Menu Close
(Bastian Greshake Tzovaras/Flickr)

5 strategi merawat kucing jalanan menurut sains: jangan asal tampung dan beri makan

Keberadaan kucing jalanan yang terlantar di berbagai tempat publik mendorong aksi sukarela masyarakat dan para pecinta hewan. Misalnya, aksi street feeding atau pemberian makan langsung di tempat publik agar kucing jalanan tidak kelaparan. Ada pula yang mendirikan rumah singgah atau shelter kucing.

Aksi kelompok masyarakat dan komunitas yang peduli dengan keberadaan kucing jalanan ini perlu diapresiasi. Masing-masing komunitas tentu memiliki pendekatan dan metode berbeda, misalnya pembentukan shelter, program adopsi, street feeding, hingga sterilisasi.

Namun, kerja keras mereka masih bisa dikalahkan oleh fakta bahwa kucing betina melahirkan bisa melahirkan 2-3 kali dalam setahun. Jika tidak ditangani, situasi tersebut bisa mengakibatkan populasi kucing berlebih, seperti yang terjadi di Jakarta.

Ketika populasi meningkat, biaya operasional shelter membengkak. Namun tidak semua pemilik shelter bertanggung jawab, ada kasus pengelola meninggalkan shelter dan menyebabkan kucing-kucing penghuninya mati.

Di sisi lain, banyaknya kucing jalanan di tempat umum berdampak buruk bagi kucing tersebut juga manusia di sekitarnya. Kucing berisiko kelaparan dan terkena penyakit. Sedangkan manusia bisa terganggu karena kotoran kucing yang bisa membawa penyakit zoonosis (penyakit menular dari hewan ke manusia) dan juga parasit.

Karena itulah, kita membutuhkan langkah penanganan kucing jalanan yang sesuai dengan karakter kucing dan minim risiko terhadap manusia.

1. Rencanakan shelter kucing dengan matang

Aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah perencanaan yang matang dan memperhatikan kondisi lingkungan setempat. Tidak semua wilayah memiliki solusi yang sama dalam penanganan kucing jalanan.

Pembuatan shelter perlu mempertimbangkan lokasi dan harus berizin. Shelter dengan kapasitas tinggi tidak bisa berada dalam permukiman warga karena rawan konflik.

Setelah penentuan lokasi, kita membutuhkan perencanaan sumber daya manusia, biaya, dan rencana kapasitas. Tiga hal ini harus sejalan satu sama lainnya demi kesejahteraan kucing dan relawan.

Beberapa studi telah mengkaji aspek perencanaan yang diperlukan agar rumah singgah selaras dengan kesejahteraan hewan. Beberapa contohnya: lokasi shelter selayaknya berdekatan dengan fasilitas kesehatan hewan, atau perumusan strategi penampungan kucing sesuai kapasitas.

Pengelola shelter kucing jalanan harus lebih tegas seputar kemampuan perawatannya. Mereka tak perlu menampung semua kucing yang kesusahan.


Read more: Bagaimana memelihara anjing dan kucing dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia


Pengelolaan shelter sebaiknya selaras dengan program adopsi. Harapannya, shelter tidak hanya menampung kucing-kucing jalanan, tapi juga aktif mengajak masyarakat untuk mengadopsi mereka. Program adopsi memungkinkan kesehatan kucing penghuni shelter lebih terjaga karena kepadatan rumah singgah yang terkendali.

2. Jangan asal memberi makan

Selain perihal shelter, kegiatan voluntary feeding dan street feeding juga membutuhkan perencanaan yang memadai.

Voluntary feeding adalah kegiatan pemberian makanan berupa makanan sisa kepada kucing non-peliharaan yang berkeliaran di sekitar rumah. Sedangkan street feeding adalah pemberian pakan (pet food) kucing di jalanan atau tempat-tempat publik.

Meski pemberian makanan adalah aktivitas yang baik, beberapa studi menyatakan aktivitas ini juga berefek negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Populasi kucing jalanan bisa terus bertambah, begitu pula dengan risiko penyebaran penyakit.


