Menu Close

Blog

The Conversation Indonesia umumkan 30 peneliti terpilih Science Leadership Collaborative

The Conversation Indonesia telah memilih 30 peneliti Indonesia yang akan menjadi bagian dari program Science Leadership Collaborative. Pertama kali di Indonesia, program ini dirancang khusus bagi peneliti untuk untuk mengembangkan potensi mereka dalam memimpin proyek-proyek riset inovatif serta masa depan bidang keilmuannya masing-masing.

30 peneliti terpilih ini merupakan hasil seleksi atas aplikasi dari 146 peneliti Indonesia yang tersebar di empat negara, yakni Indonesia, Australia, Jepang, dan Inggris. Pelamar dari Indonesia berasal dari 38 daerah yang tersebar mulai dari Kabupaten Bireuen, Aceh hingga Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Profil peserta beragam mulai dari ahli kesehatan, ekonomi, kebijakan publik, ahli bidang infrastruktur, konservasi alam, pertanian, perubahan iklim, pariwisata, hingga manajemen COVID-19. Mereka mewakili institusi yang beragam dari universitas, organisasi masyarakat sipil, swasta, dan juga lembaga penelitian dengan reputasi baik seperti Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) yang terafiliasi dengan Oxford University di Inggris.

Berikut adalah profil 30 peneliti yang terpilih:

30 peneliti terpilih Science Leadership Collaborative

Ali Budhi Kusuma adalah dekan sekaligus dosen di Fakultas Ilmu dan Teknologi Hayati, Universitas Teknologi Sumbawa, di Nusa Tenggara Barat. Ia mendapatkan gelar doktornya pada tahun 2020 dari Newcastle University, Inggris dengan spesialisasi riset pada mikrobiologi di lingkungan ekstrem. Ali juga membentuk Indonesian Center for Extremophile Bioresources and Biotechnology, pusat penelitian mikroorganisme lingkungan ekstrem satu-satunya di Asia Tenggara. Selain itu, ia juga aktif sebagai manajer di Sumbawa Technopark, sebuah kawasan inovasi yang didirikan untuk mendorong penelitian dan pengembangan berkelanjutan di Sumbawa.

Amalina Ghaisani Komarudin adalah peneliti di Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBM Eijkman), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Sebelumnya ia merupakan postdoctoral research fellow di unit penelitian terkait demam berdarah, setelah menyelesaikan studi doktornya di University of Groningen, Belanda. Ia memiliki keahlian di bidang biologi molekuler, ilmu tentang virus (virologi), dan kultur sel mamalia dan bakteri. Amalina juga pernah terlibat dalam berbagai proyek kerjasama riset, termasuk kolaborasi bidang biologi molekuler antara PRBM Eijkman dan Edinburgh Napier University, Skotlandia, serta pengembangan Vaksin Merah Putih.

Antonia Morita Iswari Saktiawati adalah peneliti dan dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia mendapatkan gelar doktor dari University of Groningen, Belanda, dengan fokus riset mengenai tuberkulosis. Penghargaan yang Antonia pernah terima meliputi Faculty for The Future Award dari yayasan yang terafiliasi dengan perusahan yang memberikan jasa untuk eksplorasi minyak bumi Schlumberger Foundation pada tahun 2014, Excellent Academics Awards in Publication dari UGM pada tahun 2019, hingga Rising Star Award, sebuah rekognisi yang diberikan oleh 7th International Workshop on Lung Health di Praha, Ceko pada tahun 2020 untuk penelitiannya terkait diagnosa tuberkulosis menggunakan “hidung elektronik” .

Ardiantiono adalah peneliti dan pegiat konservasi yang sedang menjalankan studi doktoralnya di University of Kent, Inggris. Sebelumnya ia menjabat sebagai koordinator untuk ilmu keanekaragaman di Wildlife Conservation Society-Indonesia Program, sebuah organisasi yang bergerak di bidang konservasi margasatwa dan habitatnya. Riset-risetnya berkaitan erat dengan konflik antara manusia dan satwa liar, konservasi sosial, pemodelan statistik, dan ekologi populasi. Ia juga aktif di Forum HarimauKita, sebuah organisasi non-pemerintah yang berfokus pada konservasi Harimau Sumatra.

