Menu Close
burung di masa dinosaurus
Bukan kemampuan terbang yang memberikan keuntungan bagi burung. Corey Ford/Stocktrek Images via Getty Images

Bagaimana burung bertahan hidup sedangkan dinosaurus punah? Ahli menjawabnya

Jika dinosaurus mati, bagaimana bisa masih ada burung? Caiden S., usia 9 tahun, Wylie, Texas, Amerika Serikat


Semua orang tahu apa itu burung - dan hampir semua orang tahu apa itu dinosaurus. Tetapi tidak semua orang menyadari bahwa burung berevolusi dari dinosaurus sekitar 160 juta tahun yang lalu.

Faktanya, burung dan dinosaurus hidup bersama selama sekitar 100 juta tahun. Burung merupakan keturunan dari kelompok dinosaurus tertentu yang disebut dromaeosaurus, atau “kadal berlari”, yang merupakan keluarga theropoda berbulu atau dinosaurus beast foot yang mencakup velociraptor.

Namun, ketika sebuah asteroid menghantam Bumi 66 juta tahun yang lalu di lepas pantai wilayah yang sekarang dikenal sebagai Meksiko, dinosaurus punah- namun beberapa burung masih ada. Kamu mungkin bertanya-tanya mengapa bisa demikian?

Dengan bertindak seperti detektif, para ilmuwan spesialis evolusi burung mencoba mencari tahu mengapa burung tidak ikut punah. Mereka mengumpulkan petunjuk-petunjuk seperti fosil dan bukti-bukti lain tentang kehidupan di Bumi di masa lalu. Untuk saat ini, para ilmuwan memiliki gagasan tentang mengapa burung bisa bertahan hidup, tapi belum ada jawaban pasti.

Keuntungan menjadi burung yang tidak bergigi

Burung-burung masa kini tidak memiliki gigi. Sebagai gantinya, mereka memiliki paruh yang memiliki berbagai bentuk dan ukuran untuk makan dan minum. Namun beberapa burung yang hidup di zaman dinosaurus sebenarnya memiliki gigi. Yang lainnya tidak.

burung primitif
Ichthyornis dispar adalah burung laut primitif bergigi yang hidup pada akhir Periode Kapur - dari 100 juta sampai 66 juta tahun yang lalu - di Amerika Utara. Courtesy of Michael Hanson and Bhart-Anjan S. Bhullar.

Setelah asteroid menghantam Bumi dahulu kala, semua burung bergigi punah. Namun, banyak burung yang tidak bergigi tetap hidup. Beberapa ilmuwan menduga bahwa dengan tidak memiliki gigi adalah penyebab burung-burung ini bisa bertahan hidup.

Fosil burung-burung yang tidak bergigi pada masa purba menunjukkan bahwa mereka bisa makan lebih banyak makanan nabati - terutama kacang-kacangan, buah-buahan dan biji-bijian. Ini berarti mereka tidak terlalu bergantung pada makanan hewan lain dibandingkan burung-burung bergigi. Beberapa ilmuwan berpikir bahwa perbedaan pola makan ini menjadi keuntungan besar setelah hantaman asteroid.

Ketika asteroid menghantam Bumi, asteroid tersebut langsung menyebabkan tsunami dan gempa bumi yang sangat besar. Denyut panas yang sangat besar akibat hantaman tersebut menyebabkan kebakaran hutan yang sangat besar di dekat lokasi hantaman asteroid. Pada bulan-bulan berikutnya, sejumlah besar debu memenuhi lapisan udara yang mengelilingi Bumi. Debu tersebut menghalangi sinar matahari sehingga cahaya yang tersedia bagi tanaman untuk tumbuh menjadi lebih sedikit.

Bagi hewan yang memakan tumbuhan, jumlah makanannya jauh lebih sedikit. Banyak yang punah yang berarti masalah bagi hewan yang memakannya.

Karena begitu banyak spesies hewan yang mati - dan tanaman berjuang untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup - makanan akan sulit ditemukan jika kamu adalah seekor burung. Namun, jika kamu bisa mematuk tanah dan menemukan biji-bijian atau kacang-kacangan yang terkubur untuk dimakan, hal itu mungkin akan membuat perbedaan besar dalam kemampuan kamu untuk bertahan hidup sebagai spesies.

Bagaimana ilmu pengetahuan bekerja

Tentu saja, ada kemungkinan faktor lain yang menyebabkan burung-burung yang tidak bergigi bisa bertahan hidup sementara sepupunya yang bergigi binasa - diantaranya adalah faktor keberuntungan.

Untuk saat ini, ini adalah sebuah misteri tanpa jawaban yang pasti. Begitulah cara kerja sains. Para ilmuwan merumuskan ide atau hipotesis dengan menggunakan pengetahuan dan informasi yang ada. Kemudian mereka menguji ide-ide mereka - baik dengan melakukan eksperimen atau dengan mengumpulkan lebih banyak bukti. Informasi ini bisa mendukung atau menyangkal gagasan mereka.

Jadi, para ilmuwan yang mempelajari evolusi burung siap untuk merevisi cerita tentang bagaimana burung bisa berkembang biak dan dinosaurus tidak karena mereka mengumpulkan lebih banyak informasi dari batu, fosil, dan DNA purba.


Demetrius Adyatma Pangestu dari Univerisitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now