Menu Close
Vaksin dengue menjadi salah satu terobosan untuk penyelesaian DBD di berbagai negara endemik. Getty Images

Vaksin demam berdarah resmi beredar di Indonesia, bisakah kita bebas segera dari penyakit bawaan nyamuk ini?

Demam Berdarah Dengue (DBD) telah lama menjadi penyakit endemik di Indonesia.

Iklim tropis merupakan lingkungan yang sangat mendukung perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan cepat.

Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan kasus DBD jika dibandingkan dengan data dua dekade yang lalu.

Data Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa kasus DBD meningkat secara signifikan dari tahun 2021 (sekitar 73.500 kasus dengan 705 kematian) dan 2022 (sekitar 131.200 kasus dengan 1.183 kematian).

Dengan gejala yang serius dan berpotensi fatal, DBD menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, terutama bagi anak-anak dan dewasa muda. Maka, persetujuan edar vaksin dengue untuk usia 6–45 tahun di Indonesia pada September 2022 menjadi kabar baik yang dinantikan.

Saat ini, vaksin dengue QDENGA® telah beredar di Indonesia. Vaksin tersebut terdaftar atas nama PT Takeda Indonesia dan diproduksi oleh IDT Biologika GmbH Jerman.

Namun, apakah dengan vaksin tersebut maka Indonesia akan terbebas dari DBD dalam waktu dekat? Apalagi, vaksinasi untuk DBD belum termasuk dalam vaksin wajib bagi anak-anak hingga saat ini.


Read more: Ancaman demam berdarah di Indonesia meningkat: 3 hal terkait penyebab dan pencegahannya


Epidemiologi DBD di Indonesia

DBD adalah masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia.

Sebagai negara tropis dengan iklim yang hangat dan lembap sepanjang tahun, Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, vektor untuk penyebaran virus dengue (Gambar 1).

Gambar 1. Gambaran skematis nyamuk Aedes aegypti sedang menghisap darah inang melalui kulit. Gambar dari penulis dan dibuat dengan platform BioRender.com

Geografis Indonesia yang luas dan beragam juga berperan dalam epidemiologi (penyebaran penyakit) DBD di negara ini. Beberapa area dengan populasi padat seperti Bandung, Jakarta Timur, dan Bogor serta infrastruktur sanitasi yang kurang memadai memiliki risiko tinggi untuk penyebaran penyakit ini.

Selain itu, faktor iklim, seperti curah hujan dan suhu, juga memengaruhi penyebaran dan perkembangbiakan nyamuk –pada akhirnya mendorong penyebaran DBD di masyarakat.

DBD di Indonesia memiliki pola musiman. Peningkatan kasus biasanya terjadi pada musim hujan (Oktober-Maret), kondisi lembab dan adanya genangan air membuat lingkungan yang ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak. Namun, DBD tetap bisa terjadi sepanjang tahun.

Secara keseluruhan, DBD tetap menjadi tantangan besar di bidang kesehatan masyarakat di Indonesia.

Kita butuh upaya terpadu, termasuk peningkatan pengendalian vektor, peningkatan deteksi dan perawatan kasus serta peningkatan cakupan vaksinasi untuk mengatasi penyakit ini.

Lebih dekat dengan vaksin dengue

Vaksin dengue dihasilkan dari riset intensif dan panjang yang meliputi aspek biomedik, bioteknologi, dan imunologi.

Setiap dosis vaksin berisi antigen yang memicu sistem imun untuk menghasilkan antibodi melawan virus dengue (Gambar 2). Dengan begitu, individu yang divaksinasi akan memiliki pertahanan lebih baik terhadap serangan virus.

Gambar 2. Gambaran skematis dari genom virus dengue. Gen E yang menyandikan salah satu protein struktural (protein E) memberikan peranan penting dalam respon imun pada inang dan desain vaksin. Gambaran visual model tiga dimensi dari virus dengue yang dihasilkan oleh analisis kryo-mikroskop elektron merujuk pada pangkalan data Protein Data Bank (PDB ID: 3J35). Gambar dibuat penulis menggunakan platform BioRender.com

Secara teoritis, vaksinasi dengue skala luas di Indonesia akan berdampak pada penurunan kasus DBD secara signifikan. Akan tetapi, realisasi tersebut membutuhkan cakupan vaksinasi yang tinggi, yaitu antara 42-86% di seluruh populasi, dan efektivitas vaksin yang berkelanjutan.

Vaksin QDENGA® adalah vaksin dengan platform live attenuated tetravalent dengue vaccine (TDV) alias virus hidup yang dilemahkan..

