The Conversation

Panduan bagi Penulis

Sebagai platform kolaborasi akademisi dan jurnalis, kami menerima begitu banyak pertanyaan dari calon penulis kami. Kami merangkum pertanyaan yang kerap muncul di sini, beserta jawabannya.

Semoga dapat menjawab rasa penasaran kamu. Mari kita mulai!

Artikel seperti apa yang terbit di The Conversation?

Kami bermitra dengan penulis untuk menerbitkan dua jenis artikel:

  1. Artikel yang diadaptasi dari hasil riset sendiri—ditulis dengan gaya bahasa populer agar menjangkau lebih banyak pembaca.
  2. Artikel analisis yang mengulas atau membahas sebuah topik/fenomena, dengan referensi baik hasil riset sendiri maupun orang lain.

Guna menyajikan konten yang terdepan dan kredibel, kami juga memuat pendapat para penulis dalam artikel hasil wawancara ataupun platform media sosial The Conversation Indonesia.

Apakah saya dapat menulis untuk The Conversation?

The Conversation menerbitkan artikel dari tiga jenis penulis:

  1. Dosen
  2. Peneliti di lembaga riset baik yang terafiliasi dengan universitas maupun di luar universitas.
  3. Mahasiswa S3.

Kami memilih mereka karena kami ingin menghadirkan analisis berkualitas kepada pembaca. Kami mengharapkan kepakaran mereka menghasilkan bacaan bergizi bagi pembaca.

Jika kamu termasuk salah satu dari tiga kategori di atas, maka kamu dapat menulis untuk The Conversation.

Pilihlah topik artikel yang sesuai latar belakang pendidikan maupun risetmu. Misalnya, jika kamu ahli biologi, menulislah tentang biologi. Begitu juga bidang lainnya.

Namun, jika kamu tidak termasuk salah satu diantaranya, jangan berkecil hati. Kami tetap dapat berkontribusi dengan berkolaborasi dengan penulis kami.

Oke, saya termasuk dalam tiga kategori tersebut. Apa yang perlu saya lakukan?

Mudah saja. Kamu tinggal mendaftarkan diri sebagai penulis di URL ini: https://theconversation.com/become-an-author.

Kamu wajib menggunakan email perguruan tinggi atau lembaga untuk mendaftar. Hindari penggunaan email Yahoo atau Gmail.

Jika ternyata kampus atau lembaga kamu tidak ditemukan, silakan hubungi kami di id-support@theconversation.com agar kami bisa mengatasi masalahnya.

Sip. Setelah terdaftar sebagai penulis, lalu apa?

Saatnya mulai menulis! Tapi sebentar. Di The Conversation, penulis tidak mengirim naskah melainkan cukup ide tulisan dan outline saja terlebih dahulu. Ini yang membedakan kami dengan media lain.

Klik https://theconversation.com/id/pitches/authors/new untuk menyampaikan gagasan tulisan. Sampaikan inti tulisan, apa signifikansinya (kenapa harus dibaca orang), seberapa mendesak tulisan ini untuk diterbitkan, serta pilih rubrik apa yang paling cocok untuk tulisan ini.

Contoh kolom yang perlu diisi saat pitching

Kolom pitch The Conversation Indonesia

Dengan mengirim ide tulisan terlebih dahulu, proses kolaborasi kamu dan editor kami akan lebih mudah terjalin.

Jika ide tulisanmu disepakati editor, langkah selanjutnya adalah membuat outline alias kerangka tulisan. Ini berfungsi sebagai pemandu arah analisis serta bangunan argumentasinya.

Saya sudah tidak sabar menerbitkan tulisan saya. Berapa lama prosesnya dari gagasan hingga naskah tayang?

Wah, kami senang sekali dengan semangat kamu. Jika gagasan yang kamu sampaikan cukup tajam sehingga kami memahami ke mana arah tulisannya, prosesnya bakal cepat, kok. Namun, jika kami merasa perlu menggali lagi gagasan kamu, prosesnya bisa lebih lama.

Pada umumnya kami perlu 3-5 hari untuk memproses sebuah artikel, tergantung pada ketajaman gagasan, kelengkapan data/referensi, gambar pendukung, infografis, serta seberapa mendesak artikel tersebut diterbitkan.

Satu hal lagi, pastikan kamu memakai bahasa yang merakyat dalam menulis artikel. Pemakaian jargon dan istilah teknis yang terlalu banyak dapat memperpanjang proses kolaborasi kita.

Bagaimana kalau saya sudah punya tulisan jadi, apakah saya langsung kirim saja?

Kami sangat menyarankan kamu tetap mengirim ide utama dari tulisan jadi tersebut. Mengapa? Supaya kami dapat lebih cepat menangkap gagasannya, ketimbang mesti membaca satu artikel utuh.

Apakah saya mendapatkan honor jika menulis di The Conversation?

The Conversation adalah platform nirlaba. Kami tidak memberi bayaran dan tidak pula menerima bayaran atas penerbitan artikel. Kami tidak menerima iklan dan juga tidak mengomersialkan ataupun memonetisasi artikelmu.

Kalau begitu apa keuntungannya menulis di sini?

Cukup banyak sebenarnya. Kami memang tidak memberi bayaran, tapi memberi kamu manfaat dalam bentuk lain:

  1. Hemat waktu. Kamu cukup mengirim ide tulisan terlebih dahulu, ketimbang meluangkan waktu untuk menulis artikel hingga jadi.
  2. Bantuan dan pendampingan oleh editor selama proses penyelesaian artikel. Kami tidak akan meninggalkan kamu sendirian.
  3. Kontrol penuh atas artikel. Kami tidak dapat menerbitkan artikel sebelum kamu menyetujui draf finalnya.
  4. Kamu dapat mengetahui berapa jumlah pembaca artikelmu serta sebarannya. Artikel The Conversation juga dapat ditayangkan ulang di media lain sehingga tulisanmu berpeluang dibaca lebih banyak orang.
  5. Terbuka kesempatan kolaborasi lintas negara, karena kami bagian dari jaringan global, serta kesempatan menjadi narasumber di media lain. Cukup menarik, bukan?

Kalau saya menulis artikel yang diangkat dari hasil riset sendiri, apakah itu self-plagiarism?

Tidak, karena keduanya berbeda. Yang satu adalah hasil riset, satu lagi artikel adaptasi.

Supaya lebih jelas, silakan tengok dan bandingkan perbedaan antara hasil riset yang dipublikasikan di The Lancet ini dan artikel adaptasinya.

Berapa kum yang saya dapatkan dengan menulis di The Conversation?

Kum yang didapatkan oleh dosen ketika menulis di media massa biasanya berbeda-beda antara satu perguruan tinggi dan yang lainnya. Silakan hubungi universitas atau lembaga kamu untuk jawaban terbaik bagi pertanyaan ini.