Ayu Krishna Yuliawati adalah dosen dan peneliti di Fakultas Pendidikan Bisnis dan Ekonomi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ia memperoleh gelar doktornya dari universitas yang sama di tahun 2017. Ayu juga merupakan penasihat senior dan anggota di Resilience Development Initiative (RDI)), lembaga riset yang berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan ketahanan masyarakat. Riset-riset Ayu saat ini berfokus pada topik seputar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan kewiraswastaan, pemberdayaan komunitas, perempuan dan pemuda, manajemen, pemasaran, dan studi gender.

David Virya Chen merupakan peneliti di Systems Immunology Department, Osaka University Immunology Frontier Research Center_ (IFReC) Jepang. Ia memperoleh gelar doktor pada tahun 2021 dari universitas yang sama dengan Beasiswa Taniguchi yang didanai oleh The Research Foundation for Microbial Diseases of Osaka University (BIKEN Foundation). Riset-riset David berkaitan erat dengan biologi molekuler dari kanker, penuaan, virologi, dan ilmu tentang kekebalan tubuh (imunologi). Saat ini, David juga sedang melakukan riset seputar virus SARS-Cov-2.

Fajar Ajie Setiawan merupakan dosen di Universitas Wanita Internasional, Bandung, yang sedang menjalani studi doktornya di Kobe University, Jepang dengan Beasiswa MEXT dari Pemerintah Jepang. Spesialisasinya meliputi hukum lingkungan internasional dan politik lingkungan global. Riset-risetnya juga berkaitan dengan limbah berbahaya dan sampah plastik di laut. Ia pernah menjadi satu dari 20 orang yang terpilih untuk mengikuti Future Leaders’ Declaration on ASEAN-Japan Cooperation for International Marine Plastic Waste di Tokyo pada 15 Maret 2021.

Firman Zulkifli Amin merupakan seorang dokter klinis yang saat ini menjabat sebagai direktur di PT. MFK Baraka Corpora, sebuah perusahaan berbasis riset yang bergerak di bidang medis. Doktor lulusan University of Tsukuba, Jepang, ini memiliki spesialisasi di bidang ilmu penyakit tentang kulit dan pengobatannya (dermatologi) dan memegang dua paten di Indonesia dengan salah satunya untuk pengobatan COVID-19. Pada tahun 2019, Firman menjadi satu dari 21 Bakal Calon Rektor Universitas Indonesia periode 2019-2024.

Flori Ratna Sari merupakan dosen dan Wakil Dekan Bidang Akademik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Banten. Ia memperoleh gelar doktor dari Niigata University of Pharmacy and Applied Sciences, Jepang. Riset-riset Flori berfokus pengembangan obat. Pada tahun 2019, Flori menjadi 1 dari 25 peneliti terbaik Biannual Conference on Research Result yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia.

Habib Muhammad Shahib merupakan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Universitas Fajar, Makassar, Sulawesi Selatan. Habib menerima gelar doktornya dari Universitas Brawijaya, Malang, pada tahun 2020. Ia memiliki ketertarikan riset di bidang tata lingkungan serta pengelolaan sumber daya alam. Selain itu, latar belakang dan pengalamannya sebagai aktivis juga membuat riset-risetnya banyak mempelajari dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas dan kebijakan lembaga publik dan swasta terhadap komunitas lokal.

Himawan Tri Bayu Murti Petrus merupakan kepala di Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia memperoleh gelar doktor dari Department of Earth Resources Engineering, Kyushu University, Jepang. Ia memiliki fokus riset di bidang pengolahan mineral, konservasi energi, dan perlindungan lingkungan. Pada tahun 2020, ia terpilih sebagai salah satu ASEAN Science Diplomat yang bertanggung jawab melakukan pengembangan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara.

Indra Chandra adalah pengajar di Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom, Bandung. Selain itu, Indra juga merupakan direktur di Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra, Jakarta. Ia memperoleh gelar doktor dari Kanazawa University, Jepang. Riset-risetnya di antaranya berkaitan erat dengan ilmu atmosfer, ilmu dan teknologi lingkungan untuk menjaga polusi udara dan air. Indra adalah pemegang dua paten di Indonesia yang berkaitan dengan alat pemantau kualitas udara yang berbasis internet.

