Menu Close
A man in a blue shirt and camel-coloured coat looks at his watch as he leaves a subway station.
Kakek-nenek kita jaman dulu dangat mudah melakukan manajemen waktu — masyarakat, norma sosial, operasi bisnis, dan institusi membantu mereka mengatur waktu. Sekarang semua pilihan hidup diserahkan pada kita. (Ono Kosuki/ Piqsels)

Manajemen waktu menjadi semakin susah di era modern — tapi kita patut bersyukur

Banyak dari kita merasa bahwa manajemen waktu menjadi semakin sulit. Mengapa demikian? Apakah itu karena jaman sekarang pekerjaan yang dilakukan individu cenderung lebih banyak daripada jaman dahulu, atau mungkinkah karena hidup berjalan lebih cepat?

Kemungkinan besar alasannya bukan itu.

Secara umum, orang-orang jaman sekarang justru bekerja lebih sedikit dibanding mereka yang hidup 100 tahun yang lalu. Dan tidak ada bukti yang jelas bahwa laju kehidupan menjadi semakin cepat.

Jika bukan karena jam kerja yang meningkat atau tempo hidup yang semakin cepat, apa yang berubah? Jawabannya: berbagai lembaga dan institusi sosial yang dulu mengatur waktu kita telah lenyap.

Bayangkan saja, pada tahun 1950-an, apa yang rata-rata dilakukan orang Amerika atau Kanada pada hari Minggu pagi? Mereka tidak menghabiskan banyak waktu memikirkan apakah mereka harus menonton Netflix di tempat tidur atau pergi makan siang. Satu-satunya pilihan bagi banyak orang adalah pergi ke gereja.

Tentu saja, Netflix kala itu belum ada. Orang-orang tak perlu berpikir keras kapan sebaiknya mereka menonton acara favorit mereka – jadwal televisi telah mengatur waktu penayangan tontonan tersebut. Anda tidak bisa begitu saja menonton acara TV yang Anda inginkan kapan pun Anda mau.

Sama halnya dengan janjian makan malam: Anda harus berada di meja makan tepat waktu, bila tidak, akan ada konsekuensi yang harus dibayar. Sekarang, tradisi makan malam bersama keluarga seakan telah menghilang.

A black and white vintage photo of a large family eating dinner outdoors.
Makan malam keluarga seperti ini semakin menjadi bagian dari masa lalu. (Shutterstock)

Seringkali banyak dari kita merasa galau menentukan kapan harus mencuci pakaian. Puluhan tahun lalu, orang-orang di Barat sudah punya jawaban yang jelas: Senin adalah hari mencuci. Jadwal tersebut seakan menjadi norma di masa itu.

Jaman dahulu juga orang-orang hanya dapat berbelanja selama jam kerja. Sedangkan hari ini, berkat Amazon dan platform belanja online lainnya, Anda dapat membeli apa pun yang Anda inginkan sepanjang waktu, sepanjang tahun.

Kebebasan untuk mengatur waktu kita sendiri

Poinnya cukup jelas – di masa lalu, waktu individu diatur oleh masyarakat, pemerintah, agama, keluarga, dan banyak institusi sosial lainnya.

Tidak hanya institusi, tetapi juga aktor biologis: kondom dan alat kontrasepsi lainnya telah ada sejak lama, tetapi belum digunakan secara luas hingga akhir-akhir ini.

Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana kontrasepsi memengaruhi manajemen waktu kita. Saya sangat menyarankan Anda menonton acara 16 and Pregnant di MTV. Acara ini menggambarkan bagaimana menjadi orang tua membuat kita merasa semakin tertekan oleh waktu dan membuat kebebasan diri kita berkurang, terutama untuk ibu; risiko kehamilan yang tidak direncanakan dapat menambah kekhawatiran secara drastis.

Hari ini, kita memiliki lebih banyak kebebasan daripada mereka yang hidup di jaman dulu untuk mengatur waktu dengan cara yang paling sesuai untuk kita. Kita patut berterima kasih kepada kemajuan teknologi dan pelonggaran norma sosial, yang sulit terjadi di masa lalu.

Inilah waktu yang tepat untuk benar-benar hidup!

Hands with white nail polish adjust a digital watch.
Teknologi memberi kita cara untuk mengatur waktu dengan cara yang paling sesuai dengan kehidupan kita. (Luke Chesser/Unsplash)

Tetapi kebebasan tersebut juga membawa beban baru: kita sekarang bertanggung jawab untuk mengatur waktu kita sendiri, bukan hanya mengikuti aturan yang ditetapkan institusi seperti keluarga atau agama yang mendikte cara untuk menghabiskan hari-hari kita.

Inilah salah satu alasan mengapa kebanyakan orang jaman sekarang memiliki kalender, daftar tugas, dan alat manajemen waktu pribadi lainnya. Pada 1920-an, alat manajemen waktu pribadi jauh lebih langka.

Manajemen waktu mungkin terasa lebih mudah beberapa dekade lalu, di saat waktu individu dikelola oleh faktor eksternal. Mereka tidak perlu terus-menerus memikirkan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya, atau bagaimana memprioritaskan tugas mereka. Hari ini, keputusan-keputusan tersebut sepenuhnya ada di pundak kita.

Tetap saja, ini waktu yang menyenangkan untuk hidup

Tapi, jangan putus asa. Dengan semua kebebasan ini, kita punya kesempatan untuk melakukan hal-hal dengan cara kita dan menjalani hidup persis seperti yang kita inginkan. Setidaknya, kondisi ini jauh lebih enak daripada yang dialami kakek-nenek kita yang tidak memiliki kebebasan waktu. Ini hal yang sering kita anggap remeh.

Jadi, meskipun manajemen waktu mungkin menjadi lebih sulit, peluang Anda untuk hidup sesuai selera lebih besar dari sebelumnya. (Tentu saja dengan asumsi bahwa Anda cukup beruntung tinggal di negara dengan kebijakan publik yang menjamin kualitas hidup (wellbeing) para warga, termasuk mengelola waktu secara berkualitas).


Read more: Anda kecanduan gawai bagai zombi? Ini beberapa fitur untuk menghentikannya


Bagaimanapun, ini adalah tujuan akhir dari manajemen waktu. Tujuannya bukan efisiensi, produktivitas, atau menyelesaikan sesuatu, melainkan kemampuan untuk menjadikan jadwal kita sebagai cerminan dari nilai, keyakinan, dan filosofi kita. Manajemen waktu memungkinkan kita untuk menyusun hidup kita seperti yang kita inginkan.

Manajemen waktu di masa kini menjadi lebih menantang daripada sebelumnya, namun perubahan ini bisa jadi lebih bermanfaat. Aspek yang hilang terkait kemudahan dan rutinitas yang dahulu ada, dapat ditebus dengan kemampuan untuk menciptakan hidup kita dengan cara kita sendiri. Dan itu adalah pengorbanan yang sangat menguntungkan buat kita.


Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,943 institutions.

Register now