Menu Close
Siswa menggunakan AI
Siswa dapat menggunakan chatbot AI untuk memecah tugas yang kompleks menjadi beberapa langkah yang lebih kecil. Maskot/Getty Images

3 cara menggunakan ChatGPT untuk membantu siswa belajar - dan tidak menyontek

Karena ChatGPT dapat terlibat dalam percakapan dan menghasilkan esai, kode komputer, bagan, dan grafik yang sangat mirip dengan yang dibuat oleh manusia, para pendidik khawatir para siswa dapat menggunakannya untuk menyontek. Semakin banyak distrik sekolah di seluruh negeri yang memutuskan untuk memblokir akses ke ChatGPT di komputer dan jaringan mereka.

Sebagai profesor psikologi pendidikan dan teknologi pendidikan, kami menemukan bahwa alasan utama siswa menyontek adalah motivasi akademis mereka. Sebagai contoh, terkadang siswa hanya termotivasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi, sedangkan di lain waktu mereka termotivasi untuk mempelajari semua yang mereka bisa tentang suatu topik.

Oleh karena itu, keputusan untuk menyontek atau tidak, sering kali berkaitan dengan bagaimana tugas dan tes akademik dibuat dan dinilai, bukan pada ketersediaan jalan pintas teknologi. Ketika mereka memiliki kesempatan untuk menulis ulang esai atau mengulang tes jika mereka tidak mengerjakannya dengan baik pada awalnya, siswa cenderung tidak akan menyontek.

Kami percaya bahwa guru dapat menggunakan ChatGPT untuk meningkatkan motivasi belajar siswa mereka dan benar-benar mencegah kecurangan. Berikut adalah tiga strategi untuk melakukannya.

1. Perlakukan ChatGPT sebagai mitra belajar

Penelitian kami menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung menyontek ketika tugas dirancang dengan cara yang mendorong mereka untuk mengungguli teman sekelasnya. Sebaliknya, siswa lebih kecil kemungkinannya untuk menyontek ketika guru memberikan tugas akademis yang mendorong mereka untuk bekerja secara kolaboratif dan fokus pada penguasaan konten daripada mendapatkan nilai yang bagus.

Memperlakukan ChatGPT sebagai mitra belajar dapat membantu guru mengalihkan fokus di antara para siswa mereka dari kompetisi dan penilaian ke kolaborasi dan penguasaan.

Sebagai contoh, seorang guru sains dapat menugaskan siswa untuk bekerja dengan ChatGPT untuk mendesain kebun sayur hidroponik. Dalam skenario ini, siswa dapat terlibat dengan ChatGPT untuk mendiskusikan persyaratan pertumbuhan sayuran, bertukar pikiran tentang ide-ide desain untuk sistem hidroponik dan menganalisis pro dan kontra dari desain tersebut.

Kegiatan-kegiatan ini dirancang untuk mendorong penguasaan konten karena berfokus pada proses pembelajaran, bukan hanya pada nilai akhir.

2. Gunakan ChatGPT untuk meningkatkan kepercayaan diri

Penelitian menunjukkan bahwa ketika siswa merasa percaya diri bahwa mereka dapat berhasil mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka, mereka cenderung tidak akan menyontek. Dan cara penting untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa adalah dengan memberi mereka kesempatan untuk mengalami kesuksesan.

ChatGPT dapat memfasilitasi pengalaman tersebut dengan menawarkan dukungan individual kepada siswa dan memecah masalah yang kompleks menjadi tantangan atau tugas yang lebih kecil.

Sebagai contoh, misalkan siswa diminta untuk mencoba merancang kendaraan hipotetis yang dapat menggunakan bensin lebih efisien daripada mobil tradisional. Siswa yang kesulitan dengan proyek tersebut - dan mungkin cenderung menyontek - dapat menggunakan ChatGPT untuk memecah masalah yang lebih besar menjadi tugas-tugas yang lebih kecil. ChatGPT dapat menyarankan mereka untuk terlebih dahulu mengembangkan konsep keseluruhan untuk kendaraan sebelum menentukan ukuran dan berat kendaraan dan memutuskan jenis bahan bakar apa yang akan digunakan. Guru juga dapat meminta siswa untuk membandingkan langkah-langkah yang disarankan oleh ChatGPT dengan langkah-langkah yang direkomendasikan oleh sumber lain.

3. Meminta ChatGPT untuk memberikan umpan balik yang mendukung

Ada temuan terkait umpan balik yang dipersonalisasi yang dapat mendukung emosi positif siswa, termasuk rasa percaya diri.

ChatGPT dapat diarahkan untuk memberikan umpan balik dengan menggunakan bahasa yang positif, berempati, dan membesarkan hati. Sebagai contoh, jika seorang siswa menyelesaikan soal matematika dengan tidak benar, alih-alih hanya memberi tahu siswa tersebut “Kamu salah dan jawaban yang benar adalah…”, ChatGPT dapat memulai percakapan dengan siswa tersebut. Berikut adalah respons nyata yang dihasilkan oleh ChatGPT: “Jawaban kamu tidak benar, tetapi sangat normal untuk menemukan kesalahan atau miskonsepsi sesekali di sepanjang jalan. Jangan berkecil hati dengan kemunduran kecil ini; kamu berada di jalur yang benar! Saya di sini untuk mendukungmu dan menjawab setiap pertanyaan yang mungkin kamu miliki. Kamu hebat!”

Hal ini akan membantu siswa merasa didukung dan dimengerti, sekaligus menerima umpan balik untuk perbaikan. Guru dapat dengan mudah menunjukkan kepada siswa cara mengarahkan ChatGPT untuk memberikan umpan balik tersebut.

Kami percaya apabila guru menggunakan ChatGPT dan chatbot AI lainnya dengan bijaksana - dan juga mendorong siswa untuk menggunakan alat ini secara bertanggung jawab dalam tugas sekolah mereka - siswa memiliki insentif untuk belajar lebih banyak dan lebih sedikit menyontek.


Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now