Krisna Puji Rahmayanti adalah pengajar bidang pemerintahan, kebijakan, dan layanan publik untuk isu kesehatan, bencana, dan manajemen publik di Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia. Ia juga sedang menjalani studi doktoral di University of Birmingham, Inggris dengan fokus riset di bidang tata kelola bencana. Krisna juga merupakan salah satu pendiri Pusat Kolaborasi & Resiliensi), sebuah komunitas yang mendorong forum kolaborasi lintas sektor, peningkatan literasi pendidikan tinggi, dan mitigasi risiko bencana.

Laila Kholid Alfirdaus adalah dosen dan Ketua Program Studi Magister Ilmu Politik di Universitas Diponegoro, Semarang. Ia menerima gelar doktornya dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Riset-risetnya memiliki fokus di bidang kebijakan publik, termasuk perencanaan dan evaluasi di lembaga publik dan non-profit, analisis gender, politik lingkungan, dan riset masyarakat sipil. Selain itu, Laila juga memiliki pengalaman di ranah praktis sebagai konsultan ahli kebijakan dan pemerintahan. Saat ini, Laila juga menjabat sebagai dewan redaksi di POLITIKA, jurnal isu-isu ilmu politik yang diterbitkan oleh Universitas Diponegoro.

Mas Rizky A. A. Syamsunarno merupakan dosen di Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Bandung. Penerima Beasiswa Monbukagakusho MEXT dari pemerintah Jepang ini memiliki spesialisasi di bidang metabolisme dan penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Gelar doktornya diperoleh dari Graduate School of Medicine, Gunma University, Jepang. Ia menerima dua kali penghargaan Dean’s Awards for Excellent Research dari Gunma University serta Young Investigator Award dari International Society for Heart Research - Japan Section.

Maya Puspita adalah Kepala Penelitian dan Pengembangan di Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), perkumpulan para pedagang, akademisi, serta pegiat rumput laut yang merupakan anggota luar biasa Kamar Dagang Indonesia (KADIN). Ia memperoleh gelar doktornya pada tahun 2014 dari Universite Bretagne Sud, Prancis. Riset-risetnya berkaitan erat dengan bioteknologi laut dan ekologi kimia, serta pemulihan dan budidaya rumput laut. Baru-baru ini, Maya berkolaborasi dengan Ocean University of China (OUC) untuk melakukan riset tentang budidaya rumput laut.

Muh. Taufik adalah ahli ilmu yang berkaitan dengan air bawah tanah (hidrologi) sekaligus dosen di Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia memperoleh gelar doktornya dari Wageningen University, Belanda. Riset-risetnya fokus pada topik hidrologi, sumber daya air, kekeringan kebakaran, dan sistem peringatan kebakaran di lahan gambut tropis. Selama empat tahun terakhir, Taufik berkolaborasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, BRIN, dan Badan Restorasi Gambut Indonesia (BRGM) untuk mengembangkan sistem peringatan dini kebakaran di lahan gambut serta sistem pemantauan bahaya kebakaran gambut berbasis web bernama SIGambut.

Muhammad Abdurrahman Munir merupakan dosen di Departemen Farmasi, Universitas Alma Ata, Yogyakarta. Ia memperoleh gelar doktor pada tahun 2021 dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Abdurrahman merupakan ahli di bidang kimia analitik, sensor, polimer, dan sintesis. Di samping kesibukannya sebagai dosen, Abdurrahman juga aktif menjadi editor di Indonesian Pharmacy and Natural Medicine (INPHARNMED) Journal, jurnal yang mempublikasikan artikel ilmiah di bidang farmasi. Ia merupakan pemegang tiga paten, termasuk paten untuk perawatan pada kayu kepala sawit.

Naimah Lutfi Abdullah Talib merupakan kandidat doktor di University of Melbourne, Australia. Riset doktoralnya mengeksplorasi implikasi proyek mega-infrastruktur yang terjadi di wilayah pesisir di Indonesia terhadap keadilan sosial. Selain itu, ia juga memiliki ketertarikan riset di bidang pembangunan sosial, pengelolaan sumber daya alam, dan ketahanan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Saat ini Naimah juga bekerja sebagai konsultan untuk Bank Dunia dan peneliti tamu di Pusat Riset Masyarakat dan Budaya di BRIN.

