Suara apa yang muncul di kepala kita saat membaca? - Luiza, usia 14 tahun dari Goiânia, Brasil
Saat pertama kali mulai membaca, kita membaca dengan suara yang keras.
Membaca dengan suara keras bisa membuat teks menjadi lebih mudah dipahami ketika kita adalah pembaca pemula atau ketika kita membaca sesuatu yang menantang. Mendengarkan diri sendiri saat membaca bisa membantu kita meningkatkan pemahaman.
Setelah itu, kita bisa jadi mulai “membaca sambil bergumam”. Kita bergumam, berbisik, atau menggerakkan bibir saat membaca. Namun, kebiasaan ini perlahan-lahan akan memudar seiring dengan berkembangnya kemampuan membaca kita, dan kemudian kita akan mulai “membaca dalam hati”. Saat itulah ketika suara di dalam kepala kita mulai muncul.
Sebagai pakar dalam membaca dan bahasa, kami sering kali melihat transisi ini – dari membaca dengan suara keras menjadi membaca dalam hati. Ini adalah bagian normal dari perkembangan kemampuan membaca seseorang. Biasanya, anak-anak sudah mahir membaca dalam hati pada kelas empat atau lima.
Pergeseran dari membaca dengan suara keras ke membaca dalam hati sangat mirip dengan bagaimana anak-anak mengembangkan keterampilan berpikir dan berbicara.
Anak-anak kecil sering berbicara kepada diri mereka sendiri sebagai cara untuk berpikir saat menghadapi tantangan. Lev Vygotsky, psikolog dari Rusia, menyebutnya sebagai “private speech” (“pembicaraan pribadi”).
Namun, bukan hanya anak-anak saja yang berbicara kepada diri mereka sendiri. Lihat saja orang dewasa yang mencoba merakit penyedot debu baru. Kita mungkin akan mendengar mereka bergumam sendiri saat mereka mencoba memahami instruksi perakitan.
Seiring kemampuan berpikir anak-anak menjadi lebih baik, mereka beralih untuk berbicara di dalam kepala mereka, bukan dengan suara keras. Hal ini disebut “inner speech” (“pembicaraan dalam hati”).
Saat kita sudah menjadi pembaca yang baik, akan lebih mudah bagi kita untuk membaca dalam hati. Membaca menjadi lebih cepat karena kita tidak perlu mengucapkan setiap kata. Kita juga bisa kembali ke bagian-bagian sebelumnya untuk membaca ulang teks tanpa mengganggu alur bacaan. Kita bahkan dapat melewatkan kata-kata pendek yang sudah kita kenal.
Membaca dalam hati itu lebih fleksibel dan memungkinkan kita untuk fokus pada hal-hal yang penting. Selama membaca dalam hati pula, kita mulai bisa mengenali “suara batin” kita (inner voice).
Mengembangkan “suara batin”
Mendengar adanya inner voice atau suara batin saat kita membaca adalah hal yang relatif lumrah. Bahkan, sebuah penelitian menemukan bahwa 4 dari 5 orang mengatakan mereka sering atau selalu mendengar adanya suara batin ketika mereka membaca dalam hati.
Ada juga yang mengatakan bahwa ada banyak jenis suara batin. Suara batin kita bisa jadi adalah suara kita sendiri: Mungkin saja suara itu terdengar mirip dengan cara kita berbicara atau mungkin sama seperti suara lisan kita. Atau, bisa jadi suara itu punya nada atau warna nada yang sama sekali berbeda.
Sebuah penelitian terhadap pembaca dewasa menemukan bahwa suara yang kita dengar di dalam kepala bisa berubah tergantung pada apa yang sedang kita baca. Sebagai contoh, jika kalimat-kalimat dalam sebuah buku diucapkan oleh karakter tertentu, kita mungkin mendengar suara karakter tersebut di kepala kita.
Jadi, jangan takut jika mulai muncul banyak suara di kepala kita ketika membaca sebuah buku - itu berarti kita sudah menjadi seseorang yang terampil membaca dalam hati.
Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara berkontribusi dalam penerjemahan artikel ini dari bahasa Inggris.