Menu Close

Blog

The Conversation Indonesia pilih penulis terbaik tahun ini dalam #TCIDAuthorAwards2020

TCID Author Awards 2020.

Tahun 2020 adalah tahun yang luar biasa menantang bagi semua orang.

Namun kami melihat betapa peran ahli, ilmuwan, dan akademisi menjadi begitu penting dalam menawarkan penjelasan dan solusi berdasarkan ilmu pengetahuan untuk membantu masyarakat dalam menghadapi berbagai kesulitan dan ketidakpastian setahun terakhir di tengah pandemi COVID-19.

Sepanjang tahun ini kami telah menerbitkan 921 artikel oleh 854 penulis yang telah dibaca sebanyak lebih dari 21 juta kali.

Pada penghujung tahun, kami ingin mengapresiasi para ilmuwan yang telah menulis di The Conversation Indonesia dan telah membagikan pengetahuan pada publik dan juga berkontribusi dalam memperkuat kebijakan.

Oleh karena itu, untuk pertama kalinya kami memberikan penghargaan kepada sejumlah penulis kami yang telah membantu kami menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan memperkuat kebijakan lewat #TCIDAuthorAwards2020.

Penghargaan kepada penulis dengan pembaca terbanyak kami berikan pada Iqbal Elyazar, peneliti epidemiologi di Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU), yang telah berbagi dengan lebih dari 550.000 pembaca lewat enam artikel yang ditulisnya.

Artikel Iqbal yang paling banyak dibaca berjudul Penularan COVID-19 di Indonesia bisa tembus 11-71 ribu akhir April jika tak ada intervensi cepat

Penghargaaan kepada penulis dengan tulisan paling banyak kami berikan kepada Muhammad Zulfikar Rakhmat, dosen Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta, yang telah menulis 31 artikel dalam waktu setahun terakhir.

Tulisan paling populer dosen yang sering disapa Fikar adalah artikel bahasa Inggris tentang bagaimana menuntut Cina soal pandemi COVID-19 adalah langkah yang mustahil , dibaca oleh lebih dari 67.000 orang.

Kemudian, kami memberikan penghargaan kepada Senza Arsendy, peneliti di Inovasi, sebuah program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia untuk sektor pendidikan, sebagai penulis yang artikelnya paling banyak dibahas di media sosial.

Sebuah utas Twitter tentang artikel Senza yang berjudul Mengapa orang Indonesia merasa kunci sukses seseorang ada pada ikhtiar dan bukan latar kelas sosialnya? menjadi konten media sosial kami yang paling banyak mendapat perhatian dari warganet. Utas tersebut mendapat retweet 6.700 dan likes 11.900

Selain memberikan apresiasi kepada penulis terpopuler, terproduktif, dan terviral, para editor The Conversation Indonesia juga memilih penulis favorit dari masing-masing rubrik.

Editor Bisnis dan Ekonomi, Yessar Rosendar, memilih Stevanus Pangestu, dosen di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya di Jakarta sebagai penulis favoritnya.

“Selain karena banyak yang membaca, topik yang dibahas juga kebanyakan tentang personal finance atau keuangan pribadi yang menyentuh langsung masyarakat secara luas,” ujar Yessar.

Salah satu tulisannya yang meneliti tentang pola konsumsi generasi Z paling banyak dibaca dalam rubrik bisnis dan ekonomi.

Editor Sains, Teknologi dan Kesehatan, Ahmad Nurhasim, memilih Irwandy, dosen Universitas Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan sebagai penulis favorit.

“Ia mampu menjelaskan konsep kesehatan yang mengandung banyak istilah teknis dan jargon menjadi mudah dipahami oleh pembaca yang tidak punya latar belakang kesehatan,” jelas Nurhasim.


Read more: Saatnya mencegah Indonesia jadi "Italia-nya ASEAN" karena COVID-19: 4 hal penting ini harus dilakukan pemerintah


Editor Politik dan Masyarakat, Andre Arditya, memilih Kanti Pertiwi, dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, karena artikel-artikelnya sering menawarkan perspektif yang berbeda dan menarik bagi pembaca.


Read more: ASN serba salah: bagaimana birokrat Indonesia kian jadi bulan-bulanan kala pandemi


Editor Pendidikan dan Anak Muda, Luthfi Dzulfikar, memilih Shintia Revina yang bersama dengan rekan-rekan penelitinya di lembaga penelitian SMERU Institute memberikan analisis yang penting dan membuka mata terkait beberapa akar permasalahan dalam iklim pendidikan di Indonesia. Salah satunya terkait kebijakan rekrutmen guru yang kurang tepat sasaran dan tingkat literasi membaca siswa di Indonesia yang masih rendah.

Editor Lingkungan Fidealis Satriastanti memilih Laila Kholid Alfirdaus, ketua program studi Magister Ilmu Politik, di Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia karena luwes dalam bahasa, namun tajam dalam analisis.

“Ia kerap menghadirkan cara pandang kritis dan relevan soal aktivisme pemuda dan perempuan, hingga kerusakan lingkungan hidup dari sudut pandang politik,” ungkap Fidelis.


Read more: "Politik bisnis" dalam pilkada menyulut risiko perusakan lingkungan hidup


Penghargaan ini merupakan wujud rasa terima kasih kami kepada penulis-penulis The Conversation Indonesia yang selama setahun terakhir ikut menyebarluaskan pengetahuan dan memperkuat kebijakan tidak hanya di Indonesia tapi juga di belahan dunia lain.

Lewat penghargaan ini, kami mengharapkan kolaborasi yang semakin kuat antara The Conversation Indonesia dengan para ahli, ilmuwan, dan akademisi pada tahun-tahun mendatang.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,900 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now