Ni Kadek Dita Cahyani adalah dosen Program Studi Biologi di Universitas Diponegoro, Semarang. Lulusan doktor dari University of California, Los Angeles, Amerika Serikat ini merupakan ahli dalam mengidentifikasi spesies dan menilai keanekaragaman hayati dengan pendekatan genetika dan molekuler. Sebelum bergabung dengan Universitas Diponegoro, Dita memiliki pengalaman sebagai peneliti di Marine Education & Research Organisation Foundation, pusat pendidikan dan riset kelautan di Bali, dan Yayasan Biodiversitas Indonesia (Bionesia), organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan, riset, dan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

Nuraziz Handika adalah dosen dan peneliti di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Ia memperoleh gelar doktor dari INSA Toulouse, Prancis. Ia merupakan ahli di bidang rekayasa struktural, terutama dalam percobaan dan pemodelan mekanika rekahan suatu struktur dan material. Nuraziz juga tergabung dalam Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan, kumpulan para ahli jembatan di berbagai unsur yang bertugas melakukan evaluasi keamanan jembatan dan terowongan di Indonesia agar memenuhi standar yang berlaku.

Rhesi Kristiana adalah peneliti dan ketua Marine Education & Research Organisation Foundation, sebuah pusat pendidikan dan riset kelautan di Bali. Riset yang dilakukan Rhesi berkaitan erat dengan mikrobiologi kelautan dan penemuan molekul dari laut yang dapat dijadikan bahan obat untuk manusia. Saat ini Rhesi juga terlibat dalam beberapa proyek riset kolaboratif mengenai molekul laut dengan ilmuwan di Indonesia, Belanda, Jerman, dan Malaysia. Ia juga menjadi salah satu penerima Science & Technology Research Grant 2021, yaitu bantuan dana riset dari Indonesia Toray Science Foundation untuk peneliti-peneliti muda di perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Ricardo F. Tapilatu adalah dosen dan juga Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Laut Pasifik, Universitas Papua. Ia menerima gelar doktor dari University of Alabama at Birmingham, Inggris. Dedikasinya untuk konservasi laut mengantarkannya menjadi salah satu peraih The Pew Fellows Program in Marine Conservation, sebuah penghargaan yang diberikan kepada individu atau kelompok atas kontribusinya dalam melestarikan dan melindungi lautan dan spesies laut dunia, pada tahun 2018. Ricardo juga terlibat dalam berbagai proyek riset dan konservasi megafauna laut serta pembangunan sistem berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber daya laut.

Riska Ayu Purnamasari adalah seorang peneliti di Innovation Centre for Tropical Sciences , sebuah organisasi yang fokus pada penelitian dan pengembangan, edukasi, penggunaan, serta pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi tropis. Selain memiliki gelar doktor di bidang ilmu spasial multidisiplin dari University of Tsukuba, Jepang, Riska juga merupakan ahli di bidang pertanian, biologi, lingkungan, penyakit pada tanaman, penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis (SIG). Riset-risetnya banyak berkaitan dengan pengaplikasian SIG dan penginderaan jauh di bidang pertanian serta dampak perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian.

Suwarti adalah peneliti penyakit menular yang juga merupakan postdoctoral fellow di Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (sekarang Oxford University Clinical Research Unit in Indonesia). Ia bergabung dengan Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) pada 2019 sebagai bagian dari tim di program tuberkulosis, setelah sebelumnya menjadi postdoctoral fellow di Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI). Sebelumnya, Ia juga turut mengembangkan vaksin tuberkulosis di National Institutes of Biomedical Innovation, Health and Nutrition, organisasi yang berfokus pada penelitian dan pengembangan teknologi untuk obat-obatan dan alat kesehatan di Jepang. Lulusan doktor dari Hokkaido University, Jepang ini banyak terlibat dalam berbagai proyek riset, terutama mengenai diagnostik molekuler untuk tuberkulosis dan COVID-19.

Tunjung Mahatmanto merupakan dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan di Universitas Brawijaya, Malang. Riset-risetnya fokus di bidang biosains molekuler dan bioteknologi industri. Ia menyelesaikan studi doktoralnya pada tahun 2015 di University of Queensland, Australia. Pada tahun 2016-2018, Tunjung menjadi postdoctoral research fellow di Biodesign Institute, Arizona State University, Amerika Serikat, dan menerima penghargaan Aristotle Award atas risetnya yang menggunakan pendekatan yang menggabungkan sejumlah disiplin. Saat ini, Tunjung juga menjabat sebagai Lead Scientific Advisor for Product Development di PG Rajawali I, perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri tebu.

