Santri muda di Indonesia tidak hanya melestarikan tradisi agama melalui film, tapi juga menggunakan film sebagai sarana untuk mengkritisi dan senantiasa mengevaluasi tradisi mereka.
Perbedaan dalam struktur otoritas agama di daerah tertentu lebih berpengaruh pada sukses-gagalnya gerakan militan di Jawa ketimbang dibandingan dengan perbedaan politik atau ideologi.
Di pesantren, kesetaraan gender masih dipahami sebagai nilai baru yang disuarakan oleh dunia Barat, bahkan dikhawatirkan dapat merusak tradisi yang telah mapan.