Menu Close
A pair of elderly hands spin a clump of wool into yarn.

Curious Kids: Bagaimana kain dibuat?

Bagaimana kain dibuat? – Saskia, umur 5, Sydney, Australia

Halo Saskia! Itu pertanyaan yang bagus!

Dari pakaian hingga gorden, handuk, dan seprai, kain ada di mana-mana dalam kehidupan kita sehari-hari. Kamu mungkin juga mendengar orang menyebutnya “tekstil”.

Orang telah membuat kain, atau tekstil, untuk waktu yang sangat lama. Faktanya, mereka telah melakukannya selama hampir 35.000 tahun!

Pertama-tama mari kita pikirkan apa itu kain. Kamus mengatakan kain adalah bahan yang dibuat dengan merajut atau menenun serat.

Apa itu serat?

Serat itu layaknya sehelai rambut. Bentunya sangat panjang dan tipis.

Serat bisa berasal dari alam. Contoh serat alami berasal dari kapas, sutra dan wol.

A branch of cotton laid across a wooden table.
Kapas di ranting. Shutterstock

Manusia juga telah menemukan cara untuk membuat serat sendiri dalam 150 tahun terakhir. Kita dapat menggunakan teknologi untuk mengubah minyak menjadi serat. Kami bahkan dapat membuat serat khusus untuk membuat jas hujan Anda tahan air, atau membuat rompi tentara anti peluru.

Tapi bagaimana serat setipis rambut ini bisa dibuat menjadi sesuatu yang bisa kita pakai?

Dari serat menjadi benang

Pertama, kita perlu menyatukan serat untuk membuat untaian benang yang panjang. Ini bisa rumit karena banyak serat yang cukup pendek, terutama serat alami.

Serat kapas biasanya hanya memiliki panjang sekitar 3 cm. Itu lebih pendek dari klip kertas. Wol biasanya dipotong dari domba jika panjangnya 7,5 cm – sepanjang ukuran krayon.

Kami menggabungkan serat-serat yang lebih pendek ini untuk membuat benang yang lebih panjang dengan memelintirnya. Proses ini membuat serat bersatu dan saling mengikat. Proses ini disebut sebagai pemintalan benang.

Pemintalan Benang

Langkah pertama pemintalan benang adalah mengambil seikat serat, menyusunnya, menyisirnya seperti Anda menyisir rambut … atau ketika kalian menyisir janggut panjang! Bahkan, ketika seratnya berbentuk selembar, kami menyebutnya “jenggot”.

Hand holding raw wool spinning it into yarn.
Sebelum kita bisa membuat wol menjadi kain, wol harus dipintal menjadi benang. Shutterstock

Selanjutnya, lembarannya diregangkan. Saat membentang, itu akan menjadi lebih tipis dan lebih tipis. Kemudian kami menggabungkannya hingga berbentuk benang. Lembaran serat yang halus ini mungkin awalnya berukuran beberapa meter hingga menjadi benang tipis.

Ada semua jenis benang benang. Mereka bisa tipis, tebal, keras, lembut, elastis, atau bahkan yang tidak bisa kamu potong! Itu semua tergantung pada bahan serat awal dan pengaturan mesin yang digunakan.

Mengubah benang menjadi kain

Setelah benang terbentuk, kita siap untuk membuat kain. Ada banyak cara untuk melakukannya, seperti menenun, merajut dan menggunakan proses felting.

Menenun menyilangkan benang di atas dan di bawah dalam pola papan catur. Knitting membuat lingkarang yang melewati satu sama lain.

A woman weaves pink and yellow yarns into frabric using wooden poles.
Wmenenun benang menjadi kain dapat dilakukan dengan tangan, atau dengan mesin. Shutterstock

Proses felting biasanya terjadi saat serat wol menjadi basah dan bersabun. Kita menggosok serat bersama-sama sampai semuanya kusut. Kemudian kita menekan serat tersebut menjadi berbentuk kain.

Menenun, merajut, dan proses felting bisa sangat lambat jika kamu melakukannya dengan tangan! Saat ini kita sering menggunakan mesin untuk mempercepat prosesnya.

Bagaimana kain dibuat

Jadi kita mulai dengan serat. Kemudian kita memutarnya menjadi benang panjang. Selanjutnya kita akan menenun, merajut atau menyusun benang menjadi kain. Dan itu, Saskia, adalah bagaimana kami membuat kain.


Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami. Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:


Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,000 academics and researchers from 4,949 institutions.

Register now