Read more: Dua cara untuk hentikan kekerasan terhadap hewan


Sekalipun harus dilakukan, kegiatan voluntary dan street feeding tak bisa sembarangan. Syarat utama dua kegiatan ini adalah: kucing dalam kondisi tidak memiliki sumber makanan lain selain makanan yang akan kita berikan. Artinya, kucing sangat mengandalkan pemberian makanan dari manusia karena tidak mendapat akses ke sumber makanan lain.

Masyarakat dan komunitas juga perlu mengutamakan kebersihan dan kesehatan saat memberi makan kucing. Pemberian makanan dari sisa makanan manusia di sembarang tempat berpotensi mengganggu kebersihan lingkungan karena kucing tidak memakan semua sisa makanan.

Utamakanlah pemberian makanan kering yang tidak berpotensi bersisa dan mengundang lalat. Selain itu, gunakan mangkuk atau kertas sebagai alas. Pemberian makanan perlu dilakukan titik aman dan tidak berada lalu lintas kendaraan.

Patut diingat bahwa pemberian makan terhadap kucing jalanan membuat kucing semakin tergantung pada pemberian manusia. Jika pemberian makan tidak konsisten, maka kucing jalanan dapat kebingungan mencari makanan.

3. Sterilisasi kucing

Dalam kondisi kelebihan populasi, sterilisasi kucing (upaya peniadaan kemampuan berkembang biak) menjadi solusi manjur.

Persiapan operasi sterilisasi kucing. (Bill Rhodes/Wikimedia Commons)

Sterilisasi juga bermanfaat untuk kesehatan kucing itu sendiri. Sterilisasi mencegah populasi berlebihan yang akan berdampak pada berkurangnya persaingan untuk mendapatkan makanan, sehingga kesejahteraan hewan pun terpenuhi. Selain itu, kucing akan menjadi lebih sehat dan stabil secara hormonal karena pusat produksi hormon terkait reproduksi telah diangkat.

4. Kerja sama pemerintah - komunitas kucing

Kita perlu meningkatkan kerja sama pemerintah dan komunitas untuk menyelaraskan berbagai upaya penanganan kucing jalanan, misalnya dalam program sterilisasi. Program ini biasanya dilakukan oleh sejumlah komunitas juga pemerintah daerah, seperti di Jakarta, Depok, Yogyakarta, dan kota atau kabupaten lain.

Penanganan kucing jalanan oleh Pemerintah Jawa Tengah. (Pemerintah Jawa Tengah)

Sinergi yang kuat membuat program sterilisasi lebih terarah, masif, serta mencegah program berganda supaya program penanganan kucing jalanan lebih efektif.

Pemerintah juga perlu mendapatkan informasi rencana pembuatan shelter oleh komunitas. Sebab, beberapa pemerintah daerah memiliki Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang beberapa di antaranya berfungsi sebagai rumah singgah. Keberadaan keduanya harus saling mendukung.

Koordinasi pengelolaan shelter otoritas daerah juga penting untuk mencegah konflik sosial yang bisa berujung masalah hukum. Koordinasi ini juga memungkinkan adanya peninjauan kondisi shelter secara berkala oleh dokter hewan pemerintah.

5. Edukasi masyarakat

Pemerintah maupun komunitas perlu meningkatkan edukasi masyarakat seputar perilaku baik terhadap kucing. Beberapa orang kerap menganggap kucing jalanan sebagai pengganggu. Akhirnya, kucing jalanan malah bernasib tragis seperti mati diracun hingga ditembak.


Read more: Apakah menyiksa hewan bisa kena hukuman pidana?


Masyarakat yang merasa terganggu oleh kucing jalanan, khususnya di permukiman, perlu mengadukannya dengan pemerintah setempat atau komunitas terkait. Harapannya, upaya penanganan kucing tidak mengganggu kesejahteraan hewan. Masyarakat juga perlu diyakinkan bahwa kucing jalanan bukanlah musuh, sehingga solusinya bukan dengan membunuh. Empat langkah ini diharapkan dapat menghindarkan kucing jalanan dan manusia dari dampak buruk yang akan dialami oleh masing-masing.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 181,000 academics and researchers from 4,921 institutions.

Register now