Selain memahami mengenai sumber dan pola gempa, kita juga sangat perlu menerapkan pembangunan konstruksi yang aman gempa sebagai dari upaya pengurangan risiko bahaya gempa.
Perempuan korban tsunami Selat Sunda berdiri di depan rumahnya yang rusak di Kecamatan Sumur, Banten, 26 Desember 2018.
Fajrul Islam/Shutterstock
Dalam perspektif gender, perempuan banyak menjadi korban dalam situasi bencana karena memiliki akses yang lebih rendah terhadap sumber daya seperti sarana toilet dan air bersih selama di pengungsian.
Rumah rusak akibat gempa bumi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, 11 Oktober 2018. Setidaknya 2,045 orang tewas akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
EPA/Hotli Simanjuntak
Kota dan kabupaten di Indonesia harus memiliki perencanaan tata ruang yang peka terhadap bencana atau bahkan mempromosikan budaya keselamatan dalam kehidupan sehari-hari publik.
Laki-laki melewati perumahan yang hancur setelah dihajar gempa di Perumahan Balaroa di Kota Palu, 2 Oktober 2018.
EPA/HOTLI SIMANJUNTAK
Belajar dari gempa Lombok dan Palu, seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia bangkit dan sadar pentingnya dan gentingnya beraksi mengurangi risiko bencana.
Tentara dan anggota tim penyelamat membawa korban tewas yang tertimpa bangunan setelah gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 7 Agustus 2018.
Adi Weda/EPA
Sejak publikasi katalog gempa Jepang yang berisi 8331 gempa yang dideteksi seismograph yang dikembangkan Milne dan timnya, kalangan akademisi dan birokrat Jepang menjadi lebih sadar gempa.
Anggota tim tanggap darurat bencana bermain dengan anak-anak di pusat penyembuhan trauma di Tanjung, utara Lombok, NTB, 9 Agustus 2018.
ADI WEDA/EPA