Menu Close
Penuaan adalah suatu penyakit yang mungkin dicegah dengan intervensi tertentu. Pexels/Matthias Zomer

Terobosan sains dalam memecahkan mitos “mata air keabadian” untuk mencegah penuaan

Dalam beberapa tahun terakhir, bos Amazon Jeff Besoz mengucurkan dana lebih dari US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) untuk perusahaan rintisan bioteknologi bernama Unity Biotechnology. Investasi besar ini untuk mencari obat yang dapat memperpanjang umur dan mencegah berbagai penyakit terkait usia.

Langkah tersebut juga diikuti oleh beberapa miliader bidang teknologi terkenal lainnya seperti pendiri Oracle Larry Ellison dan pendiri Google Larry page.

Apakah saat ini kita benar-benar telah menemukan mata air keabadian (fountain of youth) yang bisa membuat kita hidup lebih lama dan sehat?

Sejumlah riset pada uji coba hewan di lab dan pasien khusus menunjukkan pelambatan proses penuaan itu mungkin terjadi dengan intervensi obat-obatan tertentu.

Mitos mata air keabadian

Cerita-cerita rakyat mengenai sumber keabadian telah dikenal di berbagai kebudayaan.

Dalam mitologi Hindu, pencarian akan keabadian digambarkan dalam kisah amrita. Dewa-dewi dan Asura terlibat dalam pertempuran sengit untuk mendapatkan amrita yang diyakini memberikan umur yang panjang bagi siapa pun yang meminumnya.

Dalam cerita rakyat Arab dan Cina, mitos serupa masing-masing dikenal sebagai ainul hayat dan “peaches of immortality” atau elixir of life.

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, apakah kita telah mampu merealisasikan mitos-mitos tersebut?

Kita perlu memahami bahwa penuaan adalah penyakit, bukan proses alamiah normal.

Sejak lama penuaan dianggap sebagai bagian alami dari siklus kehidupan yang tidak dapat dihindari. Namun, berbagai penelitian modern telah menemukan bahwa penuaan sebenarnya melibatkan kerusakan DNA yang menyebakan perubahan epigenetik (perubahan aktivitas gen) dan memicu reaksi peradangan serta stress oksidatif (ketidakseimbangan antara anti-oksidan dan pro-oksidan).

Kerusakan di level seluler ini memengaruhi fungsi normal tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit terkait usia, seperti stroke, kanker, serangan jantung, dan gangguan neurodegeneratif (misalnya Alzheimer dan Parkinson).

Dengan pemahaman akan konsep tersebut, kini ilmuwan dengan mudah memperpanjang atau memperpendek umur hewan percobaan di laboratorium. Misalnya, pemberian obat-obatan yang dapat memperbaiki kerusakan DNA seperti resevatrol atau rapamycin dapat memperpanjang umur hewan percobaan secara signifikan dan mencegah atau memperlambat perkembangan berbagai penyakit akibat penuaan.

Sebaliknya, pemberian zat yang memicu kerusakan DNA seperti doxorubicin atau hidrogen peroksida dapat mempercepat proses penuaan hewan coba.

Sel zombi

Seiring bertambahnya usia, sel-sel kita mengalami penurunan fungsi dan kehilangan kemampuan untuk memperbaiki diri (regenerasi).

Selain tidak dapat berfungsi secara normal, sel-sel tersebut juga mengeluarkan molekul-molekul berbahaya yang disebut sebagai SASP (Senescence-Associated Secretory Phenotype). SASP kemudian diangkut oleh darah dan disebarluaskan ke seluruh tubuh.

Hal ini yang menyebabkan sel yang menua ini amat berbahaya karena molekul SASP yang dikeluarkan di hati misalnya, dapat menyebar hingga ke jantung dan otak dan merusak organ-organ tersebut.

Penurunan fungsi yang drastis ditambah dengan efek kerusakan terhadap sel atau jaringan lain membuat sel yang menua ini disebut dengan sel zombi (sel senesens). Serupa dengan cerita fiksi, zombi sudah tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya sebagai manusia dan berpotensi untuk merusak manusia lainnya.

