Menu Close

Tiga pendekatan baru untuk pertajam analisis hubungan Cina dan Indonesia

Warga keturunan Cina sedang beribadah di kuil Kim Tek Ie di Glodok, Jakarta Barat beberapa hari sebelum Tahun Baru Cina. Wikimedia, CC BY-NC

Pada April tahun ini, di tengah pandemi COVID-19, Cina dan Indonesia memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.

Hubungan Cina dan Indonesia telah menguat dalam beberapa tahun terakhir di berbagai bidang termasuk ekonomi, politik dan keamanan, serta pendidikan, budaya, dan pariwisata.

Hubungan keduanya semakin menguat dengan adanya implementasi proyek mega infrastruktur Belt and Road Initiative (BRI) di Indonesia.

Keterlibatan dan peran Cina yang kian berkembang di Indonesia selama beberapa tahun terakhir telah mendorong berbagai macam studi, baik yang dilakukan oleh peneliti domestik maupun internasional.

Mereka mencoba menganalisis pergerakan Cina di tanah air.

Namun, penelitian-penelitian tersebut hanya berhasil memperkaya pemahaman kita sampai batas tertentu karena seringkali interpretasi yang disuguhkan tidak cukup komprehensif.

Masih banyak dimensi dari hubungan bilateral Indonesia-Cina yang masih belum terungkap seperti analisis politik dalam negeri Cina, peran aktor penting di luar negara dan pendekatan budaya. Hal ini yang menjadikan studi tentang Cina yang ada saat ini masih sangat lemah.

Perlu melihat konteks

Sebagian besar studi yang meneliti tentang hubungan Cina dan Indonesia yang dewasa ini kian intens mendasarkan pada teori ortodoks dalam studi Hubungan Internasional seperti teori realisme yang memandang bahwa hubungan antarbangsa dipandang sebagai konflik yang tak terhindarkan. Negara harus mencari kekuasaan dominan dalam pentas global agar dapat bertahan.

Hasil riset lebih sering menafsirkan langkah Cina sebagai sebuah upaya untuk menjadi sebuah negara adidaya dunia. Padahal konteks yang ada tidak sesederhana itu.

Salah satu aspek yang luput adalah bahwa kondisi domestik Cina yang sebenarnya punya andil yang besar dalam menentukan kebijakan luar negeri Cina.

Kelalaian ini menjadi masalah.

Ahli politik luar negeri Cina Henelito Sevilla mengatakan bahwa memahami Cina dari perspektif eksternal saja hanya akan memberi kita gambaran yang sempit tentang Cina. Karena faktanya masalah domestik di dalam negeri Cina juga sangat mempengaruhi politik luar negerinya.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Cina mulai kehilangan kepercayaan dari warganya akibat ketidakstabilan politik-ekonomi di negerinya sendiri.

Untuk mengembalikan krisis kepercayaan masyarakat, Presiden Cina Xi Jinping berupaya untuk menyelesaikan isu ketidakstabilan ekonomi tersebut dengan membuat langkah-langkah strategis yang pada akhirnya mempengaruhi kebijakan politik luar negerinya.

Salah satu contoh adalah adanya masalah domestik tentang pasokan bahan dasar material infrastruktur yang berlebih di pasar domestik . Kondisi tersebut menuntut Cina untuk mencari pangsa pasar baru di luar Cina untuk menyerap kelebihan produksi tersebut, yang pada akhirnya mempengaruhi politik luar negerinya.

Dengan demikian, perlu adanya pendekatan yang melihat hubungan Cina dengan negara lain, termasuk Indonesia, dari dua sisi, tidak hanya dari sudut pandang eksternal, namun juga kondisi internal, seperti perkembangan sosial, ekonomi, dan politik di dalam Cina.

Perlu menelaah aktor lain

Selain itu, sebagian besar studi tentang hubungan Cina-Indonesia yang hanya menganggap negara sebagai aktor utama, atau bahkan satu-satunya aktor yang berperan.

