Menu Close

Bagaimana partikel tempe dapat kelabui bakteri E.Coli untuk melawan diare

Perajin membuat tempe berbahan baku kedelai impor yang kini harganya naik dari Rp9.600 menjadi Rp10.300 per kilogram di Sanan, Malang, Jawa Timur, 11 Januari 2022. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc

Diare merupakan penyakit masih banyak ditemukan di banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Data Kementerian Kesehatan pada 2018 menyatakan penyakit diare merupakan ancaman kesehatan bagi sekitar 25% populasi anak di bawah lima tahun di Indonesia.

Di Indonesia, umumnya ada dua cara untuk mengatasi diare yang diakibatkan oleh bakteri E.Coli. Di antaranya adalah mengkonsumsi oralit dan antibiotik. Dunia kesehatan masih berupaya untuk mencari metode yang sesuai untuk mencegah infeksi bakteri E.Coli tanpa efek samping seperti penggunaan antibiotik.

Salah satu jawaban yang mungkin bisa ditawarkan justru berasal dari makanan tradisional Indonesia yang kita kenal sebagai tempe.

Selain bernutrisi, tempe juga sudah dikenal oleh masyarakat Jawa memiliki khasiat dalam mengobati diare. Tempe jamak digunakan untuk mengobati diare pada balita dan hewan peliharaan.

Akan tetapi, baru dalam satu dekade terakhir ini diketahui mengapa tempe dapat mengobati diare.

Penyebab diare

Meski ada beragam penyebab diare (bakteri, virus, atau parasit), gejala yang muncul umumnya sama: keluarnya cairan tubuh melalui indera pencernaan. Hal ini disebabkan oleh kuman penyebab diare ingin menggunakan nutrisi yang tersimpan di dalam cairan tubuh kita.

Salah satu jenis diare yang umum ditemukan di Indonesia adalah traveler’s diarrhea dan diare di kalangan anak menyusui.

Traveler’s diarrhea adalah diare yang menyerang wisatawan, khususnya dari negara maju, ketika menyantap makanan yang tidak bersih. Sedangkan diare di kalangan anak yang menyusui umumnya diakibatkan oleh air minum yang tidak dimasak dengan baik.

Keduanya disebabkan oleh sumber yang sama, yakni bakteri enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC).

ETEC dapat menyerang manusia dengan cara menempel pada permukaan usus. Sel-sel yang menyusun usus manusia memiliki struktur karbohidrat pada permukaannya. Karbohidrat inilah yang dimanfaatkan ETEC sebagai ‘jangkar’ agar bisa menempel di permukaan usus..

Gambar 1. Mekanisme ETEC dalam menyebabkan diare. (A) Sel ETEC akan mengenali molekul karbohidrat pada permukaan sel usus sehingga (B) dapat menempel pada karbohidrat tersebut untuk menghasilkan toksin. Gambar disadur dari Bringer & Darfeuille-Michaud (2015).

Setelah berhasil menempel di permukaan usus, ETEC akan menghasilkan racun yang disebut toksin. Toksin kemudian masuk ke dalam sel usus dan menyebabkan usus memompa cairan tubuh keluar supaya sel ETEC dapat memperoleh nutrisi.

Cara umum untuk mengobati diare adalah dengan mengkonsumsi oralit, larutan garam dan gula yang menggantikan cairan tubuh yang hilang. Karena fungsinya menggantikan cairan tubuh, maka oralit sebenarnya tidak berperan apa-apa dalam melawan ETEC. Pasien harus bergantung pada sistem pertahanan tubuhnya untuk mengatasi infeksi ETEC tersebut.

Cara yang kedua adalah dengan menggunakan antibiotik yang dapat membunuh ETEC. Namun saat ini, penggunaan antibiotik mulai menjadi sorotan di dunia kesehatan. Sebab, antibiotik bukan hanya dapat membunuh bakteri jahat namun juga bakteri baik yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Selain itu, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat memunculkan bakteri resisten antibiotik yang akan semakin susah dilawan dengan antibiotik.

Nah, tempe memberikan kemungkinan jawaban atas masalah ini.

Cara tempe mencegah diare

Tempe adalah produk makanan fermentasi tradisional berbahan kacang-kacangan, umumnya kedelai, yang ditumbuhi oleh jamur yang dikenal sebagai jamur tempe. Jamur tersebut memecah dan menyederhanakan struktur zat-zat kimia dalam kedelai sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh.

Proses ini kemudian meningkatkan nilai nutrisi kedelai setelah proses fermentasi menjadi tempe.

Salah satu zat dipecah oleh jamur tempe adalah karbohidrat. Zat inilah yang berperan penting dalam mencegah infeksi oleh ETEC.

ETEC dapat menempel pada sel usus manusia karena memanfaatkan karbohidrat sebagai ‘jangkar’ di sel usus. Karbohidrat pada tempe yang dihasilkan selama proses fermentasi ternyata memiliki struktur yang mirip seperti ‘jangkar’ karbohidrat yang ada pada sel usus manusia.

Struktur yang mirip ini dapat menyebabkan ETEC salah menempel di partikel tempe, bukan di permukaan usus. Sel-sel ETEC yang menempel pada karbohidrat tempe akan dengan mudah dikeluarkan dari sistem pencernaan.

Gambar 2. Mekanisme partikel tempe dalam mencegah diare. (A) ETEC dapat menempel pada sel usus dengan bantuan molekul karbohidrat namun (B) partikel tempe memiliki struktur yang mirip dengan karbohidrat pada permukaan sel usus sehingga ETEC akan menempel pada partikel tempe. Gambar disadur dari Sun & Wu (2017).

Hal yang menarik dari cara kerja karbohidrat tempe mengatasi diare adalah prosesnya tidak mematikan bakteri seperti pada antibiotik. Proses ini juga mencegah kemunculan bakteri yang resisten.

Konsumsilah tempe secara rutin

Makan tempe saja tidak bisa menjadi solusi langsung mengatasi diare. Ketika kita mengkonsumsi tempe, perlu diingat bahwa partikel tempe akan melewati lambung yang bersifat asam. Hal ini menyebabkan sebagian dari karbohidrat tempe akan rusak.

Namun, jika kita rajin mengkonsumsi tempe, maka makin banyak juga karbohidrat tempe yang dapat melewati kondisi asam di lambung sehingga meningkatkan jumlah karbohidrat tempe yang ada di dalam usus.

Harapannya, jika sel ETEC menyerang tubuh, maka karbohidrat tempe sudah siap melindungi sistem pencernaan kita.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now