Dalam proses penuaan, jumlah sel zombi ini cenderung meningkat. Hal ini kemudian berkaitan erat dengan percepatan proses penuaan dan terjadinya berbagai penyakit terkait usia.

Obat senolitik untuk anti-tua

Saat ini, ilmuwan telah mampu membuat obat yang dapat menghancurkan atau mengurangi sel zombi yang diberi nama obat senolitik. Obat ini bekerja dengan mengaktifkan jalur kematian sel, sehingga menyebabkan sel-sel zombi mati (apoptosis) dan akhirnya bisa diserap ataupun dikeluarkan dari tubuh.

Penelitian awal dengan menggunakan hewan percobaan telah menunjukkan bahwa penggunaan obat senolitik dapat memiliki efek positif pada berbagai penyakit terkait penuaan. Misalnya, obat senolitik dapat membantu mengurangi pembentukan plak aterosklerotik. Ini suatu kondisi penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Obat senolitik juga menunjukkan potensi dalam mengurangi perkembangan penyakit Alzheimer dengan mengurangi jumlah sel zombi di dalam otak. Selain itu, obat senolitik juga dapat menghambat perkembangan dan memperbaiki fibrosis paru. Ini kondisi saat jaringan paru-paru mengalami penebalan dan pengerasan sehingga tidak dapat berfungsi secara normal.

Selain menunjukkan efek penyembuhan di berbagai organ, hewan coba yang menerima obat senolitik juga memiliki umur 36% lebih panjang dan mengurangi kemungkinan mereka untuk mati hingga 65%.

Penelitian eksperimental pada hewan coba tersebut tentu saja sangat menarik. Ini menunjukkan bahwa obat senolitik dapat menjadi cara baru untuk mencegah atau menunda kematian akibat penyakit terkait usia.

Uji klinis pada manusia

Berdasarkan hasil yang menjanjikan tersebut, saat ini terdapat lebih dari 20 uji klinis terapi senolitik yang telah selesai ataupun sedang berlangsung.

Sebuah uji klinis fase I (uji kinerja obat) yang melibatkan 12 pasien fibrosis paru menunjukkan bahwa obat ini aman dan ditoleransi dengan baik. Temuan ini kemudian dijadikan dasar untuk melakukan uji klinis tahap selanjutnya.

Unity Technology saat ini baru saja menyelesaikan beberapa uji klinis yang diberi nama BEHOLD dan ENVISION. Studi ini adalah uji klinis fase ke II (uji efek samping) yang meneliti efek obat senolitik pada pasien AMD (age-related macular degeneration), suatu penyakit terkait penuaan yang menyebabkan gangguan penglihatan. Riset BEHOLD melibatkan 65 pasien dan ENVISION melibatkan 51 pasien.

Studi ini menemukan bahwa obat senolitik aman dan dapat meningkatkan penglihatan pasien. Dengan hasil positif tersebut, Unity Technology kemudian berencana akan melanjutkan studi ini ke uji klinis fase III (uji keampuhan dan keamanan obat) pada pasien AMD.

Perusahaan lain seperti TruDiagnostic saat ini juga sedang melaksanakan uji klinis fase II yang rencananya akan melibatkan 25 individu sehat untuk melihat apakah obat senolitik dapat mengurangi tanda-tanda biologis dari penuaan.

Temuan dari uji klinis ini akan sangat penting karena kita akan mendapatkan informasi tentang keamanan, efektivitas, dan kelayakan penggunaan obat senolitik sebagai pilihan terapi pada individu sehat dalam memperlambat laju penuaan dan mencegah risiko terjadinya penyakit terkait usia.

Bisakah tidak tua?

Akhirnya, meskipun data uji pra-klinis dan klinis menunjukkan hasil yang menjanjikan, obat senolitik masih tidak boleh digunakan secara bebas.

Kita masih membutuhkan beberapa studi lanjutan, khususnya uji klinis fase III untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat tersebut.

Kita memang belum dapat memecahkan teka teki obat untuk memperpanjang umur.

Namun, dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan besarnya dana yang diberikan untuk riset anti-penuaan, mata air keabadain yang dulu hanya dikisahkan melalui mitos, mungkin tidak lama lagi akan kita temukan.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,700 academics and researchers from 4,947 institutions.

Register now