Menu Close

Cek Fakta: benarkah Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi?

Deindustrialisasi
DODO HAWE/shutterstock

Tren deindustrialisasi selama beberapa tahun ini, deindustrialisasi pada kontribusi terhadap perekonomian kita menurun signifikan, misalnya industri manufaktur terhadap PDB 2014 29%, di tahun 2022 16%. Justru kita mengalami deindustrialisasi. Kita mendorong reindustrialisasi berkelanjutan.

– Anies Baswedan - Kandidat calon presiden saat menghadiri Dialog APINDO - Capres 2024 Roadmap Perekonomian Indonesia 2024-2029 di Jakarta, Senin 11 Desember 2023.

Cek Fakta Anies Baswedan
Anies Baswedan menghadiri Dialog APINDO bersama Capres 2024. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU

The Conversation menghubungi Krisna Gupta, peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dan M. Rizki Pratama, dosen Kebijakan Publik di Universitas Brawijaya untuk memeriksa kebenaran klaim Anies tersebut.

Analisis 1: sektor lain bertumbuh pesat

Jika kita melihat data pertumbuhan PDB yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor manufaktur memang menurun dibandingkan dengan sebelumnya. Namun, terlepas dari penurunan kontribusi, sektor manufaktur masih terus bertumbuh (5,01% pada 2022, dibandingkan 5,61% pada 2012) meskipun sektor jasa bertumbuh jauh lebih cepat. Proporsi tenaga kerja dalam industri manufaktur juga masih stabil, meski sedikit terpengaruh selama pandemi COVID-19.

Namun, sektor lain bertumbuh pesat. Sektor teknologi informasi (7,74% pada 2022) dan transportasi dan pergudangan (19,87%) misalnya, tumbuh sangat cepat berkat techboom–misalnya dengan hadirnya platform e-commerce dan ojek daring.

Hasil analisis 1

Benar bahwa kontribusi manufaktur/industri pengolahan terhadap perekonomian turun terus jika kita ukur dalam persentase terhadap PDB. Namun, ukuran ini bisa memberikan kita kekeliruan dalam analisis, karena kontribusi juga akan turun jika sektor lain tumbuh lebih cepat.

Kita tak mungkin mengerem laju pertumbuhan sektor lain untuk mencegah menurunnya kontribusi industri manufaktur terhadap PDB. Dengan kata lain, persentase terhadap PDB saja tidak dapat kita jadikan satu-satunya indikator untuk menghakimi apakah terjadi deindustrialisasi atau tidak.

Analisis 2: tertinggal dari tetangga

Berdasarkan rilis Kajian Tengah Tahun 2023 oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dengan judul Menolak Kutukan Deindustrialisasi, penurunan kontribusi industri dan manufaktur mulai terasa sejak 2002, namun percepatan penurunan terjadi sejak 2009. Kontribusi industri pengolahan Indonesia (18,3%) berada di bawah Malaysia (23,6%) dan Thailand (27%).

Sementara white paper dari Datanesia yang berjudul Denyut Deindustrialisasi menyebutkan: “Sejak 2011, kontribusi industri pengolahan tak pernah lagi mencapai 22%. Bahkan selama lima tahun terakhir, kurang dari 20%. Pada 2022, kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional kian ciut tersisa 18,3%.” Laporan tersebut menyebut bahwa peran sektor industri di Indonesia terhadap perekonomian nasional jauh tertinggal dibandingkan negara-negara di kawasan dan hanya unggul dibandingkan Timor Leste, Laos, Filipina, dan Kamboja.

Hasil analisis 2

Benar bahwa pernyataan Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi patut untuk menjadi perhatian bersama. Tren menunjukkan bahwa memang kontribusi industri manufaktur terhadap PDB terus mengalami penurunan, bahkan tidak pernah mencapai 20% selama lima tahun terakhir. Selain itu juga peran sektor industri di Indonesia tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Thailand.


Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now