Menu Close
Green Jobs

7 hal yang dapat dilakukan universitas untuk mencetak SDM siap ‘green jobs’

Beberapa pekan lalu, The Conversation Indonesia sempat mengangkat bagaimana institusi pendidikan, terutama mereka yang duduk di bangku sekolah, dapat mulai membangun sumber daya manusia (SDM) yang berbasis keterampilan hijau (green skill) demi menyambut era pekerjaan hijau (green jobs).

Isu keberlanjutan (sustainability) memang semakin krusial di tengah perubahan iklim, keterbatasan sumber daya alam, kerusakan lingkungan, dan dampaknya ke masyarakat dan keberlangsungan perusahaan.

Semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di isu keberlanjutan akan meningkatkan permintaan tenaga terampil yang kompeten pada bidang energi terbarukan, emisi karbon di perusahaan, ahli pendanaan hijau (green financing) dan lain sebagainya.

Global Green Skills Report 2022 yang diterbitkan LinkedIn menunjukkan bahwa proporsi tenaga kerja hijau di dunia kerja meningkat 38,5% dari 2015 ke 2021, atau dari 9,6% dari total pekerja menjadi 13,3%. Perusahaan konsultan asal Amerika Serikat (AS), Deloitte, pun meramalkan bahwa akan tercipta 300 juta kebutuhan pekerja dengan keterampilan hijau pada 2030. Sementara, sebuah laporan juga menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja green jobs akan melebihi pasokan pada 2026.

Universitas, sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan tanggung jawab menyiapkan SDM kompeten yang dibutuhkan oleh industri dan dunia kerja, memiliki tanggung jawab besar dan peran besar untuk menyiapkan peserta didiknya menghadapi era green jobs mulai dari sekarang.

Perkembangan isu ‘green jobs’ di tingkat kampus

Isu keberlanjutan menjadi isu populer untuk universitas di Indonesia. Telah banyak aktivitas universitas yang menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung isu keberlanjutan. Universitas Indonesia (UI), misalnya menciptakan UI GreenMetric World University Ranking yang bertujuan untuk melihat bagaimana komitmen universitas pada isu-isu keberlanjutan.

Adanya komitmen ini dapat menjadi tahapan awal penyiapan SDM untuk green jobs. Beroperasinya Bursa Karbon di Indonesia, sebagai contoh, turut membuka peluang besar permintaan green jobs di dalam negeri.

Di kalangan mahasiswa, green jobs juga mulai meraih popularitas dan menjadi pilihan karier di masa depan. Meskipun kuantitasnya masih sedikit, lowongan kerja untuk green jobs yang memerlukan SDM berketerampilan hijau mulai mudah ditemukan.

Popularitas ini juga terlihat dari survei pers mahasiswa UI (SUMA UI) dan Yayasan Indonesia CERAH pada 2023, yang menunjukkan bahwa 98% responden percaya bahwa pekerjaan hijau dapat berdampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat. Survei yang melibatkan 532 mahasiswa sarjana berbagai fakultas dan universitas di Indonesia tersebut menemukan bahwa 71% responden berpikir bahwa pekerjaan hijau menawarkan peluang karier yang menarik bagi kaum muda.

Sayangnya, 55% responden mengaku mereka masih belum familiar dengan konsep pekerjaan hijau. Beberapa faktor melatari hal ini, termasuk kurangnya akses terhadap informasi mengenai pekerjaan hijau; tidak adanya pendidikan, pelatihan, kelas, atau kegiatan akademik apapun yang terkait dengan pekerjaan hijau di universitas; dan pelatihan yang tidak memadai untuk mempersiapkan kaum muda untuk pekerjaan hijau.

Hasil survei juga menunjukkan beberapa tantangan yang menurut responden relevan dengan pekerjaan hijau di Indonesia, seperti upah rendah, keterampilan dan pemahaman yang tidak memadai, dan prospek pekerjaan yang kurang menjanjikan. Mahasiswa menganggap pemerintah dan lembaga pendidikan kurang mendukung dalam menciptakan pekerjaan hijau dan peluang-peluangnya.

Penyiapan SDM untuk green jobs memerlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, industri atau swasta, dan institusi pendidikan. Universitas memiliki peran yang sangat penting karena berada pada posisi hulu untuk menghasilkan lulusan yang nantinya diperlukan dunia industri.

Apa yang bisa dilakukan oleh universitas?

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan universitas dalam penyiapan SDM untuk green jobs.

Olahan penulis, CC BY

1. Penguatan kurikulum dengan memasukkan isu keberlanjutan.

Memasukkan isu keberlanjutan dalam kurikulum ekonomi dan bisnis di universitas, sebagai contoh, sangat mungkin dilakukan mengingat kaitan eratnya dengan bidang keilmuan ini. Ilmu akuntansi, misalnya, telah mengembangkan akuntansi sosial dan lingkungan.

