Menu Close
Ilustrasi perkebunan tebu. Photoongraphy/shutterstock

Cek Fakta: benarkah memperbanyak pabrik gula dapat mengurangi ketergantungan impor?

Kita harus memperbanyak pabrik gula baru yang skala mikro maupun yang gede. Nah, itu memang tidak ada pilihan daripada ketergantungan impor dan harga yang mahal distribusinya menjadi rumit ya kita lebih baik produksi.

– Muhaimin Iskandar - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekaligus kandidat calon wakil presiden saat kunjungan ke kunjungan ke Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Senin 4 Desember 2023.

Muhaimin Iskandar. Tangkapan layar dari akun instagram @cakiminow, Author provided (no reuse)

The Conversation menghubungi M. Rizki Pratama, dosen Kebijakan Publik di Universitas Brawijaya, dan Krisna Gupta, peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), untuk memeriksa kebenaran klaim Muhaimin tersebut.

Analisis 1

Data Outlook Tebu Indonesia 2022 yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian mengungkap bahwa Indonesia mengimpor raw sugar (gula mentah) hingga 5,46 juta ton pada 2021–menjadikannya importir terbesar di dunia pada periode tersebut. Sedangkan jumlah pabrik gula di Indonesia hanya tersebar di 12 provinsi, dengan Jawa Timur sebagai produsen terbesar.

Sebagai gambaran, rata-rata produksi gula di Jawa Timur selama 2018-2022 sebesar 1,05 juta ton per tahun, dan berkontribusi 47,34% terhadap produksi gula Indonesia. Provinsi Lampung, sebagai provinsi penghasil gula terbesar kedua, pada periode yang sama hanya mampu memproduksi gula sebesar 801,82 ribu ton. Adapun kesepuluh provinsi penghasil gula lainnya hanya mampu memproduksi gula sebesar 494,22 ribu ton pada tahun 2022.

Proyeksi produksi gula Indonesia tahun 2023 diproyeksikan mencapai 2,61 juta ton dan akan meningkat menjadi 2,83 juta ton di tahun 2026. Sementara, konsumsi domestik gula diperkirakan mencapai 6,86 juta ton dalam tiga tahun.

Hasil analisis 1

Berdasarkan data di atas, pernyataan Muhaimin bahwa memperbanyak pabrik gula dapat menjadi solusi memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan menekan impor adalah benar. Namun dalam praktik upaya tersebut, luasan dan produktivitas lahan tebu nasional serta sumber daya manusia yang mendukung harus diperhitungkan. Tanpa peningkatan dari kedua determinan tersebut, pembangunan pabrik tebu tidak akan maksimal dan tak efektif menurunkan ketergantungan impor gula.

Analisis 2

Ada mismatch antara produksi dengan kebutuhan gula di level nasional. Namun, untuk membangun pabrik, diperlukan areal lahan dan produksi tebu yang mencukupi sebagai bahan mentah.

Saat ini, total areal perkebunan tebu, menurut Statistik Tebu Indonesia 2022 yang diterbitkan Kementerian Pertanian, adalah sekitar 490,01 ribu hektar atau naik 17,89% dibandingkan dengan 415,66 ribu hektar lima tahun sebelumnya. Namun, Outlook Tebu 2022 dari Kementerian Pertanian menyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan produksi tebu selama 10 tahun terakhir cenderung turun 0,72% per tahun, mengutip fenomena La Nina pada 2016 sebagai salah satu faktor besar yang memengaruhi angka tersebut.

Sementara, produksi gula pada 2022 berada di kisaran 2,40 juta ton, naik hanya sekitar 10,6% dibandingkan 2018. Artinya, produktivitas dan rendemen tebu di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan pertambahan lahannya.

Hasil analisis 2

Pernyataan Muhaimin bahwa penambahan pabrik gula bisa membantu mengurangi impor gula sudah benar. Namun, jika pabrik bertambah, maka impor tebu akan naik juga. Sehingga perlu memastikan ketersediaan lahan dan petani untuk menambah jumlah pabrik. Di level harga gula yang sekarang, ini berat dilakukan.


Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now