Menu Close
Nyamuk Aedes aegypti menyedot darah pada kulit. Mrfiza/Shutterstock

Strategi bakteri ‘kuda troya’ Wolbachia lenyapkan demam berdarah

Teknik baru melawan nyamuk demam berdarah

Demam berdarah tiba pertama di Surabaya pada 1960-an. Kini, virus yang diperantarai nyamuk Aedes aegypti ini telah menyebar di seluruh kabupaten di Indonesia. Termasuk di Yogyakarta.

Indonesia berada di peringkat kedua di dunia dan pertama di Asia Tenggara dalam kasus demam berdarah. Kerugian akibat demam berdarah, setidaknya mencapai Rp 3,1 triliun per tahun.

Serangga kecil ini adalah ancaman buat dua setengah miliar manusia. Banyak orang kena penyakit demam berdarah berakhir meninggal. Setiap waktu gang-gang di perkampungan diasapi, tapi seolah nyamuk begitu lincah sehingga bisa berpindah tempat. Bagaimana cara efektif menjinakkan nyamuk mematikan ini?

Adi Utarini, Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Gajah Mada, punya jawabannya. Sejak 2011 dia memimpin program pemberantasan demam berdarah, Eliminate Dengue Project Yogyakarta yang menggunakan teknik baru. Program ini tidak menebar abate, memberantas sarang nyamuk, apalagi fogging.

Utarini dan timnya menemukan kegunaan Wolbachia, bakteri yang secara alami ada di lalat buah, capung, kupu-kupu, tapi tidak ada di nyamuk. Mereka menemukan cara untuk memasukkan bakteri ini ke dalam tubuh nyamuk. Wolbachia ini di dalam tubuh nyamuk berkompetisi dengan virus demam berdarah dan bisa menghambat perkembangan virus DB. Bakteri wolbachia ini seperti kuda troya.

Bayangkan prajurit-prajurit Wolbachia berebut makanan dengan virus demam dalam pertempuran epik di tubuh nyamuk. Bakteri menang, virus jinak. Lalu bagaimana caranya agar kita tak perlu repot menyuntik satu per satu nyamuk? Mereka mencoba menyuntikkan bakteri itu ke dalam telur nyamuk yang luar biasa kecilnya. Sekecil kalau kita membuat tanda titik di tulisan itu.

Ekpresimen dengan Wolbachia telah dilakukan beratus ribu kali di Australia dan berhasil. Setelah itu baru dikembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti yang berbakteri Wolbachia.

Telur-telur ini kemudian dipindahkan, ditetaskan, dan dikembangbiakkan di negara-negara yang menjalankan program ini yakni Meksiko, Brazil, Vietnam, Australia, dan Indonesia. Inilah mungkin cara baru yang akan membuat demam berdarah tinggal sejarah.

Edisi ke-25 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 180,900 academics and researchers from 4,919 institutions.

Register now