You can read the English version of this article at the bottom

The Conversation Indonesia (TCID) meluncurkan kolaborasi Panel Ahli Cek Fakta bersama dua media nasional besar - Kompas.com dan Tempo.co dengan dukungan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Selasa kemarin.

Kolaborasi ini merupakan kabar terbaru dari program Panel Ahli Cek Fakta TCID yang sudah dimulai sejak September lalu.

Panel Ahli Cek Fakta merupakan inisiatif dari TCID untuk menangkal penyebaran misinformasi dan disinformasi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Panel ini terdiri dari para relawan (akademisi dan peneliti) dari berbagai bidang kepakaran yang melakukan kerja cek fakta bersama editor TCID.

Saat ini, sudah ada lebih dari 70 relawan tergabung dalam program ini, terdiri dari akademisi dan peneliti dari lebih dari 40 lembaga akademik di Indonesia maupun luar negeri, serta lebih dari 7 lembaga riset.

Panel Ahli Cek Fakta TCID bersama Kompas.com, Tempo.co dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

Dalam kolaborasi bersama Kompas dan Tempo, Panel Ahli Cek Fakta akan fokus memeriksa pernyataan dan klaim yang dilontarkan oleh para kandidat, baik calon presiden, calon wakil presiden, calon legislatif, tim sukses maupun petinggi partai politik peserta pemilu.

AJI mendukung kolaborasi ini karena menyadari pentingnya melibatkan ilmuwan dalam pekerjaan cek fakta.

“Pernyataan … tidak selalu akurat atau kredibel. Oleh karena itu, perlu upaya untuk memverifikasi bersama untuk dapat menguji dan mengukur akurasi dan kredibilitas dari setiap pernyataan yang disampaikan oleh para kandidat atau politisi,” jelas Sekretaris Jenderal AJI, Ika Ningtyas, dalam sambutannya.

Acara peluncuran ini menghadirkan diskusi dengan mengambil tema “Love-hate relationship antara platform dan media dalam misi menangkal disinformasi.”

Pemilihan tema tersebut berkaitan dengan dinamika terkini antara media dan platform dalam membahas aturan terkait hak-hak media dalam menerima kompensasi finansial yang sepadan untuk konten yang digunakan oleh platform digital (publisher rights). Padahal kolaborasi yang apik antara media dan platform merupakan kunci penting dalam melawan misinformasi dan disinformasi.

Nuurrianti Jalli, assistant professor strategi komunikasi dari Oklahoma State University, Amerika Serikat, dalam pidatonya sebagai keynote speaker dalam sesi diskusi tersebut mengapresiasi kolaborasi ini.

“Institusi media seperti AJI, Tempo, Kompas, dan TCID, bersama platform media sosial seperti YouTube , Google berdiri paling depan di ajang pertempuran (melawan misinformasi dan disinformasi),” tuturnya.

Launching Kolaborasi Panel Ahli Cek Fakta TCID.

Pembicara yang hadir dalam diskusi adalah Pemimpin Redaksi TCID Ika Krismantari, CEO Tempo.co Wahyu Dhyatmika, Managing Editor Kompas.com Amir Sodikin sebagai perwakilan media, lalu Kepala Hubungan Pemerintahan dan Kebijakan Publik YouTube Asia Pasifik Danny Ardianto, dan salah satu relawan Panel Ahli Cek Fakta, assistant professor Fakultas Kesehatan Masyarakat dari Universitas Airlangga Ilham Akhsanu Ridlo.

Wahyu yang juga Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia dan salah satu pendiri cekfakta.com, proyek kolaboratif pengecekan fakta yang melibatkan 25 media di Indonesia, mengakui bahwa panel ahli memberi warna yang berbeda dalam gerakan cek fakta di Indonesia.

“Jika kita lakukan bersama dengan para akademisi dan peneliti, kita memberi elemen baru pada cek fakta sambil mensosialisasikan pentingnya percakapan itu berbasis sains dan data,” pungkasnya.

Dia juga menambahkan pentingnya kontribusi platform dalam menciptakan ekosistem informasi yang lebih kondusif.

Amir juga menekankan peran platform yang lebih kuat dibanding media konvensional untuk usia tertentu di era digital saat ini.

“Nah bahayanya jika itu (platform) dipakai untuk menyerang kelompok minoritas atau menyerang ideologi yang berbeda, kemudian bisa menciptakan kebencian,” tambah Amir

Menanggapi hal tersebut, Danny sebagai perwakilan dari platform menjelaskan berbagai kebijakan YouTube dalam memoderasi konten-konten yang beredar di platformnya.

“Di YouTube itu setiap menitnya ada 500 jam video di-upload, secara global, segala macam jenis konten mulai dari entertainment, education, berita dan lain-lain. Kami juga terus mengembangkan cara-cara dan upaya untuk memoderasi konten dengan kolaborasi-kolaborasi,” ungkap Danny, menekankan pentingnya kerja bersama dalam menangani konten bermasalah.

“Jadi, semuanya kita ikut serta di dalamnya untuk mewujudkan cita-cita melawan disinformasi. Jadi sekarang bukan love and hate, tapi seharusnya love and love (antara media dan platform),"jelasnya.

Ika menekankan lagi pentingnya kolaborasi dari semua pihak - media, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan platform - mengingat upaya menghadapi misinformasi dan disinformasi layaknya "mission impossible” dengan derasnya arus informasi di era digital saat ini.

