Menu Close
logo mastodon tampil di sebuah layar — huruf m biru dalam gelembung percakapan putih — ada layar ponsel yang menampilkan teks WE DEVELOP MASTODON
Mastodon tampak menjadi alternatif yang paling layak untuk Twitter. (Shutterstock)

Dari Twitter ke Mastodon: apakah orang-orang siap untuk media sosial yang demokratis?

Sejak Twitter diambil alih oleh Elon Musk baru-baru ini, Mastodon telah menjadi sorotan. Beberapa pengguna Twitter sekarang mulai mencobanya, sementara yang lain kesulitan untuk memahami jaringan alternatif ini dan cara kerjanya. Mastodon menawarkan sekilas tentang media sosial yang dijalankan secara demokratis — tetapi apakah kita siap untuk hal tersebut?

Ironisnya, banyak pembicaraan tentang Mastodon terjadi di Twitter. Orang-orang khawatir tentang apa yang akan (atau tidak akan) dilakukan Musk dengan “ruang publik” yang baru ia dapatkan, termasuk membatalkan penangguhan permanen Donald Trump dari Twitter setelah serangan di US Capitol pada 6 Januari 2021.

Tanggapan terhadap pengambilalihan Twitter oleh Musk merupakan semacam deplatforming (pengawasaranaan) yang dipaksakan sendiri. Ini terjadi bersamaan ketika minat terhadap Mastodon yang melonjak.

Namun, orang-orang yang telah beralih ke Mastodon kini menyadari bahwa ini bukanlah pengganti yang sederhana untuk Twitter. Yang dijumpai di Mastodon adalah kumpulan dari beragam komunitas online semi-independen yang mungkin sulit untuk dipahami.

Meskipun beberapa akan menyerah dan berhenti menggunakannya, pengguna-pengguna lain menyadari bahwa Mastodon menawarkan pandangan sekilas ke dunia media sosial yang dimiliki dan dioperasikan secara independen. Ini sangatlah berbeda dari platform korporat yang biasa kita gunakan.

Perangkat lunak sumber terbuka

Pada dasarnya, Mastodon merupakan perangkat lunak sumber terbuka (open-source software) yang dapat dipasang di komputer manapun untuk memfasilitasi komunitas online atau “instance” (server). Ada sejumlah penjelasan yang bagus tentang cara kerja Mastodon, tetapi yang menjadi pembeda utamanya adalah pengguna dapat bersatu untuk membuat dan menjalankan instance mereka sendiri.


Read more: What is Mastodon, the 'Twitter alternative' people are flocking to? Here's everything you need to know


Server-server ini dapat sebesar mastodon.social dengan 160.000 pengguna atau sekecil libertarians.social dengan 15 anggota. server yang terpisah seperti ini kemudian dapat saling berhubungan, seperti dengan bertukar email di perangkat klien yang terpisah.

Saya telah mengoperasikan server Mastodon di University of Alberta selama lebih dari setahun. Tim peneliti saya melakukan eksperimen dan menjalankan lokakarya untuk siswa dan kelompok masyarakat.

Kembali ke masa depan

Mastodon tergabung dalam gerakan yang lebih besar bernama Fediverse. Menurut pakar Robert Gehl, Fediverse merupakan “jaringan komunitas online yang sangat kecil yang bersatu melalui teknologi dan nilai sosial bersama.”


Read more: Citizens' social media, like Mastodon, can provide an antidote to propaganda and disinformation


Kelompok-kelompok yang memilih untuk bergabung dengan Fediverse sering merasa ingin kembali ke web yang bersifat partisipatif namun telah menghilang dengan adanya privatisasi Internet, seperti yang sudah dipercayai beberapa orang, seperti ahli teknologi Ben Tarnoff.

Faktanya, ini adalah gerakan yang kembali menghidupkan konsep netizen, sebuah istilah yang muncul pada pertengahan 1990-an tetapi sebagian besar menghilang dari percakapan populer sejak itu:

“Ada orang-orang yang secara daring aktif berkontribusi terhadap pengembangan Internet. Mereka memahami nilai kerja kolektif dan aspek komunal dari komunikasi publik. Mereka mendiskusikan dan memperdebatkan topik dengan cara yang konstruktif … Sebagai warga Net, saya menyadari bahwa mereka adalah Netizen.”

Faktanya, perangkat lunak Fediverse dirancang untuk mendorong netizen melalui pembinaan komunitas kecil yang erat di mana anggota diberikan kendali penuh atas aturan, kebijakan, dan norma sosial pada platform mereka. Jauh dari utopia, bergaul seringkali berarti kerja keras dan kompromi dengan anggota setiap komunitas.

Tren menuju desentralisasion

Pendiri Twitter, Jack Dorsey, telah berinvestasi dalam proyek media sosial terdesentralisasi yang disebut BlueSky. Proyek ini menjanjikan pengguna untuk memiliki kemungkinan dalam memilih platform mereka sendiri sambil tetap terhubung ke jejaring sosial mereka.

Media sosial terdesentralisasi adalah tren Silicon Valley terbaru, tetapi model bisnis yang mendasari inisiatif ini tetaplah sama. Data pribadi dijual kepada pengiklan dalam bentuk kapitalisme pengawasan yang membahayakan privasi dan memonetisasi interaksi pengguna. Ini adalah konsumsi yang disamarkan sebagai partisipasi.

dua ilustrasi jaringan — yang biru menunjukkan sumber pusat daya, dan yang kuning menunjukkan beberapa node yang saling terhubung
Jaringan terdesentralisasi berarti bahwa kekuasaan tidak pernah berada hanya di tangan satu entitas. (Shutterstock)

Sebaliknya, Fediverse menghindari praktik ini dan melindungi otonomi dan hak data penggunanya. Kritik terhadap Fediverse menggunakan poin ini untuk menyatakan bahwa proyek perangkat lunak ini tidak memiliki model bisnis yang berkelanjutan karena hanya mengandalkan kebaikan dan donasi untuk membayar tagihan.

Mengesampingkan kemungkinan media sosial sebagai kanal publik, kenyataan finansial ini tetap menghantui mereka yang mungkin menginvestasikan waktu dan tenaga untuk membangun komunitas online di Fediverse.

Beberapa hal mengenai perangkat lunak ini masih perlu diperhatikan. seperti apakah perangkat tersebut akan terus ditingkatkan dan dipelihara, dan bagaimana masalah virus dan keamanan akan ditangani. Namun, dengan basis pengguna yang cukup besar untuk mencapai efek jaringan yang signifikan, sangat mungkin bahwa Fediverse dapat menjadi elektronik milik bersama yang berkembang pesat dan alternatif yang layak untuk media sosial milik korporat.

Perpindahan ke milik bersama

Untuk menjadi alternatif yang layak, langkah pertama yang perlu dilakukan Mastodon adalah menciptakan kesadaran publik yang lebih luas akan alternatif nonkomersial ini. Elon Musk membantu melakukan ini, walaupun mungkin secara tidak sengaja.

Langkah selanjutnya adalah membangun keterampilan dan sumber daya digital untuk menggunakan alternatif ini. Di sinilah lembaga pendidikan dan koalisi masyarakat dapat berperan.

Di saat yang sama, percakapan antara developer Fediverse dan pengguna perlu diperkuat untuk meningkatkan kegunaan, keandalan, dan keamanan perangkat lunak.

Terakhir, dan mungkin yang paling penting, banyak dari kita harus menemukan keinginan individu dan kolektif untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar atas tata kelola sistem media kita. Mungkin kita dapat mulai dengan meninjau kembali istilah “netizen” dan membuatnya kembali bermakna.


Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now