Venticia Hukom adalah ahli ekonomi di bidang budidaya perairan yang saat ini menjabat sebagai Manajer Sistem Pertanian Pangan di Yayasan Inobu (sekarang Kaleka), sebuah lembaga penelitian yang fokus untuk memperkuat inovasi kebijakan dan desain yang mengarah pada produksi komoditas dan penggunaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan. Ia memperoleh gelar doktor di bidang ekonomi sumber daya dan pangan dari University of Copenhagen, Denmark. Memiliki latar belakang manajemen budidaya, Venticia juga memiliki pengalaman bekerja sebagai Manajer Proyek dan Peneliti di salah satu perusahaan di Malaysia, Global Satria Sdn. Bhd.

Watumesa Agustina Tan adalah dosen di Fakultas Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Setelah mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2007, ia langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktoral pada tahun 2010 di University of California Davis, Amerika Serikat dengan beasiswa Fulbright. Riset-risetnya berkaitan erat dengan keberlanjutan lingkungan melalui pengelolaan limbah, terutama dari aspek genetik mikrobiologis dan molekuler. Watumesa adalah penerima Science and Technology Research Grant dari Indonesia Toray Science Foundation, yayasan yang didirikan untuk mendorong pengembangan sains dan teknologi, untuk risetnya terkait penggunaan bakteri dalam penguraian plastik biodegradable.

Yerik Afrianto Singgalen merupakan dosen Program Studi Pariwisata di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Ia memperoleh gelar doktor dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, pada tahun 2019. Riset-risetnya berfokus pada kajian pariwisata, sistem informasi, dan studi pembangunan. Yerik memiliki visi untuk merancang sistem pengelolaan destinasi pariwisata terpadu di Indonesia yang juga memberdayakan masyarakat. Saat ini, Yerik sedang melakukan riset terkait manajemen pariwisata berkesinambungan di Pulau Dodola di Morotai, Maluku Utara.

Yosmina Tapilatu adalah peneliti yang saat ini juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pusat Riset Laut Dalam, BRIN. Ia mendapatkan gelar doktor dari Universite Aix-Marseille II (sekarang Aix-Marseille University), Prancis. Riset-risetnya berfokus pada kajian ekologi kelautan dan studi laut dalam. Pada tahun 2011, ia menjadi salah satu peneliti perempuan yang memenangkan L’Oreal-UNESCO Indonesia For Women in Science, sebuah program pendanaan untuk ilmuwan perempuan yang berkontribusi dalam sains. Ia juga menerima hibah pascadoktoral dari DAAD, organisasi pendanaan untuk pertukaran pelajar dan peneliti internasional dari Jerman, pada tahun 2020.

Selanjutnya, para peneliti terpilih akan mengikuti serangkaian lokakarya dari fasilitator dan pembicara internasional. Selain itu, mereka juga akan mengikuti sesi mentoring bersama ilmuwan terkemuka dari dalam dan luar negeri, serta terlibat dalam berbagai kegiatan yang mendorong kolaborasi antar-peserta.

Science Leadership Collaborative secara spesifik dirancang menggunakan metode terdepan dan paling mutakhir untuk mendukung perkembangan vertikal para peserta, khususnya dalam aspek kepemimpinan dan kolaborasi.

Program ini antara lain menggunakan pendekatan seperti Leadership Development yang dikembangkan di Harvard University, serta kerangka pemikiran dari Salim Ismail—ahli disrupsi dan organisasi eksponensial dari India, Barry Oshry—pelopor pemikiran sistem dari Amerika Serikat, dan Nora Bateson—pengembang teori kompleksitas dari International Bateson Institute yang berbasis di Swedia.

Program ini akan berjalan selama sembilan bulan, dimulai dari Juni 2022. Mari kita sambut 30 peneliti terpilih Science Leadership Collaborative dengan hangat!


Baca siaran pers: 30 Indonesian Researchers to Participate in A World-Class Leadership Program


Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,943 institutions.

Register now