Menu Close

Pemilu 2024 dalam angka: Milenial jadi penentu, perempuan pemilih terbanyak

Ilustrasi Pemilu Indonesia 2024.

Pada 14 Februari 2024, Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan menjadi kontestasi politik terbesar di dunia.

Terdapat lebih dari 204 juta pemilih yang terdaftar dari sekitar 6 ribu pulau di Indonesia—ditambah dengan 1,75 juta diaspora—yang dapat menggunakan suaranya untuk memilih presiden, wakil presiden, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di tingkat nasional dan daerah.

Pada Pemilu 2024 ini, sekitar 113,6 juta orang pemilih adalah generasi milenial dan generasi Z, atau mencakup sekitar 56% dari total pemilih.

Pemilih perempuan pada tahun ini juga menjadi yang paling banyak dibandingkan laki-laki. Sekitar 102 juta lebih pemilih perempuan atau 50,09% dari total pemilih tetap adalah perempuan.

Sementara itu, para kandidat calon legislatif di parlemen pada Pemilu tahun ini masih didominasi laki-laki. Tercatat ada sebanyak 63% kandidat calon legislatif laki-laki di DPR dan 81% di DPD.

Sebanyak lebih dari 820 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) juga telah disiapkan dan tersebar di seluruh Indonesia, dan sebanyak lebih dari 5 juta orang dipekerjakan sebagai petugas Pemilu.

Video infografis Pemilu Indonesia 2024

Terdapat tiga kandidat presiden yang bertarung. Salah satu kandidat harus memenangkan lebih dari 50% suara nasional dan setidaknya 20% suara masing-masing di minimal 20 provinsi, berdasarkan aturan Undang-Undang Pemilu yang berlaku saat ini.

Namun, masih belum bisa diprediksi apakah ada kandidat yang akan mampu mendapatkan cukup suara untuk memenangkan Pemilu dalam satu putaran. Putaran kedua, jika ada, akan diadakan pada bulan Juni bagi dua kandidat dengan suara terbanyak.

Presiden terpilih akan mulai menjabat dan dilantik pada bulan Oktober 2024.

Mengingat bahwa pilihan kita menentukan bagaimana negara ini dijalankan setidaknya dalam lima tahun ke depan, para pemilih perlu mencermati dan memahami mana janji-janji yang realistis dan mana yang tidak.

Dengan membaca janji-janji politik capres-cawapres secara kritis dan rasional, pemilih tidak sekadar menjadi objek pasif sasaran meraih suara, melainkan pelaku aktif yang berkontribusi dalam keberlangsungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.

Pilpres kali ini akan menjadi ujian bagi demokrasi Indonesia karena para kandidat yang bertarung sudah pernah mencalonkan diri sebelumnya atau didukung oleh para pemain lama di dunia politik.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now