Menu Close
DNA menentukan warna mata
Menganalisis DNA dapat memberi tahu kita apa warna mata seseorang. (Shutterstock)

Bagaimana DNA memengaruhi sidik jari dan warna mata kita?

Saya ingin tahu bagaimana DNA kita memengaruhi sidik jari kita. Dan saya juga ingin tahu bagaimana DNA kita memengaruhi iris mata. - Arianne, 15, Montréal, Que.

Memecahkan kejahatan dalam kehidupan nyata tidak seperti di televisi, tapi dalam kedua situasi tersebut, bukti tetap diperlukan. Sidik jari dan DNA yang tertinggal di tempat kejadian perkara merupakan sumber bukti yang sangat baik.

Asam deoksiribonukleat (DNA) memiliki pengaruh pada ujung jari kita, tetapi yang membuat sidik jari menjadi unik adalah pola lipatan khusus tonjolan-tonjolan kecil pada kulit kita. Hal ini terjadi selama perkembangan janin dan memberikan manusia kemampuan untuk memegang dan mencengkeram benda. Tidak ada dua pola tonjolan yang persis sama.

Di sisi lain, sidik jari DNA adalah cara lain untuk mengumpulkan bukti yang memungkinkan para penyelidik untuk mempersempit identitas seseorang berdasarkan pola genetik yang unik.

Pengertian DNA

DNA adalah informasi genetik yang terkandung di dalam setiap sel kita yang membuat kita menjadi diri kita sendiri. DNA bertindak seperti seperangkat instruksi yang ditulis dalam kode khusus dengan hanya menggunakan empat huruf: A-adenin, T-timahin, C-sitosin, dan G-guanin.

Huruf-huruf ini merujuk pada nukleotida dan urutan nukleotida tertentu dalam DNA yang merepresentasikan instruksi untuk semua sel dan fungsinya di dalam tubuh kita.

Rangkaian instruksi DNA yang lengkap adalah 99,9 persen sama pada setiap manusia di planet ini - tetapi sebagian kecil yang berbeda adalah seunik sidik jari di ujung jarimu.

Daerah-daerah unik ini muncul pada posisi yang diketahui dalam DNA kita dalam bagian-bagian kecil yang disebut mikrosatelit, atau tandem repeats. Mikrosatelit mengandung segmen pendek dari DNA berulang yang biasanya terdiri dari satu hingga enam nukleotida (misalnya, GATGATGAT). Setiap orang memiliki mikrosatelit yang sama pada posisi yang diketahui sama dalam DNA kita, tapi jumlah pengulangan bervariasi dari orang ke orang.

Kamu mungkin memiliki “GAT” yang diulang sebanyak 10 kali, sedangkan gurumu mungkin memiliki “GAT” yang diulang sebanyak 12 kali. Sebagai hasil dari perbedaan jumlah pengulangan ini, mikrosatelit memiliki panjang yang mudah diukur dan para penyelidik dapat menggunakan pengukuran ini untuk menghasilkan kecocokan antara DNA tersangka dan sampel di tempat kejadian perkara (TKP).

a hand holding a pencil hovers over blue marks
DNA bertindak seperti sekumpulan instruksi. (Shutterstock)

Bagaimana DNA menentukan penampilan manusia

Sidik jari DNA mungkin tidak selalu menghasilkan kecocokan atau penyelidik mungkin tidak memiliki tersangka untuk dibandingkan dengan DNA TKP. Jadi, bagaimana para penyelidik tahu siapa yang harus dicari? Metode terbaru menggunakan DNA yang tertinggal di TKP untuk memberitahu kita tentang seperti apa rupa tersangka.

Mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, tapi teknik baru yang disebut forensic DNA phenotyping (FDP) dapat membantu menghasilkan profil tersangka dari materi genetik yang tertinggal di TKP. Dengan menggunakan FDP, para penyelidik dapat menentukan usia, garis keturunan, warna rambut, warna kulit, dan warna mata seseorang.

Mari kita gunakan warna mata sebagai contoh. Warna mata kita bergantung pada berapa banyak eumelanin yang kita miliki di dalam iris mata. Eumelanin adalah pigmen berwarna hitam kecokelatan dan menyerap cahaya dalam jumlah besar. Individu yang memiliki banyak eumelanin dalam iris mata, memiliki warna mata yang tampak gelap, seperti cokelat.

Ada beberapa gen yang bertanggung jawab untuk mengontrol produksi eumelanin dalam mata, tapi salah satu yang paling penting gen untuk warna mata disebut OCA2 yang terletak pada kromosom 15.

Di sinilah buku instruksi DNA kita kembali berguna. Pada posisi tertentu dalam urutan DNA kita, kita memiliki dua nukleotida, satu pada kromosom yang diwarisi dari ibu kita dan satu lagi pada kromosom dari ayah kita. Individu dengan dua salinan “G” pada posisi tertentu di dekat OCA2 (mewarisi satu “G” dari ibu dan satu lagi “G” dari ayah) menghasilkan lebih sedikit eumelanin dan lebih cenderung memiliki mata biru.

Sebaliknya, individu dengan satu atau dua salinan “A” pada posisi yang sama menghasilkan lebih banyak eumelanin dan cenderung memiliki mata cokelat. Para peneliti bekerja untuk meningkatkan teknologi FDP setiap hari, karena individu dengan warna mata menengah seperti hijau dan cokelat sangat sulit untuk ditentukan atau diidentifikasi.

Namun, kemampuan untuk menentukan apakah DNA TKP berasal dari individu dengan mata biru atau cokelat mungkin merupakan informasi yang dibutuhkan penyelidik untuk mempersempit kelompok tersangka.


_Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris _

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now