Menu Close

Pride Month: bagaimana menciptakan inklusi sosial dalam keberagaman identitas gender?

Pride Month: bagaimana menciptakan inklusi sosial dalam keberagaman identitas gender?

Kelompok minoritas gender dan seksual, yang di dalamnya termasuk Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer (LGBTQ), merayakan bulan Juni setiap tahun sebagai Pride Month. Perayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebebasan berekspresi dan pemenuhan hak-hak asasi kelompok minoritas.

Namun, di Indonesia, kelompok minoritas gender dan seksual justru masih terus menghadapi diskriminasi, mulai dari bullying, kesulitan mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan, hingga distigma negatif oleh masyarakat.

Diskriminasi ini tidak hanya mengancam kesejahteraan dan keamanan mereka secara pribadi, tetapi juga menghalangi kemajuan menuju masyarakat yang lebih inklusif dan setara.


Read more: Riset: LGBTIQ+ Indonesia menghadapi kesulitan mengakses layanan kesehatan selama pandemi COVID-19


Lantas, bagaimana kita bisa mendorong masyarakat untuk bisa lebih inklusif secara sosial dalam menerima komunitas LGBTQ?

Dalam episode SuarAkademia terbaru, kami berbincang dengan Irwan Martua Hidayana, Asisten Profesor dari Departemen Antropologi, Universitas Indonesia.

Irwan mengatakan Pride Month bisa dijadikan momen untuk masyarakat mulai menyadari dan menerima adanya kemajemukan didalam masyarakat Indonesia. Bentuk penerimaan yang dimaksud Irwan adalah bagaimana masyarakat secara umum bisa memberikan hak dasar seperti akses pendidikan dan kesehatan dan kesempatan mendapatkan pekerjaan.

Untuk menghindari diskriminasi terhadap kaum LGBTQ, Irwan berpendapat pentingnya seluruh lapisan masyarakat untuk menghargai perbedaan pilihan, terlepas dari prinsip pribadi.

Dengarkan obrolan lengkapnya di SuarAkademia - ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,900 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now