“Senang sekali inisiatif ini (Panel Ahli Cek Fakta TCID) didukung oleh AJI dan juga Kompas.com dan Tempo.co. Harapannya kerja-kerja cek fakta ini bisa semakin kita sebarluaskan lagi, karena kita tidak bisa sendirian melakukan ini,” tambah Ika.

Sementara itu Ilham menjelaskan ketertarikannya untuk terlibat dalam panel ini karena dirinya sebagai bagian dari masyarakat juga merasakan dampak negatif dari misinformasi dan disinformasi.

“Mau ga mau seharusnya peneliti dan akademisi ikut terlibat dalam diskursus publik ini, dan harus ikut sebagai aktor,” jelasnya.

Artikel-artikel cek fakta hasil kolaborasi ini bisa dibaca di laman TCID, Kompas.com, Tempo.co, dan juga media sosial.


TCID launches fact-check collaboration between its authors, national media and Indonesia’s Alliance of Independent Journalists

The Conversation Indonesia (TCID) launched on Tuesday a collaboration of Fact-Check Expert Panel program with two major national media, Kompas.com and Tempo.co, with the support of the Alliance of Independent Journalists (AJI) Indonesia.

This collaboration is the latest step from TCID’s Fact Check Expert Panel programme which has run since September.

The Fact-Check Expert Panel is an initiative by TCID to counter the spread of misinformation and disinformation ahead of Indonesia’s 2024 General Election. Consisting of volunteers (academics and researchers) from various fields of expertise, the panel independently conducts fact-checking activities with TCID editors.

As of December 17, 2023, more than 70 volunteers, including academics and researchers from more than 40 academic institutions in Indonesia and abroad and more than seven research institutions, have joined the programme. The registration to become our fact-checkers will continuously open.

TCID Fact-Check Expert Panel, in collaboration with Kompas.com, Tempo.co and the Alliance of Independent Journalists (AJI) Indonesia.

In collaboration with Kompas.com and Tempo.co, the Fact Check Expert Panel will focus on examining and verifying statements and claims made by candidates – president and vice president candidates, legislative candidates, campaign teams and executive members of political parties contesting in the election.

AJI supports this collaboration because it recognises the importance of involving scientists and experts in our fact-checking works.

“(Their) statements … are not always accurate or credible. Therefore, it is necessary to verify each statement made by candidates or politicians to measure its accuracy and credibility,” AJI Secretary General Ika Ningtyas said in her opening remark.

The launch event also presented a public discussion with the theme “Love-hate relationship between platforms and media in the mission to counter disinformation.”

The theme reflected the current situation between media and platforms in discussing the rules related to media’s rights in receiving commensurate financial compensation for content used by digital platforms (publisher rights). At the same time, a solid collaboration between media and platforms is an essential key in fighting misinformation and disinformation.

Nuurrianti Jalli, an Assistant Professor of Communication Strategy from the US-based Oklahoma State University, who attended the public discussion as a keynote speaker, expressed her appreciation for the collaboration initiative.

“Media institutions such as AJI, Tempo.co, Kompas.com, and TCID, along with social media platforms such as YouTube, stand at the forefront of the battle (against misinformation and disinformation),” she said.

Launching Collaboration of TCID Fact-Check Expert Panel.

The speakers were TCID Editor-in-Chief Ika Krismantari, Tempo.co CEO Wahyu Dhyatmika, Kompas.com Managing Editor Amir Sodikin, YouTube’s Asia Pacific Head of Government Relations and Public Policy Danny Ardianto, and one of the TCID’s fact-checkers, Ilham Akhsanu Ridlo, an Assistant Professor at Airlangga University’s Faculty of Public Health.

Wahyu, who also chairs the Indonesian Cyber Media Association and co-founder of cekfakta.com, a collaborative fact-checking project involving 25 media outlets in Indonesia, admitted that the expert panel brought a different colour to the fact-checking activities in Indonesia.

“If we do it together with academics and researchers, we give a new element to fact-checking works whilst amplifying the importance of science-based and data-based conversations,” he said.

He also underlined the importance of platforms’ contributions in creating a more conducive information ecosystem.

Amir pointed out how platforms played more substantial roles than conventional media for specific age groups in this digital era. “What makes it dangerous is when (the platform) is used to attack minority groups or attack different ideologies because it can create hatred,” Amir said.

In response, as a platform representative, Danny explained YouTube’s various policies for moderating the content circulating on the platform.

“On YouTube, 500 hours of video are uploaded every minute globally for all kinds of content ranging from entertainment, education, news, etc. We also continue to develop ways and efforts to moderate content with collaborations,” Danny said, emphasising the importance of working together in dealing with problematic content.

“So, we are all taking part in the mission of fighting against disinformation. So now it’s no more ‘love and hate’, but it should be ‘love and love’ (between media and platforms),” he concluded.

Ika reiterated the importance of collaboration of all stakeholders – media, academicians/scientists, civil society organisations, and platforms – given that tackling misinformation and disinformation would be like a “mission impossible” in today’s digital era.

“It’s great that this initiative (TCID Fact Check Expert Panel) is supported by AJI as well as Kompas.com and Tempo.co. Hopefully, we can further disseminate this fact-checking work because we cannot do this alone,” Ika added.

Meanwhile, Ilham explained his interest in being involved in this panel because he also felt the negative impacts of misinformation and disinformation.

“Inevitably, researchers and academicians should be involved in this public discourse and should participate as actors,” he explained.

The fact-check articles from this collaboration can be read on TCID’s website, Kompas.com, Tempo.co, and our social media.


Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,700 academics and researchers from 4,947 institutions.

Register now