Menu Close
Bagaimana menggunakan AI secara etis dalam publikasi riset?Stock-Asso/shutterstock.

5 cara menggunakan AI secara etis dalam publikasi riset

Penemuan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bertujuan untuk menciptakan teknologi yang dapat meniru kemampuan kognitif manusia. Ini termasuk mempelajari hal baru, menerjemahkan bahasa, memproses informasi, memecahkan dan menganalisis masalah, hingga mengidentifikasi pola dan tren suatu fenomena.

Dalam dunia riset, AI dapat membantu para peneliti untuk menemukan informasi yang relevan dengan lebih cepat dan mudah, menganalisis data, menerjemahkan manuskrip, meringkas artikel ilmiah, hingga mengembangkan model dan simulasi untuk memahami fenomena yang kompleks. Bahkan, AI dapat membantu peneliti melakukan eksperimen yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan karena alasan biaya, waktu, atau keamanan.

Namun, kekhawatiran terkait penyalahgunaan AI dalam publikasi riset telah terbentuk di sebagian kelompok peneliti dan akademisi. Mereka percaya, AI rentan pemalsuan data, manipulasi hasil penelitian, plagiarisme, bahkan pencurian penelitian orang lain. Hal ini tentunya akan berdampak serius pada kepercayaan terhadap keaslian ide dan kualitas publikasi.

Risiko penggunaan AI dalam publikasi riset

Beberapa contoh mesin percakapan berbasis AI, seperti Gemini dari Google dan ChatGPT dari OpenAI memiliki kemampuan menemukan referensi dan data yang relevan secara cepat dan efisien di Internet.

Bahkan, pengguna juga dapat memerintahkan AI untuk menyimpulkan teks hasil pencarian secara otomatis tanpa mengubah makna aslinya. Kemampuan ini dapat membantu peneliti dan penulis dalam tahapan tinjauan literatur hingga interpretasi data.

Namun, kemudahan ini berisiko “menumpulkan” kemampuan para peneliti dalam membaca dan berpikir kritis pada proses brainstorming untuk mematangkan penelitian. Padahal, kemampuan inilah yang membedakan peran peneliti yang semestinya tidak dapat digantikan oleh AI.

Etika penggunaan AI dalam riset

Risiko di atas menunjukkan mengapa peneliti penting untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etis penggunaan AI dalam publikasi riset. Supaya, AI dapat digunakan secara bertanggung jawab, adil, dan tidak menggantikan kemampuan manusia dalam meneliti.

AI dapat digunakan untuk membantu menuliskan hasil penelitian selama dilakukan dengan bertanggung jawab. KhunkornStudio/shutterstock.

1. Tuangkan ide dan hasil penelitian dengan gaya tulisan khas.

Meski menggunakan AI, pastikan kamu memproses dan menuliskan kembali informasi hasil pencarian dengan gaya tulisanmu sendiri. Teknologi AI memang dapat membantumu memperbaiki tata bahasa, tetapi AI tidak dapat menggantikan kreativitas tulisan, nalar pikir kritis, dan proses analisis.

Gaya tulisan khas menunjukkan pemikiran dan ide unik kita yang tidak dapat ditiru oleh AI. Selain itu, memiliki kekhasan gaya tulisan dapat membantu membangun kepercayaan dan koneksi kita sebagai peneliti dengan para pembaca.

2. Sebutkan bahwa kamu menggunakan AI dalam publikasi riset.

Meski telah menuliskan kembali dengan gaya tulisanmu sendiri, tetap ungkapkan peran AI terhadap penyusunan naskah publikasimu. Ungkapkan secara jelas, apakah AI berperan dalam penyusunan latar belakang, metode, atau pembahasan naskah. Dengan demikian, pembaca tahu bahwa kamu berkomitmen untuk menggunakan AI secara bertanggung jawab dan transparan.

Praktik ini sudah lazim dilakukan. Bahkan, kamu bisa menemukan beberapa jurnal yang mewajibkan penyebutan penggunaan AI dalam metode penelitian jika penelitian tersebut melibatkan AI dalam penyusunannya.