Kurikulum pada bidang ilmu lain, misalnya dalam ilmu kimia, berbagai jurusan teknik hingga bidang informasi dan teknologi komputer, pun dapat memasukkan isu keberlanjutan sesuai dengan karakteristik keilmuannya.

Di Indonesia, salah satu contoh nyata yang terlihat adalah magister ilmu keberlanjutan di Universitas Padjajaran yang secara spesifik membahas isu-isu dalam lingkup keberlanjutan.

2. Memperbaharui profil lulusan dengan menambahkan kriteria green jobs.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah menyusun peta okupasi untuk menjadi pedoman bagi universitas dan pemangku kepentingan lain untuk mulai menyusun kriteria lulusan yang sesuai bagi green jobs. Tentu saja kriteria dari profil lulusan ini disesuaikan dengan program studi dan bidang green jobs yang tepat.

Universitas sebaiknya mulai memperbaharui profil lulusan dengan memasukkan ragam keterampilan hijau dapat menjadi tambahan penting dalam memperbaharui profil alumni .

3. Mendukung riset terkait isu keberlanjutan di kalangan mahasiswa.

Universitas dapat memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengenal isu keberlanjutan melalui riset. Universitas dan pengajar dapat memberikan topik-topik riset pada setiap program studi yang sesuai dengan isu keberlanjutan.

Selain itu, universitas dapat memberikan kesempatan juga kepada mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan isu keberlanjutan.

4. Menguatkan riset dan pengabdian masyarakat yang mendukung isu keberlanjutan.

Telah banyak riset terkait isu keberlanjutan yang dilaksanakan oleh akademisi di universitas di Indonesia dan hasil riset ini sebaiknya dapat dipublikasikan secara luas melalui SDGs Center–pusat studi di kampus-kampus yang berfokus memonitor dan mengevaluasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB di Indonesia. SDGs Center tersebut dapat menjadi pusat rujukan bagi kalangan akademisi dan masyarakat umum tentang bagaimana aksi dan peran universitas pada isu keberlanjutan.

Kegiatan pengabdian masyarakat pun dapat mendukung isu keberlanjutan. Sebagai contoh, SDGs Center Universitas Airlangga mengadakan kompetisi pengabdian masyarakat yang manargetkan pemenuhan SDGs dengan menggandeng organisasi mahasiswa.

5. Berkolaborasi dengan perusahaan, industri, atau organisasi profesi yang bergerak pada isu keberlanjutan.

Penyiapan SDM untuk green jobs merupakan tanggung jawab dari berbagai pemangku kepentingan. Universitas dapat bekerja sama dengan industri sebagai tempat magang mahasiswa untuk mengenalkan green jobs.

Kolaborasi dengan industri untuk membuka job fair khusus untuk green jobs juga dapat membuka peluang bagi mahasiswa untuk mengetahui jenis-jenis pekerjaan hijau dan peluang yang saat ini ada.

Universitas juga dapat berkolaborasi dengan organisasi profesi pada isu keberlanjutan, misalnya Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICSP), untuk berdiskusi mengenai peningkatan kompetensi mahasiswa untuk green jobs.

Adanya program magang dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan green jobs kepada mahasiswa.

6. Penguatan kompetensi mahasiswa melalui diseminasi atau workshop pada isu keberlanjutan.

Universitas dapat menyelenggarakan diseminasi atau workshop yang mengundang para ahli dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berdiskusi mengenai isu keberlanjutan. Kesempatan ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai pentingnya isu keberlanjutan dan bagaimana mahasiswa dapat menyiapkan diri sebagai bagian dari tenaga kerja hijau. Universitas dapat berkolaborasi untuk menyusun workshop yang khusus membahas green jobs.

7. Mengintegrasikan isu keberlanjutan dalam unit kegiatan mahasiswa atau organisasi kemahasiswaan.

Unit kegiatan mahasiswa atau organisasi kemahasiswaan memiliki peran untuk mengenalkan isu keberlanjutan dan green jobs. Organisasi kemahasiswaan dapat menyusun program kerja yang berhubungan dengan isu keberlanjutan, misalnya forum mahasiswa dan menunjuk duta besar keberlanjutan.

Organisasi kemahasiswaan juga dapat menunjukkan komitmennya untuk mendukung kebijakan universitas melalui program kerja. Dengan demikian, mahasiswa yang tergabung di organisasi kemahasiswaan akan memiliki pengetahuan awal mengenai isu keberlanjutan dan membuka sudut pandangnya bahwa ada green jobs sebagai pilihan karier di masa depan.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh universitas ini bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa agar memiliki kompetensi yang diperlukan dalam menjalankan pekerjaan hijau. Kita berharap di masa depan, Indonesia memiliki SDM yang handal dan kompeten untuk terjun di era green jobs.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,700 academics and researchers from 4,947 institutions.

Register now