Menu Close
Kupu-kupu di Jabodetabek
Appias olferna, spesies kupu-kupu yang paling banyak ditemui di Jabodetabek. (Peellden/Wikimedia Commons)

Kerja sama ilmuwan-masyarakat sukses petakan sebaran kupu-kupu di Jabodetabek

Kupu-kupu yang lucu. Ke mana engkau terbang. Hilir mudik mencari. Bunga-bunga yang kembang.

Potongan lirik lagu anak-anak karangan Saridjah Niung atau Ibu Sud di atas benar-benar menggambarkan kupu-kupu dan kebutuhannya, yaitu tanaman berbunga. Kupu-kupu membutuhkan tumbuhan untuk meletakkan telurnya, membesarkan larva, dan melekatkan kepompongnya. Kupu-kupu juga membutuhkan tanaman berbunga untuk sumber nektar makanannya saat dewasa.

Selain sebagai polinator (serangga penyerbuk) dan bagian dari rantai makanan, kehadiran populasi kupu-kupu yang beragam dapat menunjukkan kesehatan ekosistem perkotaan. Sebab, kupu-kupu rentan terhadap perubahan lingkungan, polusi udara, dan hilangnya habitat.

Studi terakhir yang saya buat bersama tim di Jurnal Biodiversitas berhasil mencatat 50 jenis kupu-kupu penghuni habitat-habitat yang tersisa (ruang hijau) di Jabodetabek.

Komposisi ragam jenisnya berbeda antarkota. Depok dan Bogor tercatat mempunyai keragaman kupu-kupu terbanyak, sementara Jakarta tercatat paling sedikit.

Selain pemetaan populasi kupu-kupu, studi ini juga merupakan wujud kesuksesan kolaborasi warga bersama ilmuwan melalui platform KupuKita. Kolaborasi seperti ini penting dalam memberikan sumbangsih berharga terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.

KupuKita dan sains warga

Kupu-kupu adalah salah satu satwa yang hadir di perkotaan. Mereka dapat ditemui di taman-taman, tepi jalan, hingga pekarangan rumah. Bahkan, kadang mereka dapat terbang melintasi jalan yang ramai.


Read more: Menelusuri biodiversitas urban di Cikapundung, apa saja temuannya?


Sayangnya, kehadiran kupu-kupu di Indonesia jarang tercatat. Sejauh ini, kebanyakan platform pengamatan kupu-kupu cenderung berbahasa Inggris atau terbatas dilakukan oleh ahli maupun pengamat kupu-kupu yang telah andal.

Inilah mengapa platform KupuKita hadir. KupuKita adalah platform pemantauan kupu-kupu berbasis warga yang digagas oleh tim peneliti Research Center for Climate Change-Universitas Indonesia (RCCC-UI) serta komunitas pegiat konservasi Tambora Muda Indonesia. Lembaga penelitian biologi Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO-BIOTROP) juga turut mendukung inisiatif kami.

KupuKita dibangun pada masa pandemi (tahun 2021) yang saat itu membuat galau para peneliti akibat pembatasan sosial. Kegalauan inilah yang menjadi dasar dibangunnya platform pemantauan yang dapat dilakukan semua orang dan dapat menjangkau lokasi-lokasi yang tidak tersentuh ilmuwan (seperti halaman rumah pribadi) dengan hanya berbekal smartphone.

Video panduan mengamati kupu-kupu dari KupuKita.

Platform KupuKita dapat diakses melalui situs Kupukita.org. Platform ini berbentuk kuesioner daring yang dilengkapi foto sebagai panduan.

KupuKita tidak perlu diunduh secara khusus. Kuesionernya dapat diunggah saat jaringan tersedia. Situs webnya turut memuat panduan mengamati kupu-kupu, daftar jenis kupu-kupu, daftar pengamat hingga peta sebaran kupu-kupu yang diperbarui secara berkala.

Adapun daftar jenis kupu-kupu berdasarkan urutan temuan terbanyak, daftar pengamat, dan peta sebarannya terhubung langsung dengan data yang diunggah pengamat. Jadi kalau kamu ikut mengunggah hasil pengamatan kupu-kupu, namamu akan muncul di daftar pengamat!

Menurut peneliti biodiversitas Erik J. van Nieukerken, kupu-kupu yang merupakan ordo Lepidoptera, superfamili Papilionoidea, seharusnya terdiri dari 7 famili. Namun, untuk kemudahan pengamatan dan identifikasi, platform ini hanya berfokus mengamati 3 famili saja: Papilionidae, Nymphalidae, dan Pieridae yang masih mudah dilihat dengan mata telanjang.

