Musahwi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Studi literatur menemukan bahwa perempuan Indonesia mulai menunda untuk menikah pada usia matang. Persepsi para kaum muda tentang pernikahan dan korelasinya dengan kualitas hidup telah bergeser.
Banyak pasangan yang menikah di luar negeri lalu mencatatkannya di kantor catatan sipil di Indonesia. Ada pula yang mengubah identitas agama resminya di KTP.
Kontroversi dan sulitnya pelaksanaan perkawinan beda agama di Indonesia merupakan suatu paradoks dalam wacana kebebasan beragama dan hak asasi manusia.
Sampai saat ini, upaya untuk meningkatkan gizi ibu sebagian besar difokuskan pada dukungan selama kehamilan dan menyusui. Padahal, penting sekali meningkatkan status gizi perempuan sebelum hamil.
Mitos lama bahwa perempuan berpendidikan tinggi di atas usia 40 akan sulit menikah masih bertahan. Sebenarnya, hal ini tidak benar di AS, tapi di Cina beda lagi.
Sebuah survei yang dilakukan di Yogyakarta menunjukkan semakin fleksibel peran antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga, maka akan semakin bahagia kehidupan mereka dalam keluarga.
Persoalan kesehatan ibu, bukan sekadar bagaimana ibu dan bayi dapat lahir selamat. Lebih dari itu, bagaimana kita mempersiapkan “pemimpin” untuk keluarga, bahkan kelak untuk negara.
Ingin hubungan monogami tanpa adanya rasa cemburu? Menurut seorang peneliti, buang kekhawatiran soal hubungan dekat pasangan Anda dengan orang lain dan bikin aturan Anda sendiri soal hubungan.
Banyak ibu dan bapak paham konsekuensi memiliki anak pada hubungan pernikahan. Tetapi orang muda yang sedang jatuh cinta tidak tahu ini; mereka pikir punya anak akan memperindah pernikahan.