Walaupun Cina memang merupakan negara otoriter, namun peran pemerintah Cina saat ini mulai terdesentralisasi.

Su Xiaobo, ahli politik ekonomi Cina di University of Oregon, Amerika Serikat mengatakan kebijakan luar negeri Cina beberapa tahun terakhir bukan didesain tunggal oleh pemerintah sendiri, melainkan banyak aktor lain yang mempengaruhi yang memiliki kepentingan dan strategi yang berbeda dari pemerintah Cina.

Aktor-aktor tersebut adalah perusahaan swasta Cina, bank swasta, dan aktor-aktor individu lainnya. Munculnya aktor-aktor ini didorong adanya reformasi ekonomi Cina tahun 1979.

Sayangnya, sebagian besar studi tentang hubungan Cina dan Indonesia hanya berfokus pada “negara” sebagai aktor.

Sudah banyak analisis yang dibuat mengenai berbagai proyek infrastruktur yang dilakukan Cina di Indonesia, namun tidak ada yang menyelidiki peran aktor-aktor lain yang terlibat di proyek-proyek tersebut.

Mengabaikan aktor-aktor tersebut berpotensi menghasilkan simpulan analisis yang hanya merepresentasikan satu bagian cerita saja.

Pakar Cina dari London School of Economics and Political Science di Inggris, Jie Yu, juga berpendapat bahwa implementasi BRI melibatkan berbagai aktor yang melibatkan perusahaan negara dan swasta, bank, dan lembaga keuangan lainnya yang tidak selalu mempunyai kepentingan dan langkah strategis yang sama dengan pemerintah.

Analisis hubungan Cina-Indonesia perlu lebih dari sekadar melihat “Cina” sebagai aktor tunggal, melainkan juga harus menyelidiki aktor apa saja yang terlibat, strategi, dan juga kepentingan mereka.

Perlu menginvestigasi pendekatan budaya Cina

Dalam banyak studi yang ada, invasi Cina ke sebuah negara sering digambarkan hanya berkaitan dengan masalah uang. Namun, agresivitas Cina masuk ke dalam sebuah negara, misalnya Indonesia, bukan hanya perkara soal nilai investasi.

Sesungguhnya, banyak upaya yang sebelumnya menjadi pertimbangan oleh Cina sebelum masuk ke negara tujuan.

Jika kita memperhatikan lebih detail, ada banyak pendekatan pendidikan, budaya, dan media yang dilakukan oleh Cina untuk melegitimasi kepentingan ekonomi dan politiknya.

Banyak yang luput menyadari bahwa Negeri Tirai Bambu ini juga menyertakan pendekatan budaya untuk masuk ke Indonesia. Terlebih karena adanya sentimen anti-Cina yang sudah mengakar kuat di masyarakat Indonesia sejak 1960-an.

Kalau pun ada, beberapa dari studi tersebut belum bisa melihat bahwa upaya tersebut mempunyai korelasi yang penting untuk melegitimasi kepentingan ekonomi dan politik Cina.

Langkah selanjutnya

Tiga hal di atas seharusnya dapat menjadi acuan bagi para pengamat dalam meneliti dinamika hubungan Cina-Indonesia.

Penekanan khusus pada konteks politik dalam negeri Cina, sejarah, peran para aktor bukan negara, dan pendekatan budaya dan pendidikan seharusnya dilibatkan dalam memberikan analisis yang komprehensif tentang Cina.

Jika pendekatan eksternal saja yang dijadikan acuan utama tanpa mempertimbangkan faktor internal di atas, maka rumusan analisis tidak akan mampu memberikan pemahaman yang utuh mengenai upaya-upaya yang ditempuh oleh Cina.

Sajian analisis yang komprehensif dan menyeluruh tentang Cina pada akhirnya dapat membantu pemerintah Indonesia dalam merumuskan kebijakan yang lebih tepat terhadap Cina.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,943 institutions.

Register now