Menu Close
Bunga kecil berwarna ungu pada batang lurus
_ Allium schoenoprasum _, lebih dikenal dengan kucai. Andreas Rockstein/Flickr, CC BY-SA

Mengapa tumbuhan tumbuh lurus ke atas?

Mengapa tumbuhan tumbuh lurus ke atas? – Sara H., Umur 5, New Paltz, New York, Amerika Serikat


Apakah kamu pernah menghadiri acara olahraga atau konser dan harus bergerak dan mencari posisi untuk mendapatkan tempat yang tepat untuk melihat penampilan di depan kamu? Mungkin kamu perlu bergeser ke kiri atau kanan untuk dapat melihat di antara dua orang. Bahkan kamu juga harus berjongkok di kursi untuk melihat orang di depanmu.

Nah, tumbuhan sering kali harus melakukan hal serupa agar dapat “melihat” cahaya sebanyak mungkin. Tumbuhan membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis - menghasilkan gula dari air dan karbon dioksida di udara untuk memberi makan diri mereka sendiri.

Jika sinar matahari berada tepat di atas mereka, tumbuhan akan tumbuh lurus ke arah tersebut.

Namun, terkadang hal ini tidak sesederhana itu. Misalnya, kamu mungkin pernah melihat tanaman dalam rumah membungkuk ke arah jendela, bukan tumbuh lurus atau tinggi. Ketika cahaya datang dari suatu sudut, tumbuhan akan melengkung ke arah cahaya tersebut untuk mendapatkan akses lebih baik yang dibutuhkan untuk tumbuh. Hormon dalam jaringan tumbuhan, yang disebut auksin, membuat sel-sel di sisi gelap tumbuhan untuk tumbuh lebih tinggi, dan ini membuat tumbuhan berbengkok ke arah cahaya.

Tumbuhan memiliki kandungan hormon auksin yang membuatnya tumbuh ke arah sumber cahaya.

Di hutan, tumbuhan dapat bercabang sehingga daunnya berada di area terbuka yang terkena sinar matahari, bukan di tempat yang teduh. Ini sering terjadi ketika semak dan pohon yang lebih tinggi menjulang di atas tumbuhan tersebut, atau jika mereka tumbuh di tengah kumpulan tumbuhan lain. Ini seperti manusia yang mencari tempat cerah atau mengulurkan tangan ke api unggun untuk menghangatkan tubuh ketika merasa kedinginan.

Manusia berputar atau bertekuk dengan mengubah posisi tubuh untuk sementara waktu. Namun, ketika tanaman berputar, bertekuk, atau memanjang, mereka sebenarnya tumbuh ke arah cahaya. Jenis-jenis tumbuhan yang memposisikan diri untuk menghadap cahaya adalah tumbuhan yang tumbuh dengan lambat tapi pasti.

Jenis tanaman lain mungkin tidak tumbuh lurus karena memiliki strategi yang berbeda. Misalnya, stroberi tumbuh dekat dengan tanah dan menyebar ke samping dengan menyebarkan apa yang disebut dengan runner - batang yang menyebar tepat di atas tanah untuk membuat tanaman baru.

Rumah yang terbuat dari batu dengan tanaman yang merambat hingga satu dinding ke lantai dua.
Tumbuhan ivy tumbuh di sisi sebuah rumah di Aberdeen, Skotlandia, agar daunnya dapat terkena sinar matahari sebanyak mungkin. Stuart Caie/Flickr, CC BY

Tumbuhan lain, seperti ivy, tumbuh sebagai tumbuhan merambat yang tumbuh ke atas pohon, dinding, dan pagar dan menggunakannya sebagai penyangga. Tumbuhan merambat dapat tumbuh lurus, ke samping, atau miring, tergantung pada jenis struktur yang mereka temukan untuk tumbuh. Tujuannya adalah untuk mengekspos daun mereka ke sinar matahari sebanyak mungkin.

Dalam buku terbaru saya, “Lessons from Plants,” saya mengeksplorasi cara tumbuhan biasanya memposisikan diri untuk menghadap cahaya. Ini sangat menarik karena manusia juga sering memposisikan diri untuk melihat sesuatu yang menarik perhatian mereka.

Jadi, lain kali kamu melihat tumbuhan tumbuh lurus, coba perhatikan jika cahaya berada tepat di atasnya. Atau jika kamu melihat tumbuhan yang tidak lurus, perhatikan jika tumbuhan itu membungkuk ke arah cahaya yang datang dari arah di hadapannya. Atau mungkin itu adalah tumbuhan yang merambat ke atas sebuah bangunan dan menggunakannya untuk mencari arah lain untuk mendapatkan sinar matahari.


Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami. Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:

  • mengirimkan email redaksi@theconversation.com

  • tweet ke kami @conversationIDN dengan tagar #curiouskids

  • DM melalui Instagram @conversationIDN


Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,943 institutions.

Register now