Menu Close
nama bayi
Orang tua muda sering kali mencari nama yang seunik anak mereka. Minnie Zhou | Unsplash

Tren nama bayi: mengapa kita semua memilih nama yang sama

Kamu mungkin salah satu orang yang sudah menyusun daftar nama-nama potensial untuk anak sejak kecil. Atau ketertarikanmu pada nama mungkin baru muncul saat menantikan anak pertama. Tiba-tiba, kamu mulai melihat nama panggilan di mana-mana.

Pikiranmu mungkin kembali ke keluarga yang lebih tua. Di Inggris, nama-nama seperti Evelyn atau Arthur dulunya terasa kuno. Namun entah bagaimana sekarang nama-nama tersebut terasa segar dan indah. Calon orang tua mungkin tidak akan memberi tahu tentang nama favorit mereka: karena nama tersebut istimewa, dan mereka tidak ingin seseorang mencurinya.

Meski demikian, ketika si kecil Arthur atau Evelyn masuk ke tempat penitipan anak atau sekolah, nama mereka tidak lagi terlihat orisinil. Ternyata, ada tiga Evelyn di kelas, dan beberapa Arthur di taman bermain, meskipun orang tua anak-anak itu mungkin belum pernah bertemu dengan seseorang bernama Evelyn atau Arthur sebelum memiliki anak sendiri.

Sosiolog Amerika, Stanley Lieberson, dalam bukunya yang terbit tahun 2000, A Matter of Taste: How Names, Fashions, and Culture Change menunjukkan bahwa calon orang tua menyukai nama-nama yang sama di waktu yang sama karena berbagai alasan, mulai dari preferensi generasi hingga perubahan sosial dan pengaruh budaya. Namun, sejak akhir abad ke-19, nama-nama tersebut bukan lagi menjadi masalah adat, melainkan masalah selera. Dengan demikian, hal ini mengikuti pergeseran dan pengulangan yang sama seperti ekspresi mode lainnya.

tren nama bayi
Pergeseran sosial dan pengaruh budaya membentuk tren penamaan. Joice Kelly | Unsplash

Bagaimana nama bisa terasa terlalu umum?

Ketika memikirkan nama-nama yang menurutmu bagus, menarik untuk mempertimbangkan apakah ada di antara nama-nama tersebut yang umum di generasimu sendiri, atau di generasi orang tuamu. Jawaban dari kedua pertanyaan ini mungkin “tidak”. Nama-nama yang kita kaitkan dengan teman sebaya atau guru kita sering kali terasa terlalu “biasa” dan tidak cocok.

Sebaliknya, nama-nama dari generasi kakek-nenek atau bahkan kakek-nenek buyut kita tampak lebih menarik. Penelitian di Denmark menunjukkan bahwa nama anak perempuan dua suku kata yang diakhiri dengan “a” (seperti Alma atau Clara) semakin populer sejak tahun 2000 - seabad setelah terakhir kali nama-nama tersebut mencapai popularitasnya.

Pola 100 tahun tersebut masuk akal karena kita tidak memiliki banyak pengalaman dengan nama-nama dari generasi ini. Dan meskipun, sebagai orang tua muda, kita berpikir bahwa kita telah mendapatkan jackpot dengan menemukan nama yang sama uniknya dengan bayi kita yang baru lahir, selera kita sering kali selaras dengan selera orang lain dari generasi kita. Sama seperti adanya preferensi generasi dalam hal furnitur, musik, dan gaya rambut, demikian juga dengan nama bayi.

Tentu saja, tidak semua nama depan yang populer dapat ditelusuri kembali ke generasi yang lebih tua. Terkadang, orang tua terinspirasi oleh budaya populer. Di Denmark, Liam tidak pernah menjadi nama yang umum hingga tahun 2000-an, ketika nama ini mulai memuncaki daftar nama anak laki-laki. Hal ini berkaitan, setidaknya sedikit, dengan rapper Denmark dan pembawa acara TV LOC, Liam O'Connor yang terkenal di periode tersebut. Sementara itu, pada tahun 1991, 14.087 Kévin dilaporkan lahir di Prancis karena dua film yang dirilis tahun sebelumnya: Dances With Wolves yang dibintangi Kevin Costner, dan Home Alone, yang tokoh utamanya bernama Kevin McCallister.

Perubahan budaya yang lebih luas juga berdampak pada popularitas nama. Setelah perang dunia kedua, Denmark tidak lagi terputus dari pengaruh budaya Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Akibatnya, nama-nama Inggris seperti John dan Tommy menjadi sangat populer. Sementara itu, gerakan hak-hak sipil di AS membuat pola penamaan Afrika-Amerika bergeser dari pilihan Alkitab seperti Elia dan Ishak ke nama-nama seperti Kareem yang diambil dari nama pebasket dan aktivis Kareem Abdul-Jabbar.

Lebih jauh lagi, karena semakin banyak dari kita yang hidup dalam masyarakat yang sangat beragam, orang tua dengan latar belakang yang berbeda memilih nama yang dapat digunakan lintas budaya. Di sini, nama lebih merupakan selera pribadi daripada sarana mewariskan budaya.

tren nama Noah
Noah menduduki peringkat teratas dalam daftar nama anak laki-laki terbaik di beberapa negara. Anna Samoylova | Unsplash

Bagaimana tren nama melintasi batas negara?

Seperti tren lainnya, mode nama bervariasi dari satu negara ke negara lain - dan juga dalam konteks bahasa. Alfie adalah salah satu nama anak laki-laki yang paling populer di Inggris dan Wales, tetapi hampir sepenuhnya diabaikan di AS.

Namun, terkadang, sebuah tren dapat melintasi batas negara. Noah dan Ella ada di setiap daftar nama teratas dari Denmark, Norwegia, Swedia hingga Inggris. Dan kemungkinan besar kamu mungkin mengenal beberapa orang bernama Emma, karena ini adalah nama yang telah menggemparkan hampir seluruh dunia Barat sejak akhir tahun 1900-an.

Baru-baru ini, penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan persepsi tradisional tentang nama anak laki-laki dan perempuan. Mulai muncul fokus dan ketertarikan terhadap nama-nama yang dapat digunakan tanpa memandang jenis kelamin.

Data dari pencatatan kelahiran di Inggris dan Wales untuk tahun 2020 menunjukkan bahwa Ivy-Rose adalah nama depan dengan tanda penghubung yang paling banyak digunakan untuk anak perempuan (di nomor 229, dengan 202 bayi yang diberi nama demikian). Sementara Tommy-Lee adalah nama depan dengan tanda penghubung yang paling banyak digunakan untuk anak laki-laki (di nomor 454, dengan hanya 87 bayi yang menggunakan nama ini). Jadi, jika ingin nama calon anakmu lebih khas di antara teman-temannya, nama yang terdiri dari dua bagian bisa menjadi pilihan.


Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now