Menu Close
Anggapan bahwa penonton dewasa mendominasi TVRI tampaknya tidak sepenuhnya benar. www.shutterstock.com

Riset: milenial masih menonton TVRI, ini alasan mereka

Anggapan bahwa stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) telah banyak ditinggalkan oleh penontonnya, terutama milenial, tampaknya tidak terbukti.

Riset yang saya lakukan pada Juni hingga Agustus 2019 menunjukkan bahwa ternyata di tengah dominasi teknologi internet di kalangan anak muda, generasi milenial (yaitu orang yang lahir antara tahun 1981 dan 2000) masih menonton TVRI.

Alasan utama mereka menonton adalah karena TVRI sebagai sebagai satu-satunya televisi publik di Indonesia yang memiliki tugas untuk memberikan layanan bagi masyarakat secara luas masih dianggap sebagai yang paling netral di tengah maraknya sejumlah televisi swasta menjadi ‘partisan’ partai politik.

Penelitian saya juga menunjukkan temuan-temuan yang mungkin bisa membantu kinerja TVRI sebagai TV publik yang menekankan pada pelayanan dan kontribusi bagi kehidupan masyarakat luas.

Milenial menonton

Anggapan bahwa penonton dewasa mendominasi TVRI tampaknya tidak sepenuhnya benar.

Penelitian saya menunjukkan warga milenial juga menonton TVRI. Ini dibuktikan dengan 91,45% dari total responden penelitian sebanyak 1.357 milenial menjawab mereka masih menonton TVRI.

Penelitian saya mensurvei penonton televisi milenial dengan latar belakang sosial ekonomi yang beragam dan berasal dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Bahkan 13% dari responden mengatakan mereka menonton TVRI setiap hari.

Temuan tersebut mendukung riset yang pernah dilakukan CSIS (Centre for Strategic and International Studies) tahun 2017 yang menunjukkan hampir 80% milenial yang mereka survei masih menonton TV setiap hari.

Hampir setengah dari responden saya menonton TVRI secara online, termasuk siaran langsung melalui internet dengan telepon genggam sebagai sarana utama untuk mengakses.

Survei menunjukkan rata-rata warga milenial menonton TVRI untuk program berita. Besar kemungkinan ini merupakan reaksi dari maraknya sejumlah televisi swasta menjadi ‘partisan’ partai politik.

Sejumlah lembaga pers pernah melansir keberpihakan televisi pada partai politik dan politikus tertentu.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) pada 2014 menilai keberpihakan beberapa stasiun televisi swasta pada partai tertentu karena pemiliknya kebetulan juga menjabat sebagai petinggi partai yang didukungnya.

Keberpihakan politis ini bisa dilihat pada Metro TV yang pemiliknya Surya Paloh merupakan pendiri Partai NasDem. Lalu pola yang sama juga dilihat pada stasiun TV RCTI yang kala itu mendukung Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), kemudian TV One yang menyokong Partai Golkar.

Hasil riset Dewan Pers juga menunjukkan bagaimana televisi yang pemiliknya terjun ke politik cenderung tidak independen.

Temuan penelitian saya menunjukkan bahwa pemilihan milenial terhadap TVRI karena harapan mereka TVRI dapat merefleksikan nilai-nilai ideal lembaga penyiaran publik.

Nilai ideal yang dimaksud berorientasi pada kepentingan warga dengan menyiarkan program yang berkualitas yang mendorong dialog publik dan melestarikan budaya bangsa dengan memegang prinsip independen, netral, dan tidak bersifat komersial.

Peran TV publik

Di tengah maraknya sirkulasi hoaks dan terpaan konten bias komersial serta bias kepentingan politik kelompok tertentu, warga membutuhkan keberadaan sumber informasi yang patut menjadi rujukan.

Lembaga penyiaran publik berpotensi menjadi sumber rujukan bagi masyarakat untuk memperoleh tontonan sehat dan berkualitas.

Sebagai media rujukan, TVRI diharapkan menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan memberi ruang untuk dialog interaktif, mewadahi pendapat masyarakat yang berbeda-beda, mendorong partisipasi warga untuk menyampaikan ide konten tanpa bias kepentingan.

TVRI sebagai stasiun televisi tertua di Indonesia juga harus mengembangkan program berkualitas dan inovatif.

Warga milenial dalam survei kami mengharapkan TVRI meningkatkan pelayanan program informasi, pendidikan, dan hiburan untuk semua kategori umur secara berimbang.

Untuk berita, mereka ingin program-program yang menjunjung tinggi kebenaran informasi, menyampaikan informasi tepat waktu, dan menyelenggarakan penyiaran dengan prinsip independen.

Respons terhadap milenial

Untuk merespons generasi milenial yang ingin terlibat aktif dalam dalam penyelenggaraan penyiaran, TVRI juga sebaiknya memberikan kesempatan kepada warga memproduksi program.

TVRI, misalnya bisa berkolaborasi dengan pembuat konten, seperti kelompok-kelompok seniman atau komunitas lainnya, untuk mengisi siaran.

Kantor berita Inggris, BBC, telah merespons maraknya fenomena pembuat konten ini dalam penyiarannya.

Peluang ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh TVRI dengan membangun kredibilitas lembaga secara konsisten. Dengan demikian, kehadiran TVRI sebagai lembaga penyiaran publik nantinya akan benar-benar bermakna bagi masyarakat Indonesia.

TVRI juga diharapkan memproduksi program-program inovatif yang memiliki nilai kebaruan dan memberikan alternatif solusi pada persoalan warga.

Untuk dapat merespons harapan ini, responden mendorong TVRI melakukan studi dan monitoring kebutuhan dan minat masyarakat pada siaran TVRI secara berkala.

Selain itu, bagi penonton milenial yang ritual menonton mereka ditentukan oleh fleksibilitas waktu dan tempat, TVRI harus memberikan akses siaran multiplatform melalui YouTube dan portal televisi online.

Milenial ingin TVRI menyediakan infrastruktur dan teknologi penyiaran yang mampu menjamin siaran dapat diakses dengan lebih mudah dengan kualitas audio-visual yang cukup baik.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,000 academics and researchers from 4,949 institutions.

Register now