Menu Close

The Conversation Indonesia umumkan penulis terbaik di diskusi dan malam penghargaan TCID Author Awards 2023

TCID Author Awards 2023. The Conversation Indonesia.

Pepatah bijak menyebutkan, “Menulis adalah tentang ketabahan dan juga kreativitas”. Artinya, menulis membutuhkan tidak hanya seni tapi juga konsistensi, sehingga mereka-mereka yang berkomitmen untuk melakukan itu, layak mendapatkan apresiasi.

TCID Author Awards 2023.

Berangkat dari semangat itulah, The Conversation Indonesia (TCID) kembali mengadakan TCID Author Awards pada Jumat 19 Januari 2024 kemarin. Tahun ini merupakan penyelenggaraan Author Awards yang ke-tiga. Tim TCID Author Awards menyeleksi lebih dari 1.000 artikel yang terbit sepanjang 2023.

Beda dengan tahun-tahun sebelumnya, kami mengemas ajang penghargaan kali ini dengan agak meriah, tidak hanya dari proses pemberian hadiah yang layaknya acara-acara penghargaan Hollywood, tapi juga mengadakan diskusi publik yang menghadirkan tiga peneliti lintas generasi: Jatna Supriatna, Dewan Pembina The Conversation Indonesia, Sastia Prama Putri, Ketua Umum Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional dan Wawan Kurniawan, peneliti di Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia dengan topik utama: “Menumbuhkan scientific temper di Indonesia: mulai dari mana?”.

Daftar pemenang

TCID Author Awards 2023 memberikan penghargaan untuk sembilan kategori.

Andi Misbahul Pratiwi, kandidat doktor di School of Geography, University of Leeds, Inggris memenangkan kategori Penulis Pilihan Editor Lingkungan. Tulisan-tulisannya yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap aspek keadilan sosial di Indonesia, khususnya ketimpangan gender, berhasil mencuri perhatian Robby Irfany Maqoma, Editor Lingkungan TCID.

Sementara itu, Ayu Anastasya Rachman, dosen di Universitas Bina Mandiri Gorontalo, kembali memenangkan penghargaan tahun ini. Keberaniannya dalam memberikan perspektif anti-mainstream dalam membedah topik-topik hubungan internasional membuat Nurul Fitri Ramadhani menobatkannya sebagai Penulis Pilihan Editor Politik + Masyarakat tahun 2023.

Bagi Diyah Hayu Rahmitasari, analisis dari sudut pandang warga lokal yang menarik sekaligus mudah dipahami pembaca sangat penting dalam membicarakan isu-isu seperti pendidikan di Papua. Inilah yang membuat Murni Sianturi, kandidat doktor di University of New South Wales, Sydney, Australia, memenangkan kategori Penulis Pilihan Editor Pendidikan + Budaya.

Untuk kategori Penulis Pilihan Editor Sains + Kesehatan, Ahmad Nurhasim memberikan penghargaannya kepada Arif Nur Muhammad Ansori, peneliti di Universitas Airlangga di Jawa Timur. Menurut Hasim, Arif banyak menyorot isu-isu bioteknologi yang masih minim mendapatkan perhatian dan mampu menjelaskan inovasi-inovasi dalam bidang medis dengan contoh-contoh yang mudah dipahami.

Sedangkan Rayenda Khresna Brahmana, dosen di Coventry University, Inggris, memenangkan kategori Penulis Pilihan Editor Ekonomi. Selain kepiawaiannya menjelaskan isu keuangan global maupun nasional dengan cara yang mudah dipahami, tulisan-tulisannya juga membantu mengedukasi pembaca soal literasi keuangan,“ ujar Anggi M. Lubis, Editor Ekonomi TCID.

Produktivitas para peneliti dan akademisi dalam menulis tentunya juga perlu diapresiasi. Oleh karena itu, TCID memberikan penghargaan kepada mereka yang paling aktif menulis di platform kami dalam kurun waktu satu tahun. Kali ini, TCID menganugerahkan kategori Penulis Terproduktif kepada Yogie Pranowo, dosen di Universitas Multimedia Nusantara, dan Wawan Kurniawan, Peneliti Lab. Psikologi Politik, Universitas Indonesia.

Sedangkan untuk penghargaan Institusi Terproduktif tahun ini dimenangkan oleh Universitas Indonesia. Sepanjang tahun 2023, penulis-penulis dari universitas ini telah menulis 58 artikel. Penghargaan ini menjadi rekognisi terhadap institusi, juga terhadap semangat dosen dan penelitinya dalam menulis artikel-artikel yang bermanfaat bagi masyakarat luas.

Untuk menentukan Penulis Pilihan Pembaca tahun 2023, kami mengadakan survei dan berhasil mengumpulkan total 1.271 suara dengan 53 nominasi. Dari 1.271 suara yang masuk, pemenang kategori ini dengan perolehan suara 305 atau 24.3% adalah Rizky Utami, dosen dari Universitas Hasanuddin.

