Menu Close
Gunung berapi Rinjani dilihat dari pantai barat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dokumentasi pribadi, Author provided (no reuse)

Berbeda dengan bencana tsunami Krakatau dan Tambora, letusan Gunung Samalas pada abad ke-13 tidak memicu tsunami

Letusan Gunung Samalas tahun 1257 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan salah satu erupsi terbesar di dunia dalam 7.000 tahun terakhir.

Skala letusan Gunung Samalas hampir sama dengan letusan Gunung Tambora 1815 dan Gunung Krakatau 1883 yang pasca erupsinya memicu tsunami.

Meskipun letusan Gunung Samalas mengakibatkan gangguan iklim global di belahan Bumi bagian utara yang mengakibatkan tidak adanya musim panas dan material vulkanik yang menutupi seluruh Lombok dan mengubur ibu kota Kerajaan Lombok kuno Pamatan, tapi riset kami menunjukkan bahwa belum ada bukti kuat yang mendukung bahwa letusan Samalas memicu tsunami skala besar di pantai barat Sumbawa.

Riset tsunami masa lampau

Pasca letusan, setidaknya ada 4,5 km kubik material vulkanik penuh batu apung yang mengalir ke sisi timur pulau dan sebagian di antaranya memasuki Selat Alas yang memisahkan Lombok dan Sumbawa di NTB. Material Samalas yang memenuhi Selat Alas juga tercatat dalam sumber tertulis kuno, yaitu Babad Suwung.

Berdasarkan fakta tersebut, kami kemudian mengambil fosil karang dan kerang dari endapan yang berasal dari proses yang terjadi di laut pada dua lokasi di pantai barat Sumbawa, yaitu Pulau Belang dan Desa Kiantar di NTB (Gambar 1), untuk melakukan analisis penanggalan radiokarbon.

Analisis tersebut kami gunakan untuk mengetahui umur fosil karang dan kerang dengan memanfaatkan isotop radioaktif dari karbon.

Kami memilih lokasi ini karena tiga alasan lainnya:

  1. Lokasi tersebut berhadapan langsung dengan jalur masuknya aliran material vulkanik Samalas yang ditunjukkan oleh tebing penuh batu apung setebal 15 meter di sisi timur Lombok.
  2. Jarak antara pantai timur Lombok dan pantai barat Sumbawa yang cukup dekat, yaitu 14 km.
  3. Aktivitas Samalas terbukti meninggalkan jejaknya di pantai barat Sumbawa dan bahkan meninggalkan tradisi oral yang melarang para penduduknya untuk tinggal di dekat pantai.

Kami juga mengumpulkan sampel sedimen dan batuan untuk analisis laboratorium terkait identifikasi asal proses dan fenomena yang pernah terjadi di kedua lokasi tersebut.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel karang, kerang, dan sedimen di pantai barat Sumbawa (T1-T6; modifikasi dari Mutaqin dkk., 2021).

Berdasarkan hasil penanggalan radiokarbon, sampel karang di Pulau Belang menunjukkan dua rentang tahun yang serupa, yaitu antara 1527-1672 dan 1540-1698.

Selanjutnya, penanggalan radiokarbon terhadap fosil karang dan kerang di Desa Kiantar menegaskan bahwa setidaknya ada 2 kejadian tsunami yang pernah terjadi, yaitu tsunami abad ke-4 dan ke-9.

Hal ini berarti bahwa fenomena yang mengendapkan fosil karang dan kerang di pantai barat Sumbawa terjadi justru jauh sebelum dan sesudah erupsi Samalas 1257 (Gambar 2).

Gambar 2. Hasil penanggalan radiokarbon di Pulau Belang (PB) dan Desa Kiantar (DK) (Modifikasi dari Mutaqin dkk., 2021).

Karena analisis menunjukkan bahwa penyebabnya bukan letusan Samalas (aktivitas vulkanik), kami menduga ada dua kemungkinan penyebab ditemukannya fosil karang dan kerang di pantai barat Sumbawa: badai laut atau tsunami tektonik (tsunami yang terjadi karena gempa di dalam laut).

Kami mengeliminasi kemungkinan pertama setelah melihat sejarah gelombang di Selat Alas 14 tahun terakhir yang tidak menunjukkan adanya gelombang ekstrem yang berpotensi membawa material laut jauh ke daratan.

Oleh karena itu, kesimpulan sementara kami adalah endapan tsunami yang ada di pantai barat Sumbawa disebabkan karena tsunami tektonik.

Model tsunami yang kami olah juga mengonfirmasi hal tersebut (Gambar 3). Model tersebut menunjukkan bahwa letusan Samalas seharusnya tidak meninggalkan endapan yang sangat besar, dan pada kenyataannya, hal itu memang benar adanya karena tidak ditemukannya endapan asal laut di pantai barat Sumbawa yang menyimpan fosil karang/kerang dari abad ke-13.

Gambar 3. Model penjalaran tsunami di Selat Alas dari awal (a) hingga akhir (f).

Dampak temuan

Meskipun tidak ada tsunami masa lampau yang berasosiasi dengan Samalas 1257, namun kami memperoleh informasi menarik lainnya yang menunjukkan bahwa selama milenium terakhir, pantai barat Sumbawa pernah terdampak oleh setidaknya tiga kejadian tsunami yang terjadi pada abad ke-4, ke-9, dan ke-17.

Hingga saat ini, kami menyimpulkan bahwa tiga tsunami masa lampau di pantai barat Sumbawa dipicu oleh aktivitas gempa di dalam laut karena belum ada bukti maupun catatan tentang letusan gunung berapi yang dapat menyebabkan tsunami pada rentang periode tersebut.

Temuan ini tentu saja menarik untuk dapat ditindaklanjuti dan dikaji lebih lanjut karena belum ada studi yang mengkaji secara detail tentang tsunami abad ke-4, ke-9, dan ke-17 di pantai barat Sumbawa.

Studi lanjutan juga akan memberikan informasi yang rinci terkait tsunami masa lampau yang pernah terjadi di sepanjang Selat Alas.

Informasi tersebut tentunya akan berguna untuk upaya pencegahan dan pengurangan risiko bencana di Sumbawa serta Pulau Lombok pada masa mendatang mengingat jumlah penduduk di pulau tersebut sudah jauh lebih padat dibanding tahun 1257.

Pencarian informasi tersebut bisa dimungkinkan karena suatu peristiwa atau proses fisik yang pernah terjadi di muka Bumi dapat terulang kembali meskipun dengan intensitas yang tidak selalu sama.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now