Ada juga empat pilihan lokasi pengamatan yaitu ruang terbuka hijau (RTH), taman di luar RTH (seperti taman kelurahan, taman di areal mal atau perkantoran, dan kuburan), pekarangan rumah, serta tepi jalan.

Untuk membangun kerja sama ilmuwan-masyarakat, KupuKita mengadakan serangkaian pelatihan secara daring. Pelatihan dimulai dari training of trainers untuk mencari kandidat pemimpin nodus (wilayah) yang mewakili nodus Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Selanjutnya adalah pelatihan-pelatihan bagi murid sekolah SD-SMP, mahasiswa, hingga masyarakat umum.

Siswa SD sedang mengamati kupu kupu dan hasil pengamatannya.

Pemimpin nodus selanjutnya bertanggung jawab dalam pengumpulan data sekaligus menjadi pelatih. Pelatihan selalu diikuti dengan praktik pribadi yang hasilnya dikomunikasikan melalui grup Whatsapp untuk memastikan identifikasi jenis kupu-kupu yang tepat. Untuk itu, para peserta sangat dianjurkan mengabadikan kupu-kupu yang diamati melalui foto atau atau video. Bahkan peserta dapat langsung menggunakan kamera ponselnya!

Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan indeks keanekaragaman sederhana untuk membandingkan keanekaragaman kupu-kupu di Jabodetabek. Telaah juga menggunakan analisis kluster untuk memastikan pengelompokan kupu-kupu di lima kota ini berdasarkan kemiripannya.

Bagaimana kupu-kupu di Jabodetabek?

Berdasarkan hasil pengamatan KupuKita, Jabodetabek (terutama Depok dan Bogor) ternyata menjadi habitat bagi setidaknya 50 jenis kupu-kupu. Separuhnya merupakan jenis adaptor perkotaan (urban adapter)–jenis yang mampu beradaptasi dengan kondisi perkotaan. Kawasan perkotaan menggambarkan ekosistem campuran yang terdiri dari elemen buatan dan sebagian elemen alami.

Ada empat jenis adaptor yang paling umum di Jabodetabek, yaitu Appias olferna, Leptosia nina, Eurema sp., dan Hypolimnas bolina. Mereka acap ditemukan di pekarangan rumah dan ruang terbuka hijau.

Jenis kupu-kupu Leptosia nina dan Eurema sp. adalah yang terkecil dan banyak ditemukan di rerumputan dan tanaman herba. Jenis A. olferna dan H. bolina banyak ditemukan di tanaman setinggi semak.

Kupu-kupu Leptosia nina hinggap di dedaunan tanaman herba.

Sementara itu, Hypolimnas bolina kerap mengunjungi bunga kenikir (Cosmos caudatus) atau melati Jepang (Pseuderanthemum Reticulatum) yang kerap tumbuh di taman-taman dan halaman rumah.

Kupu-kupu Hypolimnas bolina di bunga kenikir.

Di antara 5 kota di Jabodetabek, Depok dan Bogor memiliki keanekaragaman dan kekayaan jenis kupu-kupu tertinggi yaitu 49 dan 48 jenis. Hanya di Bogor, RTH tercatat sebagai penyumbang keanekaragaman jenis tertinggi.

Sementara itu, tepi jalan cenderung menjadi penyumbang jenis kupu-kupu paling sedikit hampir di semua kota. Ini bisa terjadi akibat kurangnya tanaman inang dan tanaman penghasil nektar, termasuk rerumputan.

Penyumbang jenis kupu-kupu terbanyak pertama atau kedua di kelima kota ini ternyata adalah pekarangan rumah. Variasi tanaman pada pekarangan rumah tampaknya menjadi daya tarik bagi kupu-kupu. Ini juga menunjukkan bahwa pekarangan rumah sangat mendukung penambahan ruang terbuka hijau secara mandiri di perkotaan.

Gambaran ekosistem perkotaan sesungguhnya dapat dipantau langsung oleh warganya, salah satunya melalui pengamatan kupu-kupu. Di sinilah inti dari sains warga. Warga tidak sekedar menjadi penyumbang data, tapi turut serta belajar dan memahami apa yang diamati.

Semakin banyak data, semakin dalam pula pemahaman kita tentang pemakaian habitat perkotaan oleh kupu-kupu. Tentunya hal tersebut tidak harus berakhir di pemahaman saja. Yuk penuhi pekaranganmu dengan tanaman dan bantu lestarikan kupu-kupu!

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now