Malam penghargaan ditutup dengan kategori Penulis Paling Banyak Dibaca yang dimenangkan oleh Kanti Pertiwi, dosen di Universitas Indonesia.

"Dari ribuan peneliti dan akademisi yang terdaftar di sistem kami sejak kami berdiri, pemenang kategori ini menjadi penulis yang paling banyak dibaca sepanjang tahun 2023 dengan total 104,086 kali baca”, ujar Ika Krismantari, Pemimpin Redaksi TCID.

TCID memberikan waktu kepada para pemenang untuk menyampaikan pidato kemenangan singkat.

“Terima kasih karena TCID telah memberikan wadah bagi para peneliti untuk membangun jejaring dan juga berdampak lebih luas.”, ujar Rizky Utami.

Sedangkan Murni Sianturi mengakui bahwa dengan adanya TCID, dosen bisa lebih berani untuk membuka sesuatu yang mungkin jarang dibicarakan ke publik.“

Diskusi ilmiah lintas bidang

Diskusi menghadirkan tiga panelis interdisipliner. The Conversation Indonesia.

Dalam diskusi sebelum acara, Sastia menuturkan bahwa scientific temper adalah a way of life atau cara hidup berbasis data dan fakta, yang ditandai dengan kemampuan mengolah serta menyaring informasi sehingga bisa mengembangkan pola pikir kritis tapi tidak reaksioner. Cara hidup ini, Sastia menegaskan, tidak hanya atribut seorang ilmuwan, tapi semestinya dimiliki oleh semua orang.

Sebagai associate profesor di Universitas Osaka, Jepang, Sastia juga membagikan pengalamannya bersinggungan dengan scientific temper di negara tersebut. Menurutnya, scientific temper di Jepang sudah ditanamkan sejak kecil, sehingga warga Jepang terlatih untuk mengembangkan pemikiran logis, keterbukaan, kejujuran dan skeptisisme, salah satunya melalui aktivitas membaca.

"Budaya baca buku sangat tinggi di Jepang. Mereka juga setiap hari ke perpustakaan,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Jatna Supriana. Guru besar bidang Biologi Konservasi ini menggarisbawahi pentingnya ekosistem dalam membangun scientific temper di Indonesia. Menurut Jatna, scientific temper erat kaitannya dengan budaya sehingga karakteristik yang merupakan prasyarat untuk menumbuhkan scientific temper seperti disebut di atas harus dijadikan bagian dari keseharian sehingga menjadi praktik budaya.

Menumbuhkan scientific temper memerlukan rasa ingin tahu, inovasi dan tentu saja aktif mengkomunikasikan sains.“ tambahnya.

Karena itu, diperlukan lebih banyak evidence based policies atau kebijakan yang berbasis bukti, sehingga lebih mudah diterima masyarakat luas. Riset dan advokasi menjadi kunci untuk mendorong pengembangan kebijakan/kurikulum yang dapat memfasilitasi pembentukan scientific temper sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Tak ketinggalan, masyarakat pun harus terlatih untuk punya kemauan dan keterbukaan dalam menerima hasil-hasil temuan sains.

Kondisi masyarakat ini, menurut Wawan, adalah salah satu dari faktor sosiologis yang menentukan scientific temper di Indonesia. Wawan menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah terbiasa menghafal tanpa memahami konsep dan mengembangkan daya kritis, mengomentari tanpa dasar literasi serta sains yang memadai, hingga kebutuhan dasarnya belum selesai sehingga kurang fokus pada pemikiran abstrak jangka panjang.

Faktor sosiologis ini juga disertai dengan faktor psikologis di mana kita tidak terbiasa untuk:

1). Menghargai pentingnya bukti empiris dan data dalam menentukan kebenaran;

2.) Mengakui batasan pengetahuan seseorang dan terbuka untuk belajar dari orang lain;

3.) Memahami adanya bias kognitif dan heuristik yang dapat mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan.

"Maka tak heran kalau dalam konteks Pemilu, paslon yang menggunakan pendekatan emosi akan meraih jumlah suara lebih banyak dibandingkan paslon yang menggunakan pendekatan kognitif,” tuturnya.

Oleh karena itu, Wawan mengingatkan pentingnya kolaborasi antara ilmuwan dan negara dalam menumbuhkan scientific temper. Hal ini mencakup pengembangan program pendidikan dan kampanye kesadaran publik untuk meningkatkan pemahaman sains di kalangan masyarakat luas, mendorong penggunaan bukti ilmiah dalam pembuatan kebijakan publik dengan meningkatkan alokasi anggaran dan menciptakan lingkungan yang kondusif serta mendorong kerja sama antara universitas, lembaga penelitian, industri, dan pemerintah.

Sekali lagi, selamat kepada para penulis pemenang TCID Author Awards 2023!

Semoga penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi para penulis untuk terus menyebarluaskan pengetahuan dan memperkuat kebijakan di Indonesia.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now