3. Cek kembali dari mana AI mendapatkan sumber informasi.

Ketika diperintah, mesin pencarian AI dapat melampirkan referensi seperti tautan situs web, buku, atau artikel ilmiah. Namun, terkadang hasil pencarian AI memunculkan tautan yang salah atau nama buku yang keliru karena sumber data yang tidak faktual dan terbatas.

Jika menyalin informasi tersebut tanpa mengeceknya terlebih dahulu, kamu berisiko melakukan plagiarisme. Karena itu, cek kembali rekomendasi referensi yang diberikan oleh AI melalui mesin pencari di internet. Ini bisa membantumu menemukan sumber yang lebih valid.

Dengan mencantumkan referensi yang tepat, kamu tidak hanya menunjukkan komitmen terhadap nilai integritas dan menghargai karya orang lain, tapi juga meyakinkan pembaca bahwa tulisan yang kamu sajikan akurat dan kredibel meski menggunakan bantuan AI.

4. Pilih AI yang sesuai.

Oliver Grünvogel, seorang ahli penerapan AI untuk Life Science, menekankan pentingnya memilih AI yang tepat untuk tugas tertentu, seperti memperbaiki tata bahasa, membuat ringkasan, atau menerjemahkan teks. Sebab, sistem AI dengan tugas yang spesifik dilatih dengan pola kumpulan data sesuai fungsinya, sehingga menghasilkan luaran atau prediksi yang lebih akurat dan meminimalkan bias dalam hasil penelitian.

Oliver juga menyebutkan beberapa contoh program berbasis AI yang bisa digunakan oleh peneliti untuk penulisan publikasi, seperti Paperpal, Text Blaze, Grammarly, dan Writier. Sementara untuk tugas tinjauan literatur, Oliver merekomendasikan beberapa aplikasi AI seperti R Discovery, Scite AI, Connected Papers, Research Rabbit, dan Journal Finder.

5. Perhatikan bagaimana datamu akan digunakan dan disimpan.

Jika kamu menggunakan AI untuk mengolah data penelitian, aspek privasi penting untuk diperhatikan. Untuk meningkatkan privasi agar data lebih sulit diretas atau diakses, kamu bisa melakukan hal-hal seperti, 1) Memilih AI yang tidak menyimpan atau memproses data di satu lokasi pusat, 2) Memberikan informasi minimal atau sesuai yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, 3) Menghindari AI yang mengumpulkan data pribadi yang tidak perlu, seperti informasi pribadi responden penelitian atau rekam medis, serta 4) Menghindari penggunaan AI yang tidak memberikan penjelasan tentang bagaimana data tersebut akan diolah dan penjelasan yang jelas tentang cara kerjanya.

Selain itu, melakukan pengaturan privasi untuk setiap aplikasi AI yang kita gunakan juga dapat membantu menjaga privasi data.

Jangan kalah dari AI

Menerapkan penggunaan AI secara etis saja tidak cukup bagi seorang peneliti. Peneliti juga memiliki tanggung jawab terkait pengembangan diri agar tidak semakin tertinggal di tengah pesatnya kemajuan teknologi AI. Peneliti dituntut menajamkan kemampuan diri dalam menulis, berkolaborasi, memecahkan masalah dan menganalisis data, berpikir kritis dan kreatif, hingga mampu memahami bahasa pemrograman.

Selain itu, sudah saatnya komite etik institusi pendidikan mulai mempertimbangkan aspek ‘keberadaan penggunaan AI’ dalam menilai kelayakan sebuah penelitian.


Read more: AI could transform ethics committees


.

Dengan digabungnya kapasitas peneliti dan penerapan penggunaan AI secara etis, peneliti dapat berkontribusi nyata pada kemajuan teknologi AI yang bertanggung jawab, berkualitas, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 186,100 academics and researchers from 4,986 institutions.

Register now