Ada empat galur virus dengue dengan berbagai serotipe (variasi yang berbeda dalam suatu virus). Galur-galur tersebut yaitu (1) galur virus dengue serotipe 2 (TDV-2), (2) rekombinan galur virus dengue serotipe 2/1 (TDV-1), (3) rekombinan galur virus dengue serotipe 2/3 (TDV-3), dan (4) rekombinan galur virus dengue serotipe 2/4 (TDV-4). Vaksin ini tersusun dari empat galur ini.

Salah satu yang penting pada pengembangan vaksin adalah efikasi (keampuhan).

Efikasi vaksin QDENGA® dilaporkan oleh data studi klinik fase 3 dan didukung data imunogenisitas studi klinik fase 2 dan fase 3. Efikasi Vaksin QDENGA® untuk pencegahan demam berdarah secara keseluruhan sebesar 80,2%. Sementara efikasinya untuk mencegah keparahan dengan perawatan intensif (hospitalisasi) akibat virus dengue sebesar 95,4%.

Vaksin ini menunjukkan efikasi yang baik pada subjek dengan sero-positif (memiliki antibodi terhadap virus dengue) maupun subjek dengan sero-negatif (belum memiliki antibodi terhadap virus dengue).

Berdasarkan analisis terhadap data keamanan dari studi klinik fase 1-3 pada usia 6 hingga 45 tahun, vaksin QDENGA® secara keseluruhan aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau efek samping yang dilaporkan umumnya bersifat ringan hingga sedang. Pada laporan yang telah dirilis, efek samping ringan yang timbul meliputi pembengkakan yang bersifat sementara (hilang dalam 1-3 hari setelah pemberian vaksin), bercak kemerahan, dan nyeri pada titik injeksi.

Efek samping sistemik yang dilaporkan yaitu demam, hilang nafsu makan, rasa mengantuk, rasa lelah, nyeri otot, dan sakit kepala.

Tidak ada kejadian perdarahan akibat vaksin dengue serta reaksi alergi berat yang dilaporkan setelah pemberian vaksin QDENGA® dalam studi klinik.

Meski begitu, hingga saat ini belum tersedia data efikasi vaksin QDENGA® untuk usia di atas 45 tahun sehingga efikasi vaksin pada kelompok usia tersebut belum dapat dipastikan dan membutuhkan analisis lebih lanjut.

Tantangan vaksinasi dengue di Indonesia

Beberapa tantangan muncul dalam upaya mencapai Indonesia yang bebas DBD. Tantangan yang utama adalah distribusi vaksin.

Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan infrastruktur yang belum merata, distribusi vaksin ke daerah terpencil dan kurang berkembang bisa menjadi tantangan besar.

Tantangan lainnya adalah penerimaan masyarakat terhadap vaksin. Walaupun vaksin sudah terbukti aman dan efektif, namun masih banyak masyarakat yang ragu untuk melakukan vaksinasi karena berbagai alasan.

Edukasi masyarakat tentang pentingnya vaksinasi menjadi hal penting untuk dilakukan guna mengatasi tantangan ini.

Tantangan selanjutnya adalah implementasi surveilans penyakit yang efektif. Kita membutuhkan sistem pemantauan dan pelaporan yang baik untuk melacak efektivitas vaksin dan mendeteksi penyebaran penyakit dini.

Sistem ini harus dapat dengan cepat memberikan respon terhadap kasus DBD, termasuk di daerah-daerah terpencil.

Salah satu aspek penting dalam pengendalian DBD adalah pengendalian nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Meski vaksin dengue telah beredar, pengendalian populasi nyamuk ini tetap penting untuk mencegah penyebaran virus.


Read more: Cara peneliti meyakinkan warga menggunakan cara baru demi membasmi demam berdarah


Pencegahan perkembangbiakan nyamuk dan penanganan tempat potensial untuk perkembangbiakan nyamuk harus terus dilakukan.

Selanjutnya, tantangan juga datang dari virus dengue itu sendiri.

Virus ini memiliki empat serotipe yang berbeda. Meski vaksin yang ada sekarang dapat memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe tersebut, ada kemungkinan seseorang yang sudah divaksinasi dapat terinfeksi oleh serotipe lain.

Penelitian dan pengembangan vaksin yang terus berlanjut adalah hal yang sangat penting.

Selain itu, ada juga kemungkinan terjadinya resistensi virus terhadap vaksin. Fenomena ini mirip dengan resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Jika hal ini terjadi, efektivitas vaksin akan menurun, dan upaya pengendalian penyakit akan menjadi lebih sulit.

Jadi, meski keberadaan vaksin dengue di Indonesia adalah langkah yang sangat penting dalam pengendalian DBD, namun beberapa rintangan masih harus dihadapi sehingga membutuhkan peran semua pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk mencapai Indonesia bebas DBD.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now