Menu Close

Merencanakan kehamilan? Pertimbangkan berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan

Minum alkohol sebelum kehamilan
Kamu mungkin ingin menjadikan minuman keras sebagai masa lalu. pexels/monstera

Ketika pasangan suami istri berencana untuk memiliki bayi, sering kali perempuanlah yang dianggap bertanggung jawab atas kesehatan bayi yang belum lahir.

Di Inggris, pedoman minum alkohol terbitan Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar perempuan tidak mengonsumsi alkohol selama kehamilan. Hal ini karena alkohol diketahui dapat meningkatkan risiko keguguran dan gangguan spektrum alkohol pada janin (FASD).

FASD adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tantangan emosional, perilaku, perkembangan, dan pembelajaran yang terkait dengan paparan alkohol pada bayi selama berada di dalam rahim.

Pedoman ini juga merekomendasikan bahwa jika kamu berencana untuk hamil, pendekatan yang paling aman adalah tidak minum sama sekali untuk meminimalkan risiko pada kehamilan kamu.

Namun, bukti dari survei besar menunjukkan bahwa tidak semua perempuan berhenti minum alkohol sebelum hamil - baik kehamilan itu diinginkan atau tidak. Dalam sebuah penelitian tahun 2017 terhadap 5.036 perempuan di AS, prevalensi konsumsi alkohol sebelum kehamilan serupa antara mereka yang memiliki kehamilan yang diinginkan (55%) dan yang tidak diinginkan (56%).

Dalam penelitian lainnya pada 2015 terhadap 3.390 perempuan Swedia, konsumsi alkohol mingguan tidak berbeda secara signifikan antara perempuan dengan “kehamilan yang sangat direncanakan” (11%) dibandingkan dengan perempuan dengan “kehamilan yang sangat tidak direncanakan” (14%).

Dan sebuah survei pada 2013 terhadap 258 perempuan Denmark menemukan bahwa meskipun 77% kehamilan mereka “sangat” atau “cukup terencana”, satu dari lima orang melaporkan pesta minuman keras pada awal kehamilan. Di antara perempuan dengan kehamilan yang tidak direncanakan, angka ini meningkat menjadi satu dari tiga.

Namun, meskipun fokusnya cenderung pada hubungan perempuan dengan alkohol sebelum dan selama kehamilan, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan alkohol oleh laki-laki juga berperan dalam hal kesehatan bayi.

Memang, alkohol dapat memengaruhi DNA sperma, dalam beberapa kasus mengurangi kesuburan dan potensi untuk hamil.

Mengapa berhenti minum alkohol?

Hasil kesehatan yang lebih baik untuk bayi dimulai sebelum pembuahan, dengan hubungan yang jelas dibuat antara kesehatan laki-laki dan perempuan sebelum kehamilan dan kesehatan keturunan mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa jika pasangan sedang mencoba untuk hamil, masuk akal jika mereka berdua berhenti minum minuman keras setidaknya enam bulan sebelum kehamilan. Hal ini membantu mengurangi risiko hasil negatif yang mungkin terjadi pada bayi, seperti penyakit jantung bawaan.

Hal ini juga memiliki manfaat untuk calon orang tua, seperti kualitas tidur yang lebih baik, peningkatan energi, dan tingkat konsentrasi yang lebih baik.

Penelitian juga menemukan bahwa jika pasangan hidup bersama dan pasangan laki-laki minum alkohol, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa perempuan akan minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.

Salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi dieksplorasi dalam penelitian lain. Dala riset ini para perempuan mengatakan bahwa minum-minum dengan pasangan, baik sebelum atau selama kehamilan, memberikan rasa hubungan sosial.

Pregnant woman holding belly.
Sebaiknya hindari alkohol sama sekali jika ingin hamil. Pexels/Amina Filkins

Periode sebelum kehamilan, yang dikenal sebagai prakonsepsi, adalah sebuah jendela kesempatan bagi calon orang tua untuk meningkatkan kesehatan mereka dan meningkatkan kemungkinan mereka untuk hamil. Dan konsumsi alkohol harus dipertimbangkan sebagai bagian dari hal ini.

Sebagai bagian dari penelitian terbaru kami, kami meninjau literatur yang mengeksplorasi pandangan masyarakat dan profesional kesehatan tentang informasi dan dukungan untuk mengurangi konsumsi alkohol pada periode sebelum hamil.

Kami menemukan bahwa para perempuan menyadari bahwa faktor gaya hidup seperti merokok atau minum alkohol dapat memengaruhi kehamilan mereka dan meningkatkan risiko hasil yang buruk bagi bayi. Namun, terdapat kurangnya kesadaran akan pentingnya laki-laki untuk mengurangi konsumsi alkohol ketika merencanakan kehamilan.

Memang, laki-laki biasanya tidak pergi ke klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan prakonsepsi, karena hal ini biasanya diserahkan pada perempuan.

Suami dan istri berhenti minum alkohol

Meskipun ada beberapa indikasi bahwa laki-laki, dan juga perempuan, terbuka untuk mengubah perilaku minum alkohol saat merencanakan kehamilan, tinjauan literatur kami menemukan bahwa sangat sedikit penelitian yang mengeksplorasi pandangan laki-laki atau pasangannya tentang kesehatan prakonsepsi.

Dan meskipun ada hasil yang menjanjikan dari intervensi dan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi pada laki-laki dan perempuan, seperti skrining alkohol diikuti dengan konseling dan pendidikan kesehatan mengenai mengubah perilaku, tetapi masih belum ada penekanan yang cukup pada kesehatan laki-laki pada tahap prakonsepsi. Hal ini perlu diubah karena, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, kesehatan bayi dipengaruhi oleh ibu dan ayah.

Jadi, jika kamu sedang mempertimbangkan untuk mencoba mendapatkan momongan, sekarang adalah waktu yang tepat bagi kedua pasangan untuk menetapkan tujuan baru dan mengurangi konsumsi alkohol bersama-sama. Dan jika kamu khawatir dengan jumlah yang kamu minum, atau ketergantungan pada alkohol, kamu harus mendapatkan saran dan dukungan profesional tentang cara mengurangi minum alkohol dengan aman.


Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now