Menu Close

Saya ikut bernegosiasi dalam pembebasan pilot Kiwi yang diculik di Papua Barat. Dengan terhentinya negosiasi, bagaimana situasi sekarang?

Anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dengan pilot Selandia Baru, Phillip Mehrtens, yang mereka culik. TPNPB/AAP

Hingga detik ini, pilot asal Selandia Baru Phillip Mehrtens telah disandera di Papua Barat selama 4 bulan. Terhentinya upaya untuk merundingkan pembebasannya, dan gagalnya upaya penyelamatan oleh militer Indonesia, telah menciptakan kebingungan tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.

Beberapa pasukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM), menculik Mehrtens pada 7 Februari, menuntut Indonesia mengakui kemerdekaan Papua Barat. Kabupaten Nduga, tempat Mehrtens dibawa dan pesawatnya dibakar, merupakan daerah yang dikenal sebagai pusat kekerasan separatisme dan serangan militer.

Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru mengatakan, “Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mendapatkan resolusi damai dan pembebasan yang aman bagi Mehrtens, termasuk bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia dan mengerahkan staf konsuler Selandia Baru.”

Sementara itu, TNI terus melanjutkan operasi militer untuk memburu TPNPB – termasuk dengan pengeboman dari pesawat, menurut Mehrtens dalam salah satu dari beberapa video “bukti kehidupannya” yang dirilis oleh TPNPB.

Negosiasi awal

Sejak akhir Februari, saya diberi wewenang oleh TPNPB untuk bertindak sebagai perantara dengan pemerintah Selandia Baru. Ini karena saya pernah bekerja sama dengan kelompok pro kemerdekaan Papua Barat, yang dikonfirmasi dalam video dari TPNPB kepada pemerintah Selandia Baru.

Dalam kapasitas ini, saya berkomunikasi secara rutin dengan negosiator penyanderaan dari Kepolisian Selandia Baru, termasuk ketika TPNPB mengubah tuntutannya.

TPNPB awalnya mengatakan akan membunuh Mehrtens kecuali Indonesia mengakui kemerdekaan Papua Barat. Namun, setelah setuju untuk bernegosiasi, TPNPB mengatakan akan menyelamatkan nyawa Mehrtens sambil mencari konsesi dari pemerintah Selandia Baru.

Posisi saat ini adalah Selandia Baru menghentikan warganya untuk bekerja atau bepergian ke Papua Barat, dan menghentikan dukungan militer untuk Indonesia. Namun, pada akhir Mei, karena frustrasi akibat kurangnya tanggapan, TPNPB kembali berkata jika pembicaraan tidak segera dilakukan, Mehrtens akan dibunuh.

Kerja sama saya dengan pemerintah Selandia Baru berakhir ketika saya diberi tahu bahwa pemerintah telah memutuskan untuk menggunakan jalur komunikasi lain dengan kelompok tersebut. Seiring perkembangan peristiwa, pemahaman saya adalah bahwa TPNPB tidak menerima perubahan ini.

Yang terbaru dari perjuangan panjang ini

TPNPB dipimpin oleh Egianus Kogoya, putra Daniel Yudas Kogoya – yang dibunuh oleh tentara Indonesia dalam operasi penyelamatan sandera pada tahun 1996. TPNPB adalah salah satu dari sejumlah kecil kelompok separatis bersenjata di Papua Barat, masing-masing bersekutu dengan faksi gerakan pro-kemerdekaan.

Tumbuhnya gerakan kemerdekaan Papua Barat berawal dari rencana Belanda untuk memberikan kemerdekaan bagi provinsi tersebut. Indonesia mengklaim harus menjadi penerus wilayah pemerintah Hindia Belanda secara keseluruhan, sehingga pada tahun 1963 mengambil alih pemerintahan Papua Barat dengan dukungan Amerika Serikat.

Papua Barat menjadi bagian wilayah Indonesia secara resmi pada tahun 1969, setelah 1.035 kepala desa ditodong senjata untuk memilih bergabung dengan Indonesia.

Akibat banyaknya orang Indonesia berpindah ke “perbatasan”, lebih dari 40% penduduk Papua Barat kini bukan orang Melanesia. Orang Papua Barat kemudian seakan menjadi warga negara kelas dua di tanah mereka sendiri.

Meskipun menjadi wilayah memiliki hasil ekonomi terkaya di Indonesia, Papua Barat memiliki angka kematian bayi, harapan hidup rata-rata, gizi, melek huruf, dan pendapatan terburuk di Indonesia.


Read more: The NZ pilot held hostage in West Papua is the pawn in a conflict only real international engagement can resolve


Secara kritis, kebebasan berbicara juga dibatasi, pelanggaran hak asasi manusia terus berlanjut, dan proses politik dirusak oleh korupsi, pembelian suara dan kekerasan. Kondisi inilah yang mendorong gerakan kemerdekaan Papua Barat terus berlanjut.

Ada sejumlah aksi militer ringan dan penculikan yang menyoroti klaim kemerdekaan Papua Barat. Upacara pengibaran bendera dan protes jalanan telah digunakan untuk mendorong rasa persatuan dalam proses perjuangan kemerdekaan.

Upaya-upaya tersebut memantik serangan oleh militer Indonesia (TNI) dan polisi, yang menyebabkan pembunuhan, penghilangan, penyiksaan dan pemenjaraan. Sejumlah organisasi HAM mengungkapkan bahwa ratusan ribu orang telah meninggal akibat bergabungnya Papua Barat ke Indonesia.

Untuk menggambarkan eskalasi konflik, pada 2018 TPNPB menculik dan membunuh lebih dari 20 pekerja Indonesia yang tengah membangun jalan di Kabupaten Nduga. Kelompok tersebut juga membunuh sejumlah tentara Indonesia, termasuk yang ikut dalam misi penyelamatan Mehrtens.


Read more: How the world failed West Papua in its campaign for independence


Negosiasi terhenti

Juru bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan orang asing adalah target yang sah karena pemerintah mereka mendukung Indonesia. Terlepas dari klaim awal Kogeya bahwa Mehrtens akan dibunuh jika tuntutan tidak dipenuhi, Sambom dan pejabat diplomatik TPNPB Akouboo Amadus Douw telah menanggapi secara positif gagasan negosiasi untuk pembebasannya.

Namun, sejak pembicaraan gagal, TPNPB mengatakan tidak akan ada lagi video bukti kehidupan Mehrtens. Dengan pernyataan TPNPB pada akhir Mei bahwa Mehrtens akan dibunuh jika Selandia Baru tidak bernegosiasi, penculikannya tampaknya menemui jalan buntu.


Read more: Fight for freedom: new research to map violence in the forgotten conflict in West Papua


TPNPB mengatakan kepada saya bahwa mereka yakin Selandia Baru kemungkinan besar akan memprioritaskan hubungannya dengan Indonesia daripada nyawa Mehrtens. Akibatnya, negosisasi menggantung. Sementara itu, TNI tetap memilih menyelesaikan situasi tersebut secara militer.

Pada tahap ini, Mehrtens masih dapat dilepaskan dengan aman, tetapi kemungkinan akan membutuhkan pemerintah Selandia Baru untuk membuat beberapa konsesi sebagai tanggapan atas tuntutan TPNPB.

Sementara itu, pemicu konflik tetap ada. Indonesia terus menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan apa-apa yang sebenarnya merupakan masalah politik. Karena kecil harapan bagi TPNPB dan kelompok separatis lainnya untuk bisa lepas dari Indonesia, mereka merasa kehabisan pilihan selain melawan dan menyandera.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now