Menu Close

Siapakah bangsa Sparta itu?

Salah satu alasan penting bagi obsesi Spartan untuk bertempur adalah kemungkinan bahwa mereka akan selalu membutuhkan keterampilan ini dalam perang dan juga di Sparta sendiri. Shutterstock

Siapa orang-orang Sparta itu? - Trystan, seorang pembaca muda meninggalkan komentar pada artikel Curious Kids sebelumnya yang diterbitkan ulang oleh ABC.

Bangsa Sparta adalah penduduk salah satu kota terbesar dan terkuat di Yunani kuno.

Bahkan di zaman kuno, bangsa Sparta terkenal dengan cara hidup mereka. Sejak usia yang sangat muda, anak-anak Sparta belajar berperang dan melatih ketelitian, kebugaran fisik, dan mematuhi perintah. Mereka juga berlatih bertempur.

Pelatihan formal semacam ini, yang disebut agōgē, dimulai saat mereka berusia sekitar tujuh tahun dan berlanjut hingga usia 29 tahun. Anak laki-laki dan perempuan dilatih secara terpisah.

Para Spartan muda tidak tinggal bersama keluarga mereka, melainkan di tempat tinggal yang luas dengan anak-anak seusianya. Mungkin menyenangkan tinggal di antara banyak anak lain, meskipun berada jauh dari rumah di usia yang begitu muda juga bisa sangat menakutkan.

Mengapa orang Sparta begitu terobsesi dengan pertempuran?

Salah satu alasan penting dari obsesi bertarung ini adalah kemungkinan bahwa mereka akan membutuhkan keterampilan ini di Sparta sendiri.

helm bangsa sparta
Sebuah helm Spartan di British Museum. Flickr/john antoni, CC BY

Sparta pernah menaklukkan dan menangkap seluruh kelompok orang yang tinggal di dekatnya. Para “helot” (sebutan untuk mereka) ini dipekerjakan untuk bertani agar orang-orang Sparta bisa fokus pada pelatihan militer. Para helot juga membantu Sparta dalam peperangan melawan bangsa lain.

Namun, para helot tidak senang karena telah kehilangan kebebasan mereka dan ada lebih banyak helot daripada Sparta. Itu berarti mereka bisa saja bangkit dan melawan balik Sparta yang telah menangkap mereka. Sparta mencegah ancaman terselubung ini dengan selalu waspada dan siap berperang.

Perang dan pertempuran terkenal

Bangsa Sparta bertempur dalam banyak perang dan pertempuran penting. Mereka mengangkat senjata bersama orang-orang Athena melawan raja Persia Xerxes dalam Perang Persia (490-449 SM, yang berarti sekitar 2.500 tahun yang lalu).

Sparta berperang
Kesan seorang seniman tentang Pertempuran Thermopylae. Wikimedia

Dalam pertempuran terkenal di Thermopylae, 300 orang Sparta yang dipimpin oleh Raja Leonidas dengan gagah berani mempertahankan sebuah celah gunung yang sempit meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit daripada musuh.

Semua orang Sparta tewas, termasuk Raja Leonidas. Namun, pada akhirnya, orang-orang Sparta yang tersisa memenangkan perang bersama dengan orang-orang Athena dan orang-orang Yunani lainnya.

Sejarawan kuno Herodotus, yang menulis tentang perang ini, memberi tahu kita bahwa sebuah batu didirikan di Thermopylae untuk mengingatkan semua orang yang melewatinya akan keberanian dan kesetiaan orang-orang Sparta yang telah tewas di sana. Di atas batu itu tertulis:

Pergi dan beritahukan kepada orang-orang Sparta yang membaca ini:

Kami menerima perintah mereka dan berbaring di sini mati.

Kemudian, dalam Perang Peloponnesos (431-404 SM), Sparta tidak lagi bertempur bersama Athena dan sekutunya, melainkan melawan mereka. Tidak mengejutkan untuk mengetahui bahwa Sparta menang.

Namun, sejarawan Athena Thucydides tidak meramalkan hasil ini ketika dia mulai mencatat perang tersebut, bahkan ketika dia sendiri bertempur di dalamnya. Mengingat bahwa Sparta begitu terkenal dengan militernya, mungkin dia seharusnya tahu lebih baik.

Sparta kuno dengan cara hidupnya yang unik sudah lama berlalu. Namun, saat ini masih ada sebuah kota bernama Sparta di Yunani, di tempat yang sama dengan kota kuno tersebut.

Jadi, bisa dibilang, orang Sparta masih ada, meskipun saat ini mereka cenderung lebih luwes (tidak kaku) dan tentu saja tidak pandai bertarung dengan tombak dan perisai seperti zaman dahulu.


Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now